METODE DEDUKSI DAN INDUKSI DALAM MEMPEROLEH PENGETAHUAN Metode

  • Slides: 7
Download presentation
METODE DEDUKSI DAN INDUKSI DALAM MEMPEROLEH PENGETAHUAN • Metode Deduksi (Aliran Rasionalisme) • Rasionalisme

METODE DEDUKSI DAN INDUKSI DALAM MEMPEROLEH PENGETAHUAN • Metode Deduksi (Aliran Rasionalisme) • Rasionalisme merupakan sebuah faham yang menekankan pada potensi akal. Adapun definisi Rasionalisme apabila ditinjau dari Terminologi filsafat ialah: Faham filsafat yang menyatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Menurut aliran Rasionalis, suatu pengetahuan akan diperoleh dengan cara berfikir. Dengan demikian, Rasionalisme merupakan aliran filsafat yang memposisikan akal sebagai sumber pengetahuan dan salah satu metode untuk mendapatkan pengetahuan. Seiring dengan perkembangan zaman yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menuntut umat manusia untuk mengerahkan segala kemampuan dan potensi akalnya yang diwujudkan dalam bentuk berfikir. Dituntutnya umat manusia untuk memfungsikan akalnya dengan cara berfikir merupakan akibat dari adanya anugerah Tuhan berupa otak yang diberikan kepada umat manusia. Dengan berfikir itulah umat manusia menjadi makhluk Tuhan yang sangat mulia dan sangat berbeda dengan makhluk Tuhan yang lain. • • •

 • • Rasionalisme Secara Etimologi, Rasionalisme merupakan golongan dari dua kata yaitu: rasio

• • Rasionalisme Secara Etimologi, Rasionalisme merupakan golongan dari dua kata yaitu: rasio yang artinya akal, dan isme yang berarti faham atau aliran. Dengan demikian, Rasionalisme merupakan sebuah faham yang menekankan pada potensi akal. • Berkenaan dengan pola pikir yang digunakan oleh aliran Rasionalisme ialah: pola pikir deduktif yang biasanya menggunakan pola pikir yang dinamakan silogismus (disusun dari dua pernyataan dan sebuah kesimpulan). • Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut. • Tokoh-tokoh aliran rasionalisme: 1. Rene Descartes dikenal dengan bapak Rasionalisme. Hal ini dikarenakan Rene Descartes orang pertama yang mempelopori tentang aliran Rasionalisme disamping juga karena pernyataan-pernyataan Rene Descartes yang selalu mengedepankan potensi akal untuk mendapat ilmu pengetahuan dan kebenaran. Ungkapan-ungkapan yang sering disampaikan Rene Descartes tersebut ialah: “cogito ergo sum” yang berarti saya berfikir, maka saya ada.

2. De Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 M dan meninggal dunia pada tahun 1677

2. De Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 M dan meninggal dunia pada tahun 1677 M. Nama aslinya Baruch Spinoza. Setelah mengucilkan diri dari agama yahudi, ia mengubah nama menjadi Benedictus De Spinoza menjawab pertanyaan dengan pendekatan yang juga dilakukan sebelumnya oleh Rene Descartes, yaitu dengan pendekatan deduksi matematis, yang dimulai dengan meletakkan definisi, aksioma, proposisi, kemudian baru pembuktian (penyimpulan). De Spinoza memiliki pemikiran yang sama dengan Rene Descartes, ia mengatakan bahwa kebenaran itu tepusat pada pemikiran dan keluasan. Pemikiran adalah jiwa sedang keluasan adalah tubuh yang eksistensinya berbarengan. 3. Liebniz; Seorang filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dan sejarawan. Lama menjadi pegawai pemerintah, menjadi atase, membantu pejabat tinggi Negara pusat. Dialah Gottfried Eilhelm Von Liebniz yang dilahirkan pada tahun 1646 M dan meninggal pada tahun 1716 M. Metafisika Liebniz sama-sama memusatkan perhatian pada subtansi. Bagi De Spinoza alam semesta ini, mekanisme dan keseluruhannya, bergantung kepada sebab, sementara subtansi menurut Liebniz ialah prinsip akal yang mencukupi yang secara sederhana dapat dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan harus mempunyai alasan untuk setiap yang diciptakannya.

 • Metode Induksi (Aliran Empirisme) • Kata Empirisme berasal dari kata Yunani Empirikos,

• Metode Induksi (Aliran Empirisme) • Kata Empirisme berasal dari kata Yunani Empirikos, artinya pengalaman. Manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya dan sesuai kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi. Dengan inderanya manusia dapat melihat sesuatu yang semata-mata fisik walaupun masih sangat sederhana. Indera menghubungkan manusia dengan hal-hal kongkrit material. Hal ini dapat dilihat bila kita memperhatikan pertanyaan seperti : “Bagaimana orang mengetahui es itu dingin ? ” Seorang Empiris akan mengatakan, “karena saya merasakannya dan seorang ilmuwan juga merasakan seperti itu”. Dalam pernyataan tersebut ada tiga unsur yang perlu, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek), dan cara dia mengetahui bahwa es itu dingin. Bagaimana es itu dingin ? . . Dengan menyentuh langsung lewat alat peraba. Dengan kata lain, seorang Empiris akan mengatakan bahwa pengetahuan itu diperoleh lewat pengalaman-pengalaman inderawi yang sesuai. Aliran ini menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Penganut empirisme berpandangan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan bagi manusia, yang jelas-jelas mendahului rasio, tanpa pengalaman rasio tidakmemiliki kemmpuan untuk memberi gambaran tertentu. kalaupun menggambarkan sedemikian rupa, tanpa pengalaman hanyalah khayalan belaka. • •

