MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN OLEH
MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN OLEH: CASUTRI
� Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks ( a highly complexion process). Di sebut kompleks karena di tuntut adanya kemampuan profesional, personal, dan sosio cultural secara terpadu dalam proses belajarmengajar, juga di tuntut penguasaan materi dan metode, teori dan praktik dalam interaksi siswa, juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar.
Mengajar sebagai proses menyampaikanmateri pelajaran. Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin di capai, materi yang di ajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranannya dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang di lakukan, serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia.
� Konsep mengajar dalam proses perkembangannya masih di anggap sebagai suatu kegiatan penyampaian atau penyerahan ilmu pengetahuan. Pandangan semacam ini masih umum di gunakan di kalangan pengajar. Hasil penelitian dan pendapat para ahli sekarang lebih menyempurnakan konsep tradisional di atas. Mengajar menurut pengertian mutakhir merupakan suatu perbuatan yang kompleks. Perbuatan mengajar yang kompleks dapat di terjemahkan sebagai penggunaan secara integratif sejumlah komponen yang terkandung dalam perbuatan mengajar untuk menyampaikan pesan pengajaran.
� 1. Mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran. � Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan, maka mengajar mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut : a. Proses pengajaran berpusat pada guru. Dalam kegiatan pengajaran, guru memegang peran yang sangat penting. Guru menentukan segalanya. Mau dibawa kemana siswa? . Semuanya tergantung guru. Oleh karena itu begitu pentingnya peran guru maka proses pembelajaran baru akan berlangsung jika ada guru.
b. Siswa sebagai objek belajar Konsep mengajar yang menempatkan siswa sebagai objek yang harus menguasai materi ajar. Mereka di anggap sebagai organisme pasif yang belum memahami apa yang harus di pahami, sehingga melalui proses pembelajaran mereka di tuntut memahami segala sesuatu yang di berikan guru. Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu c. Proses pengajaran berlangsung pada tempat tertentu, misalnya di dalam kelas dengan penjadwalan yang ketat, sehingga siswa hanya belajar jika hanya ada kelas yang telah di desain sedemikian rupa untuk tempat pembelajaran.
d. Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran. Keberhasilan suatu proses pembelajaran di ukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang di sampaikan oleh guru. Materi pelajaran itu sendiri adalah pengetahuan yang bersumber dari mata pelajaran yang di berikan di sekolah.
Mengajar sebagai proses mengatur lingkungan 2. Mengajar sebagai proses mengatur lingkungan. Terdapat beberapa karakteristik dari konsep mengajar sebagai proses mengatur lingkungan antara lain : a. Mengajar berpusat pada siswa (Student centered) Mengajar tidak di tentukan oleh guru, akan tetapi sangat di tentukan oleh siswa itu sendiri. Hendak belajar apa siswa dari topik yang di pelajari, bagaimana cara mempelajarinya, bukan hanya guru yang menetukan tetapi juga siswa. � Siswa sebagai subjek belajar � Siswa tidak hanya di anggap sebagai organisme pasif yang hanya sebagai penerima informasi, akan tetapi di pandang sebagai organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk berkembang.
c. Proses pembelajaran berlangsung di mana saja Siswa dapat menggunakan berbagai tempat untuk belajar. Karena tempat juga sangat menunjang proses pembelajaran. Intinya pembelajaran bukan hanya di laksanakan di dalam kelas tetapi di laksanakan sesuai dengan keadaan. d. Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan. Tujuan pembelajaran bukan hanya agar siswa menguasai materi pelajaran, tetapi lebih luas dari pada itu bahwa tujuan belajar adalah agar siswa merubah pola perilakunya menuju arah yang lebih bai
PERLUNYA PERUBAHAN PARADIGMA TENTANG MENGAJAR Apakah mengajar sebagai proses menanamkan ilmu pengetahuan masih berlaku dalam abad teknologi sekarang ini ? . Pandangan mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan itu di anggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan. Hal itu dapat kita lihat dari tiga alasan penting. Alasan inilah yag kemudian menuntut perlu terjadinya perubahan paradigma mengajar, dari mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran kepada mengajar sebagai proses mengatur lingkungan.
