MENGEMBANGKAN MODELMODEL PEMBELAJARAN INOVATIF Setya Yuwana Sudikan FBS
MENGEMBANGKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF Setya Yuwana Sudikan FBS Universitas Negeri Surabaya
1. 2. kebutuhan berbahasa untuk luaran (kebutuhan instrumental) kebutuhan berbahasa sebagai sarana pengembangan kreativitas kebutuhan luaran untuk siswa yang drop out Kebutuhan berbahasa untuk luaran kebutuhan luaran untuk siswa yang akan melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi
sebagai sarana akademik Kebutuhan berbahasa sebagai sarana pengembangan kreativitas sebagai sarana sosialisasi sebagai sarana imajinasi dan rekreasi
cerdas spiritual cerdas emosional Pengembangan kecerdasan majemuk cerdas sosial cerdas intelekrual cerdas kinestetis
Cerdas spiritual ditandai kemampuan beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia (termasuk budi pekerti luhur dan berkepribadian unggul) Cerdas emosional, ditandai: 1. beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiasivitas akan kehalusan dan keindahan seni budaya, serta kompetensi untuk mengekpresikannya, dan 2. beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang: a) membina dan memupuk hubungan timbal balik, b) demokratis, c) empatik dan simpatik, d) menjunjung tinggi hak azasi manusia, e) ceria dan percaya diri, f) menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara, g) berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warganegara.
Cerdas intelektual, ditandai: 1. beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dan 2. aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif, dan imajinatif. Cerdas kinestetis, ditandai: 1. beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdayatahan, sigap, terampil, dan trengginas, dan 2. aktualisasi insan adiraga
Prinsip Dasar Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif No Prinsip Konvensional Prinsip Inovatif 1 Teacher-centered Student-centered (berpusat pada siswa) 2 Subject-based Problem-based (berdasarkan masalah) 3 4 Dicipline Hospital-oriented Integrated-based (terintegrasi) Community-based (berorientasi Masyarakat) 5 6 7 Standardized Opportunistic Pre-graduade Electives (menawarkan pilihan) Systematic (sistematis) Continuing (berkelanjutan)
Model Pembelajaran Bahasa Jawa yang Dikembangkan: 1. Dukungan teori tentang strategi belajar siswa yang mendukung model, 2. Asumsi dan tujuan pengembangan model 3. Sintaks 4. Faktor pendukung 5. Peran siswa dan guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran
Dukungan Teori Belajar Bahasa Behavioris T Nativis Fungsional e o r i M =Tabula Rasa =Stimuli: Respon Kebahasaan =kondisi oning e d i Respon a mediasi S i =Pradisposisi Bawaan (LAD/UG) =Sistematik, Pemerolehan Taat kaidah =konstruksi Kreatif =Tata bahasa =Konstrukti vis =Interaksi Sosial =Kognisi dan bahasa
Model pembelajaran → bentuk pembelajaran yang tergambar dan awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Pendekatan → konsep dasar yang melingkupi metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Metode → prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode, diturunkan ke dalam teknik pembelajaran yang secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. Teknik → cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
pembelajaran langsung pembelajaran tematik pembelajaran lesson study pembelajaran kontekstual ANEKA MODEL PENGELOLAAN KELAS pembelajaran kooperatif pembelajaran kuantum pembelajaran berbasis masalah pembelajaran berbasis pengalaman pembelajaran partisipatori pembelajaran model SAVI
PEMBELAJARAN LANGSUNG Pembelajaran langsung merupakan model yang berpusat pada guru Langkah-langkah: 1. menyiapkan siswa menerima pelajaran, 2. demonstrasi, 3. pelatihan terbimbing, 4. umpan balik, dan 5. pelatihan lanjut (mandiri).
Pengajaran langsung sangat cocok diterapkan apabila guru menginginkan siswa belajar pengetahuan deklaratif. FASE PERAN GURU 1. Menyampaikan tujuan dan mempersiap Guru menjelaskan TPK, informasi latar kan siswa belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar 2. Mendemonstrasikan pengetahuan atau Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap 3. Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal 4. Mengecek pemahaman dan Mencek apakah siswa teklah berhasil memberikan umpan balik melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik 5. Memberikan kesempatan untuk Guru mempersiapakan kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari Sintaks Model Pengajaran Langsung
PEMBELAJARAN TEMATIK Pembelajaran tematik diajarkan kepada siswa di kelas awal SD (kelas 1 sampai kelas 3) karena pada perkembangannya, mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Pembelajaran tematik dimaksudkan untuk memberikan pengalaman holistik kepada siswa sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna. Pembelajaran tidak lagi terkotak-kotak dalam mata pelajaran-mata pelajaran secara terpisah. Namun, muatan masing-masing pelajaran itu sudah diramu secara utuh dan padu oleh guru dalam sebuah tema tertentu.