 • • Pengalaman kongkrit adalah “mutlak’ sebagai sumber pengetahuan utama bagi manusia, karena

• • Pengalaman kongkrit adalah “mutlak’ sebagai sumber pengetahuan utama bagi manusia, karena penalaran bersifat abstrak dan membutuhkan rangsangan dari pengalaman. Berbagai gejala fisikal akan ditangkap oleh indera dan dikumpulkan dalam daya ingat manusia, sehingga pengalaman inderawi menjadi akumulasi pengetahuan yang berupa fakta-fakta. Kemudian, upaya faktualisasinya dibutuhkan akal. Dengan demikian, fungsi akal tidak sekedar menjelaskan dalam bentuk-bentuk khayali semata-mata, melainkan dalam konteks yang realistik. Namun ada beberapa kelemahan Empirisme yaitu : 1. Indera terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil, apakah ia benar-banar kecil ? . . Ternyata tidak. Keterbatasan inderalah yang menggambarkan seperti itu. Dari sini akan terbentuk pengetahuan yang salah. 2. Indera menipu, pada orang yang sakit malaria gula rasanya pahit, udara akan terasa dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan Empiris yang salah. 3. Objek yang menipu, contohnya fatamorgana. Jadi objek itu sebenarnya tidak sebagaimana ia tangkap oleh indera, ia membohongi indera. 4. Berasal dari indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini, indera (mata) tidak mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan. Kesimpulan ialah Empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.

 • Tokoh-tokoh Empirisme 1. Francis Bacon (1210 – 1292 M) Menurut Francis Bacon,

• Tokoh-tokoh Empirisme 1. Francis Bacon (1210 – 1292 M) Menurut Francis Bacon, Pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan inderawi dan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang sejati. Pengetahuan haruslah dicapai dengan induksi. Selanjutnya bahwa kita sudah terlalu lama dipengaruhi oleh metode deduktif dari dogma-dogma. Ilmu yang benar adalah yang telah terakumulasi antara pikiran dan kenyataan, kemudian diperkuat oleh sentuhan inderawi. 2. Thomas Hobbes (1588 – 1679 M) Sebagai penganut Empirisme, pengenalan atau pengetahuan menurut Hobbes diperoleh karena pengalaman. Pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan. Juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman. Segala ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Dengan demikian hanya pengalamanlah yang memberi jaminan kepastian. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah keseluruhan atau totalitas pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa lain. 3. John Locke (1632 – 1704 M) Ia adalah filosof Inggris yang banyak mempelajari agama Kristen. Ia menerima keraguan sementara yang diajarkan Descartes, tetapi ia menolak intuisi yang digunakan oleh Descartes. Ia juga menolak metode deduktif Descartes dan menggantinya dengan generalisasi berdasarkan pengalaman atau disebut dengan induksi. Bahkan John Locke menolak juga akal (reason). Ia hanya menerima pemikiran matematis yang pasti dan cara penarikan dengan metode induksi.

4. 5. • George Barkeley (1665 – 1753 M) Sebagai penganut Empirisme, George Barkeley

4. 5. • George Barkeley (1665 – 1753 M) Sebagai penganut Empirisme, George Barkeley mencanangkan teori yang dinamakan immaterialisme atas dasar prinsip-prinsip empirisme. Jika Locke masih menerima substansi-substansi diluar kita. Barkeley berpendapat bahwa sama sekali tidak ada substansi-substansi materiil, yang ada. David Hume (1711 – 1776 M) Menurut para penulis sejarah filsafat, Empirisme berpuncak pada David Hume, sebab ia menggunakan prinsip-prinsip empiristis dengan cara yang paling radikal, terutama pengertian substansi dan kausalitas (hubungan sebab akibat) yang menjadi obyek kritiknya. Ia tidak menerima substansi, sebab yang dialami ialah kesan-kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu terdapat bersama-sama (misalnya: putih, licin, berat, dan sebagainya). Akan tetapi, atas dasar pengalaman tidak dapat disimpulkan bahwa di belakang ciri-ciri itu masih ada suatu substansi tetap (misalnya: sehelai kertas yang mempunyai ciri-ciri tadi). HUBUNGAN ANTARA RASIONALISME DENGAN EMPIRISME Hubungan keduanya (Rasionalisme dengan Empirisme) sangat bertalian dan saling melengkapi sehingga mencapai kesempurnan dalam mencapai suatu hasil ilmiah.