OBAT ANTIHIPRTENSI IWAN SAIN S Kp M Kes
OBAT ANTIHIPRTENSI IWAN SAIN, S. Kp, M. Kes
OBAT ANTIHIPERTENSI
Metoda untuk menurunkan tekanan darah tanpa obat mencakup : 1. teknik mengurangi stress 2. olah raga (meningkatkan lipoprotein densitas tinggi (HDL), pembatasan garam, 3. mengurangi minum alkohol, dan 4. mengurangi berat badan
OAH diklasifikasikan menjadi lima kategori: • (1) diuretik, • (2) menekan simpatetik (simpatolitik), • (3) vasodilator arterial langsung, • (4) antagonis angiotensin, dan • (5) penghambat saluran kalsium.
Penghambat Adrenergik Beta Ada banyak tipe penghambat beta. • Penghambat beta tidak selektif seperti propranolol (inderal) menghambat reseptor beta jantung dan beta bronchial. Denyut jantung lambat (tekanan darah menurun sekunder terhadap penurunan denyut jantung), dan timbul bronkokonstriksi. • Penghambat beta kardioselektif lebih disukai karena hanya bekerja pada reseptor beta, akibatnya, tidak timbul bronkokonstriksi.
Farmakokinetik • Baik propranolol dan metoprolol diabsorpsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali Sehari. Propranolol sangat mudah berikatan dengan protein dan akan bersaing dengan obat-obat lain yang juga sangat mudah berikatan dengan protein
Farmakodinamik • Penghambat adrenergik beta mengbambat perangsangan simpatetik. sehingga menurunkan denyut jantung; dan tekanan darah, Penghambat beta tidak efektif menghambat reseptor beta 2, ini: bisa menyebabkan penyempitan bronkial. Penghambat beta dapat menembus barier plasenta dan dapat masuk ke ASI. • Awitan kerja penghambat beta biasanya 30 menit atau kurang, dan lama kerjanya 6 sampai 12 jam. Jika penghambat beta diberikan secara intravena, awitan kerjanya segera, waktu puncaknya 20 menit untuk intravena (dibanding per oral sampai 1^ jam), dan lama kerjanya 4 sampai 8 jam
Simpatolitik (Penekan Simpatetik) • Penghambat adrenergik bekerja di sentral (simpatolitik), penghambat adrenergik alfa, dan penghambat neuron adrenergik diklasifikasikan sebagai penekan simpatetik, atau simpatolitik. Penghambat adrenergik beta, juga dianggap sebagai simpatolitik dan menghambat reseptor beta. • Simpatolitik yang bekerja di pusat menurunkan repons simpatetik dari batang otak ke pembuluh darah perifer. Golongan obat ini memiliki efek minimal terhadap curah jan tung dan aliran darah ke ginjal. Obat golongan ini meliputi metildopa, klinidin, 1 guanabenz, dan guanfasin. Metildopa (Al domet) adalah satu dari obat yang pertama dipakai secara luas untuk mengontrol hipertensi.
Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan • Efek samping dan reaksi yang merugikan meliputi rasa mengantuk, mulut kering, pusing, dan denyut jantung; lain (bradikardia). Metildopa tidak diberikan pada klien yang memiliki gangguan fungsi hati, dan enzim hati serum harus dipantau secara teratur pada semua klien. • Golongan obat ini tidak boleh dihentikan secara mendadak karena dapat terjadi krisis hipertensi. • Jika obat perlu dihentikan dengan cepat, biasanya diberikan obat anti hipertensi lain untuk mencegah gejala rebound hipertensi seperti kegelisahan, takikardia, tremor, sakit kepala, dan peningkatan tekanan darah.
Penghambat Adrenergik-Alfa • Golongan obat ini memblok reseptor adrenergik alfa, menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah. • Penghambat beta juga menurunkan lipoprotoin berdensitas sangat rendah (VLDL, very low density lipoproteins) dan lipoprotein berdensitas rendah (LDL, low density lipoproteins) yang bertanggung jawab dalam penimbunan lemak di arteri (arterosklerosis). • Penghambat alfa yang lebih kuat, fentolamin, fenoksibenzamin dan tolazolin, terutama dipakai untuk krisis hipertensi dan hipertensi berat yang disebabkan oleh tumor medula adrenal
Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan • FENTOLAMIN. Efek samping meliputi hipotensi, refleks takikardia karena tekanan darah menurun drastis, kongesti hidung karena efek vasodilntasi, dan kekacauan gastrointestinal • PRAZOSIN, DOKSAZOSIN, DAN TERAZOSIN. Efek samping meliputi hipotensi ortostatik (pusing, rasa ingin pingsan, kepala ringan, peningkatan denyut jantung), mual, rasa mengantuk, kongesti hidung karena vasodilatasi, edema, dan kenaikan berat badan.
Interaksi Obat • Interaksi obat timbul ketika penghambat adrenergik alfa diminum bersama obat antiinflamasi dan nitrat (nitrogliserin) untuk angina. • Edema perifer diperberat jika prazosin dan obat antiinflamasi dipakai setiap hari. Nitrogliserin yang diberikan untuk angina akan menurunkan tekanan darah. Jika prazosin diberikan dengan nitrogliserin, dapat timbul sinkop (pingsan) karena penurunan tekanan darah.