Tahap-tahap: (1) analisis standar isi dalam kurikulum, khususnya pada muatan standar kompetensi masing-masing mata pelajaran; (2) tentukan tema pembelajaran untuk mengikat standar kompetensi berbagai mata pelajaran tersebut menjadi sebuah ruang lingkup pembelajaran yang utuh, padu, dan bermakna; (3) tentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran terkait yang terdapat di dalam kurikulum sesuai dengan tema yang telah ditentukan; (4) tentukan indikator ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar masing-masing terkait sesuai dengan tema yang telah ditentukan; (5) berdasar indikator ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar, tentukan tujuan pembelajaran masing-masing mata pelajaran terkait sesuai dengan tema yang telah ditentukan; (6) rancanglah pembelajaran sesuai dengan prosedur perencanaan mengajar yang meliputi materi, langkah-langkah pembelajaran, media, dan metode pembelajaran, serta evaluasi.
Bahasa Daerah
Semua Bersumber dan Tema
Pembelajaran Lesson Study Lesson study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community. Lesson study bukan suatu metode pembelajaran atau suatu strategi pembelajaran, tetapi dalam kegiatan lesson study dapat memilih dan menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran atau materi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, atau permasalahan pembelajaran yang dihadapi pendidik
Skema Kegiatan Lesson study PLAN DO (merencanakan) (melaksanakan) SEE (merefleksi)
Aktivitas Pembelajaran Merencanakan Pembelajaran Kegiatan Observasi
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL CTL: mengajar dan belajar yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi nyata dan yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. CTL: proses belajar mengajar yang erat kaitannya pengalaman nyata. dengan CTL: dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang harus situation and content specific dan memberi kesempatan dilakukannya pemecahan masalah secara riil atau otentik, serta latihan melakukan tugas
Pembelajaran kontekstual disusun untuk mendorong munculnya bentuk belajar yang disingkat REACT: Relating : belajar dalam konteks kehidupan nyata, Experencing : belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan, Applying : belajar dengan memadukan pengetahuan dengan kegunaannya, Cooperating : belajar dalam konteks interaksi kelompok, dan Transfering : belajar dengan menggunakan pengetahuan dalam konteks baru/lain
Tujuh elemen dalam CTL: 1. inkuiri (inquiry), 2. pertanyaan (questioning), 3. konstruktivistik (constructivism), 4. pemodelan (modeling), 5. masyarakat belajar (learning community), 6. penilaian otentik (authentic assesment), dan 7. refleksi (reflection).
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan saling bergantungnya siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. 1. Struktur tugas mengacu kepada cara pembelajaran diorganisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan siswa di dalam kelas. 2. Struktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif terjadi apabila siswa dapat mencapai tujuan hanya jika siswa lain yang bekerja sama mencapai tujuan tersebut. 3. Struktur penghargaan mengacu kepada upaya individu membantu individu yang lain dalam memperoleh penghargaan. Penghargaan individu merupakan penghargaan bersama (kelompok).
Sintaks dan Model Pembelajaran Kooperatif Fase Perilaku Guru Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan Menyampaikan tujuan dan memotivasi pembelajar an yang ingin dicapai pada siswa pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa Menyajikan informasi dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana Mengorganisasi siswa ke dalam cara membentuk kelompok belajar dan kelompok-kelompok belajar membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok Membimbing kelompok bekerja dan belajar pada saat mereka mengerjakan tugas belajar mereka Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang Evaluasi materi yang telah dipelajari atau masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai Memberikan penghargaan baik upaya maupun hasilbelajar individu dan kelompok
Beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif: 1. Student Team Achievement Division (STAD), 2. Team Game Tournament (TGT), 3. Team Assisted Individualization (TAI), 4. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), 5. Jigsaw, Learning Together; dan 6. Think-Pair-Share
Langkah-langkah dalam STAD: 1. dimulai dengan guru menyajikan materi pelajaran, baik dengan model pengajaran langsung maupun diskusi yang dipimpin oleh guru. Materi yang disajikan guru meliputi pendahuluan, pengembangan, dan praktik terbimbing. 2. pembentukan kelompok dengan siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menguasai materi. 3. penilaian secara individual dilakukan melalui tes atau kuis pada tahap selanjutnya. 4. penghargaan kelompok yang didasarkan kepada skor peningkatan anggota kelompok.
Langkah-langkah dalam TGT: 1. guru menyajikan materi sebagaimana pada STAD, 2. siswa belajar dalam kelompok setelah sebelumnya dibentuk kelompok yang heterogen, 3. melakukan turnamen, di sini siswa yang mempunyai kemampuan yang relatif sama (mewakili kelompok) menuju meja-meja turnamen untuk mengerjakan LKS, dan 4. penghargaan kelompok yang didasarkan pada pengumpulan skor individu dari pengerjaan LKS-LKS tersebut.
Langkah-langkah dalam TAI: 1. guru membentuk kelompok hiterogen 2. guru mengadakan tes penempatan untuk menempatkan siswa pada program individual 3. guru mengajarkan materi 4. siswa mempelajari materi kurikulum berdasarkan hasil tes penempatan sebelumnya dan mengerjakan tugas yang ada secara kelompok 5. guru menghitung skor kelompok 6. guru mengajar sekitar 10 menit secara klasikal 7. selama dua kali dalam seminggu kepada siswa diberikan tes tentang fakta; dan 8. setiap tiga minggu pun guru menghentikan program individual dan melanjutkan kegiatan mengajar sebagaimana biasanya selama seminggu.
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ☼ Model pembelajaran kooperatif yang dirancang khusus untuk membaca dan menulis pada kelas-kelas rendah. ☼ Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif yang beranggotakan empat orang. ☼ Siswa terlibat dalam serangkaian kegiatan bersama: ☻ saling membacakan cerita, ☻membuat ikhtisar, ☻tanggapan terhadap cerita, serta ☻berlatih mengeja dan perbendaharaan kata. ☼ Selama pembelajaran setiap siswa terlibat dalam ☻menulis draf, ☻saling merevisi dan menyunting pekerjaan teman, serta ☻mempersiapkan untuk publikasi buku tim.
Langkah-langkah dalam kegiatan jigsaw: 1. pada tahap awal guru membentuk kelompok (jumlahnya disesuaikan dengan jumlah topik yang akan dibahas), misalnya lima kelompok. Masingmasing kelompok beranggotakan lima orang (sesuai dengan jumlah kelompok). Jumlah kelompok maupun anggotanya dapat dilipatkan. Masing-masing kelompok itu disebut kelompok asal. 2. masing-masing anggota kelompok disebar membentuk 5 kelompok baru dengan 1 anggota berasal dari 5 kelompok asal. Kelompok baru ini diberi nama kelompok ahli. 3. lima kelompok ahli tersebut masing-masing diberi tugas yang berbeda. 4. siswa melakukan diskusi dalam waktu yang ditentukan dalam kelompok ahli. 5. setelah memahami tugas atau materi, siswa kembali pada kelompok asal dan mereka berdiskusi dengan saling menyampaikan apa yang diperoleh dari kelompok ahli sebelumnya. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok tersebut mempelajari lima topik yang berbeda-beda. 6. guru memberikan tugas individual dan setelah dinilai penghargaan dapat diberikan, baik secara individual maupun kelompok.
Kelompok asal 5 atau 6 anggota heterogen dikelompokan X X X X X X X Kelompok Ahli X X X Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap kelompok asal Gambar menunjukan ilustrasi yang menunjukan tipe jigsaw
Langkah-langkah dalam model Learning Together: 1. dimulai dengan kegiatan guru membentuk kelompok dengan 4 – 5 orang anggota. 2. Siswa bekerja sama dalam kelompok memecahkan masalah yang disiapkan guru (tugas setiap kelompok berbeda-beda). 3. setiap siswa harus dapat menunjukkan bahwa dirinya menguasai materi kelompoknya, sehingga guru dapat memberikan tes individual. 4. tahap terakhir adalah dilakukannya pemberian penghargaan terhadap hasil kelompok.
Think-Pair-Share pembelajaran yang menekankan siswa bekerja sama dengan siswa lain. Tipe ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diadakan dalam setting kelompok secara keseluruhan. Tipe ini memberi kesempatan kepada para siswa untuk berpikir, merespon, serta saling membantu sesama teman.
Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw Investigasi Kelompok Pendekatan Struktural Tujuan kognitif Informasi akademik sederhana Informasi akademik sederhana tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri Tujuan sosial Kerja kelompok dan Kerja sama dalam Keterampilan kerja sama kelompok kompleks kelompok dan keterampilan sosial Struktur tim Kelompok heterogen Kelompok belajar Bervariasi, berdua, dengan 4– 5 orang dengan 5 -6 anggota bertiga, kelompok anggota menggunakan heterogen dengan 4 -6 anggota kelompok “asal” dan kelompok “ahli” Pemilihan topik Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru pelajaran Tugas utama Siswa dapat Siswa mempelajari Siswa menyelesaikan Siswa mengerjakan menggunakan lembar materi dalam inkuiri kompleks tugas-tugas yang kegiatan dan saling kelompok “ahli” diberikan sosial dan membantu untuk kemudian membantu kognitif menuntaskan materi anggota kelompok asal belajarnya mempelajari materi itu Penilaian Tes mingguan Bervariasi dapat Menyelesaikan proyek Bervariasi berupa tes mingguan dan menulis laporan, dapat menggunakan tes esai Pengakuan Lembar pengakuan Publikasi lain Lembar pengetahuan Bervariasi dan publikasi lain
PEMBELAJARAN QUANTUM (QUANTUM LEARNING) menawarkan situasi belajar yang aman, nyaman, menarik, dan menyenangkan, sebagai situasi yang harus diciptakan dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan, sedangkan quantum teaching merupakan penerapan quantum learning di dalam kelas. Quantum teaching menawarkan model pembelajaran yang menyenangkan dan nyaman. ● Nyaman berarti terbebasnya siswa dari rasa takut untuk melakukan kesalahan, karena prinsip quantum teaching selalu mengakui keberadaan siswa apa pun wujudnya, kelebihan dan kekurangannya. ● Menyenangkan berarti siswa berada dalam situasi yang menggembirakan karena telah menemukan kenyamanan. ● Dengan situasi belajar yang mendukung, diharapkan timbul sikap positif pada para siswa, yang pada akhirnya mampu menimbulkan pemercepatan belajar.
Langkah-langkah dalam pembelajaran quantum: “TANDUR” → Tanamkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Langkah-langkah penerapan Quantum Learning: (a) tumbuhkan. Tumbuhkan minat siswa dengan memuaskan AMBAK (Apa manfaatnya bagiku). Dalam hal ini, guru harus pandai-pandai memberikan strategi yang sangat diminati oleh siswa untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan rasa ingin belajar mengenai materi pelajaran yang dipelajarinya agar siswa tidak bosan dan jemu dalam belajar; (b) alami. Ciptakan pengalaman umum yang dapat dipahami siswa. Dalam hal ini, guru melibatkan peran siswa untuk belajar dan memberikan pengalaman kepada siswa agar lebih memahami pelajaran yang sedang dipelajari, misalnya menggunakan permainan, simulasi, atau yang lain yang banyak melibatkan peran siswa;
(c) namai. Pada langkah ini, guru harus mampu membuat strategi jitu untuk proses daya pikir siswa dengan cara memberikan kata kunci, konsep, model, rumus, pemberian gambar, warna, alat bantu, kertas tulis, dan poster dinding yang disusun dengan pola yang dapat menggugah daya tarik siswa, yang keseluruhannya diusahakan dapat memuaskan otak siswa pada sebuah konsep yang dipelajari; (d) demonstrasikan. Guru wajib memberikan peluang kepada siswa untuk menerjemahkan dan menerapkan kemampuan mereka ke pembelajaran lain dan ke dalam kehidupan mereka; (e) ulangi. Tunjukkan kepada siswa cara mengulangi materi pelajaran dan menegaskan dengan suatu pertanyaan, “Aku tahu bahwa akan mengetahui hal ini. ” Maksudnya, dengan memberikan cara yang terbaik bagi siswa untuk mendapatkan kesempatan dan mengulang yang lebih baik dan berbeda dengan asalnya; (f) rayakan. Memberikan dan mengadakan perayaan bagi siswa akan mendorong mereka memperkuat rasa tanggung jawab dan mengawali proses belajar mereka. Perayaan ini memberikan rasa bangga atas usaha yang dilakukan, misalnya dengan pujian, bertepuk tangan (bersorak), pesta kelas, atau kegiatan lain yang sekiranya dapat menumbuhkan motivasi bagi siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar.