Penghambat Neuron Adrenergik (Simpatolitik yang Bekerja Porifer) • Penghambat neuron adrenergic merupakan obat anti hipertensi yang kuat yang menghambat norepinefrin dari ujung saraf simpatis, sehingga pelepasan norepinefrin menjadi berkurang dan ini menyebabkan curah jantung maupun tahanan vaskular perifer menurun. Reserpin dan guanafasin dua obat yang paling kuat dipakai untuk mengendalikan hipertensi berat
Vasodilator Arteriola yang Bekerja Langsung • Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja dengan merelaksasikan otot polos dari pembuluh darah, terutama arteri, sehingga menyebabkan vasodilatasi. • Dengan terjadinya vasodilatasi tekanan darah akan turun dan natrium serta air tertahan, sehingga terjadi edema perifer. Diuretik dapat diberikan bersama dengan vasodilator yang bekerja langsung untuk mengurangi edema. Refleks takikardia disebabkan oleh vasodilatasi dan menurunnya tekanan darah. • Penghambat beta seringkali diberikan bersama dengan vasodilator arteriola untuk menurunkan denyut jantung; hal ini melawan refleks takikardia. Dua dari vasodilator yang bekerja langsung,
Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan • Efek hidralazin banyak dan termasuk takikardia, palpitasi, edema, kongesti hidung, sakit kepala, pusing, perdarahan saluran cerna, gejala seperti lupus, dan gejala neurologik (kesemutan, baal). • Minoksidil memiliki efek. samping yang serupa, takikardia, edema dan pertumbuhan rambut yang berlebihan. Dapat menyebabkan serangan angina. • Nitropruzid dan diazoksid dapat menyebabkan refleks takikardia, palpitasi, kegelisahan, agitasi, mual dan bingung. Hiperglikemia dan timbul dengan diazoksid karena obat ini menghambat pelepasan insulin dari sel beta pankreas
Antagonis Angiotensin (Penghambat Enzim Pengubah Angiotensin) • Obat dalam golongan ini menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE) yang nantinya akan menghambat pembentukan angiotensi II (vasokonstriktor) dan menghambat pelepasan aldosteron. • Aldosteron meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium. . Jika aldosteron dihambat, natrium dieksresikan bersama dengan air. Kaptopril, enalapril, dan lisinopril adalah ketiga antagonis angiotensin.
Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan • Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing, letih, insomnia, kalium serum yang berlebihan (hiperkalemia), dan takikardia.
Proses Keperawatan: Antihipertensi Pengkajian • Dapatkan tanda vital. Laporkan jika terdapat tekanan darah abnormal. Bandingkan tanda vital dengan nilai dasarnya. • Periksa elektrolit serum. Laporkan hasil yang abnormal. • Periksa bunyi paru apakah terdapat ronki. Banyak dari obat antihiportensi seperti metildopa, klonidin, guanatidin, guanadrel, prazosin, Leruzosin, hidralazin, dan minoksidil menyebabkan retensi natirum dan air. • Periksa haluaran urin. catat dan laporkan jumlahnya. Haluaran urin yang berlebihan dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit dan gejala seperti renjatan. • Periksa anggota gerak apakah terjadi edema. Banyak dari simpatolik dapat menyebabkan edem perifer.
Intervensi Keperawatan • Pantau tanda vital terutama tekan an darah dan denyut nadi. Efektivitas terapi obat ditentukan dengan terpeliharanya tekanan darah dan denyut nadi yang dinginkan. • Pantau elektrolit serum, terutama kadar kalium serum, Retensi natrium dan air dapat terjadi pada kebanyakan obat simpatolitik. Diuretik sering diresepkan sebagai bagian dari regimen obat, dan kehilangan elektrolit serta ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi.
PENYULUHAN KEPADA KLIEN • Anjurkan klien dan anggota keluarganya metoda nonfarmakologis untuk menurunkan tekanan darah seperti, diet rendah lemak dan rendah garam, kontrol berat badan teknik relaksasi, olahraga, berhenti merokok, dan mengurangi minum alkohol (satu sampai dua oz perhari) • Nasehatkan klien bahwa antibipertensi (vasodilator) dapat menimbulkan rasa pusing akibat hipotensi ortostatik. Beritahu klien untuk berada dalam posisi duduk selama beberapa menit sebelum berdiri. Nasihatkan klien yang masih aktif seksualitas bahwa obat antihipertensi dapat menimbulkan perubahan pada aktivitas seksual. Impotensi dapat terjadi.
• Beritahu klien untuk patuh terhadap regimen obat, Penghentian obat antihipertensi yang secara tiba dapat menyebabkan hipertensi rebound • Beritahu klien atau anggota keluarganya untuk memeriksa tekanan darahnya. Ini akan membantu dalam menentukan efektivitas rogimen obat. Nasihatkan klien yang memakai metildopa bahwa warna urin dapat berubah menjadi gelap. Hal ini tidak berbahaya dan hanya berlangsung beberapa minggu.
• Nasihatkan klien untuk melaporkan jika mengalami konstipasi. makanan tinggi serat, pelunak tinja dan menambah masukkan air (kecuali pada PJK) biasanya dianjurkan. • Nasihatkan klien untuk menghindari pemakaian obat bebas tanpa terlebih dahulu memeriksakannya ke dokter. Banyak dari obat bebas memberikan peringatan untuk tidak dipakai jika terdapat hipertensi • Anjurkan klien untuk mengenakan gelang pengenal yang menunjukkan masalah kesehatan dan obat yang dipakainya.
- Slides: 25