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) Dalam PBM siswa mengerjakan permasalahan autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir lebih tinggi, serta mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran PBM mengacu kepada model pembelajaran lain: 1. pembelajaran berbasis proyek (project based instruction), 2. pembelajaran berbasis pengalaman (experience based instruction), 3. belajar autentik (authentic learning), dan 4. pembelajaran bermakna (anchored instruction).
Pada PBM guru berperan: a. mengajukan permasalahan atau pertanyaan, b. memberikan dorongan, c. motivasi, d. menyediakan bahan ajar dan fasilitas yang diperlukan. e. memberikan dorongan dalam upaya meningkatkan kemampuan inkuiri dan perkembangan intelektual siswa. Tujuan utama PBM: (a) mengembangkan kemapuan berpikir siswa dan kemampuan memecahkan masalah, (b) mendewasakan siswa melalui peniruan, dan (c) membuat siswa lebih mandiri
PBM memiliki karakteristik: (a) pengajuan pertanyaan atau masalah, (b) keterkaitannya dengan disiplin ilmu lain, (c) menyelidiki masalah autentik, dan (d) menghasilkan karya dan memamerkannya. Langkah-langkah dalam PBM: (a) mengorientasikan siswa pada masalah, (b) mengorganisasikan siswa untuk belajar, (c) memandu siswa untuk menyelidiki, baik secara mandiri maupun kelompok, (d) mengembangkan dan menyajikan hasil kerja siswa, dan (e) menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Sintaks dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap 1 Orientasi siswa kepada masalah Tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Tingkah Laku Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
Pembelajaran Berbasis Pengalaman (experiential learning): mendorong siswa untuk belajar sesuatu dari pengalaman setengah terstruktur. Model ini sangat bermanfaat jika dilakukan dengan benar dan akan superfisial jika dilakukan dengan salah. Misalnya belajar tentang elektrik tidak akan mengena jika disampaikan secara teori saja tetapi dapat dilakukan dengan efektif apabila memasukkan jari yang basah ke soket elektronik dan kemudian akan sangat menarik dan termotivasi untuk belajar perubahan apa yang akan terjadi dengan pengalaman tersebut.
Karakteristik metode pembelajaran dengan metode kasus: (a) menekankan pada analisis situasional, (b) pentingnya menghubungkan antara analisis dan tindakan, (c) keterlibatan siswa secara aktif, (d) tugas guru tidak hanya mengajar (teach) siswa tetapi lebih mendorong siswa untuk belajar (learning). Guru harus mampu memfasilitasi diskusi dalam proses pencarian bersama (joint inquiry) dengan siswa; (e) adanya keseimbangan antara sasaran substansi dan proses pembelajaran.
Elemen-elemen pembelajaran metode kasus: (a) pembelajaran dengan penemuan (learning by discovery), (b) pembelajaran melalui investigasi (learning through probing), (c) pembelajaran melalui latihan berkelanjutan (learning through continual practice), (d) pembelajaran dengan perbedaan dan perbandingan (learning by contrast and comparison), (e) pembelajaran melalui keterlibatan (learning by involvement), dan (f) pembelajaran melalui motivasi (learning by motivation).
Pembelajaran Partisipatori Model pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. ⌂ Siswa didudukkan sebagai subjek belajar. ⌂ Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. ⌂ Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator.
Berkaitan dengan penyikapan guru kepada siswa, partisipatori beranggapan (1) setiap siswa adalah unik. Siswa mempunyai kelebthan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat lebih berkembang; (2) anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak selalu sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak; (3) dunia anak adalah dunia bermain; (4) usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia.
Dalam model partisipatori: a. siswa aktif, b. dinamis, dan c. berlaku sebagai subjek. Bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya.
Guru berperan sebagai pemandu yang diharapkan memiliki watak: (1) kepribadian yang menyenangkan dengan kemampuannya menunjukkan pensetujuan dan apa yang dipahami partisipan; (2) kemampuan sosial dengan kecakapan menciptakan dinamika kelompok secara bersama-sama dan mengontrolnya tanpa merugikan partisipan; (3) mampu mendesain cara memfasilitasi yang dapat membangkitkan partisipan selama proses berlangsung; (4) kemampuan mengorganisasi proses dan awal hingga akhir; (5) cermat dalam melihat persoalan pribadi partisipan dan berusaha memberikan jalan agar partisipan menemukan jalannya; (6) memiliki ketertarikan kepada subjek belajar; (7) fleksibel dalam merespon perubahan kebutuhan belajar partisipan; (8) pemahaman yang cukup atas materi pokok kursus.
Ciri-ciri pokok model pendidikan partisipatori: (1) belajar dan realitas atau pengalaman, (2) tidak menggurui, dan (3) dialogis. Berikut rincian proses tersebut: 1)Rangkai — Ulang 2)Ungkapan 3)Kaji — Urai 4)Kesimpulan 5)Tindakan
Model berikutnya adalah siswa sebagai subjek, pendekatan prosesnya menerapkan pola induktif, tahapannya: (1) persepsi, (2) identifikasi diri, (3) aplikasi diri, (4) penguatan diri, (5) pengukuhan diri, dan (6) refleksi diri
Model SAVI Model pembelajaran SAVI bersumber pada konsep percepatan belajar (The Accelerated Learning) Prinsip-prinsip SAVI: (1) belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh, (2) belajar adalah berkreasi dan bukan mengonsumsi, (3) kerjasama membantu proses belajar, (4) pembelajaran berlangsung dengan banyak tingkatan secara simultan, (5) belajar berasal dan mengerjakan pekerjaan itu sendiri, (6) emosi positif sangat membantu pembelajaran, dan (7) otak menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
Tahapan yang perlu ditempuh dalam SAVI: 1. persiapan, 2. penyampaian, 3. pelatihan, dan 4. penampilan hasil.
Asumsi yang mendasari model inovatif: (a) siswa belajar melalui pengamatan selektif terhadap perilaku yang menyenangkan; (b) siswa belajar secara aktif merangkai pengalaman untuk membangun pengetahuannya (teori belajar bahasa fungsional); (c) dalam belajar bahasa, siswa tidak dapat melepaskan diri konteks (budaya, lingkungan, kehidupan sosial) tempat dan waktu mereka belajar; (d) siswa makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial; (e) belajar bahasa merupakan proses individual dan sekaligus proses sosial; dan (f) belajar bahasa bukan sekedar kerja otak, melainkan kerja beragam indera; (g) belajar lebih efektif jika siswa dalam keadaan senang; (h) belajar terjadi secara terus-menerus; (i) sebagian besar aspek dalam belajar bahasa adalah keterampilan berbahasa, karenanya pemodelan menjadi langkah penting dalam pembelajaran.
Pengembangan model pembelajaran inovatif memiliki tujuan umum mengembangkan kerangka berfikir yang dapat dipedomani oleh guru dan perancang pembelajaran untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mampu mengeksplorasi, mengoptimalisasi, dan memberdayakan seluruh potensi siswa melalui olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga dengan memperhatikan kecakapan hidup siswa (kecakapan personal, berpikir rasional, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional) serta capaian akademik (kognitif, afektif, dan psikomotorik) siswa.
Pengembangan model pembelajaran terdiri atas enam sintaks: a. Orientasi Pembelajaran b. Pemodelan c. Eksplorasi topik d. Analisis dan Pemecahan Masalah Topik e. Pengomunikasian Hasil f. Evaluasi/Refleksi Sistem Pendukung a. lingkungan sekolah yang memenuhi standar pendidikan,
Peran Siswa dan Guru ▲ Model pembelajaran ini mensyaratkan terjadinya perubahan paradigma dalam proses pembelajaran, yaitu dari mengajar (teaching) menuju membelajarkan (learning).
Dalam pembelajaran bahasa Jawa guru berperan: 1. model, 2. fasilitator, 3. pemberi balikan, 4. pemberi motivasi, 5. pengembang kondisi agar siswa dapat belajar secara optimal. 1. 2. 3. 4. sebagai model, guru berperan menunjukkan contoh ideal keterampilan berbahasa yang maksimal. sebagai fasilitator, guru menyediakan berbagai keperluan seperti alat, bahan dan berbagai fasilitas yang lain, sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar. sebagai pemberi balikan, guru berperan memberikan penguatan atas “hasil akhir sementara” siswa. sebagai pemberi motivasi dan pencipta suasana belajar optimal, guru berusaha memilih materi dan sumber yang tepat.
TERIMA KASIH
- Slides: 60