Tiga alasan penting Siswa adalah organisme yang berkembang siswa bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi mereka adalah organisme yang sedang berkembang. Guru tidak lagi memposisikan diri sebagai sumber belajar yang bertugas menyampaikan informasi, tetapi harus berperan sebagai pengelola sumber belajar untuk di manfaatkan siswa itu sendiri. 2. Belajar tidak hanya menerimah informasi. Berkembangn pesatnya ilmu pengetahuan mengakibatkan kecenderungan setiap orang tidak mungkin dapat menguasai setiap cabang keilmuan. Belajar tidak hanya sekadar menghafal informasi, menghafal rumus-rumus, tetapi bagaimana menggunakan informasi dan pengetahuan itu untuk mengasah kemampuan berfikir 1.
3. Penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi, mengakibatkan pemahaman baru tentang konsep perubahan tingkah laku manusia. Manusia pada hakikatnya memiliki potensi dan dengan dasar potensi itulah manusia bisa mengembangkan dirinya. Dengan kata lain bahwa siswa bukan lagi di jadikan objek pasif tetapi siswa harus aktif dalam melakukan kegiatan belajar Ketiga hal di atas menuntut perubahan makna dalam mengajar. Mengajar jangan di artikan sebagai proses menyampaikan materi pembelajaran, tetapi lebih di pandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang di milikinya.
Makna Mengajar Dalam Standar Proses Pendidikan 1. Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekadar menyampaikan materi ajaran, akan tetapi juga di maknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain yang demikian sering di istilahkan dalam pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar siswa harus di jadikan pusat dari kegiatan. Hal ini di maksudkan untuk membentuk watak, peradaban dan peningkatan mutu kehidupan peserta didik. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang di harapkan. Pemberdayaan di arahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar. 2. 3. 4. Pembelajran adalah proses berpikir Proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi otak Pembelajaran berlasung sepanjang hayat
�Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekadar menyampaikan materi ajaran, akan tetapi juga di maknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain yang demikian sering di istilahkan dalam pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar siswa harus di jadikan pusat dari kegiatan. Hal ini di maksudkan untuk membentuk watak, peradaban dan peningkatan mutu kehidupan peserta didik. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang di harapkan. Pemberdayaan di arahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar.
�Dalam implementasinya, walaupun istilah yang di gunakan “pembelajaran”, tidak berarti guru menghilangkan perannya sebagai pengajar, sebab secara konseptual pada dasarnya mengajar itu juga bermakna membelajarkan siswa. Mengajar – belajar adalah dua istilah yang memiliki makna tidak dapat di pisahkan. Mengajar adalah suatu aktifitas yang dapat membuat siswa belajar. Keterkaitan antara belajar dan mengajar menurut Jhon dewey ( Wina sanjaya , 2009) adalah “teaching is to learning as selling and buying”.
�Dari berbagai penjelasan di atas, maka makna pembelajaran dalam konteks standar proses pendidikan di tunjukkan oleh beberapa ciri yang di jelaskan sebagai berikut : �Pembelajaran adalah proses berfikir �Proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi otak �Pembelajaran berlangsung sepanjang hayat
�B. BELAJAR � 1. Makna Belajar Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan di awali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat di uraikan sebagai berikut : �Cronbach memberikan definisi : Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. �Harold spears memberikan batasan : Learning is to observe , to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. �Geoch mengatakan : Learning is a change in performance as a result of practice.
�Dari ketiga definisi di atas maka dapat di terangkan bahwa belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subjek melakukan sesuatu, jadi tidak terkesan verbalistik. �Namun secara rinci belajar dapat di katakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
� 2. Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar � 2. 1. Minat �Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat mempengaruhi proses dan hasil belajar, tidak usah dipertanyakan kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu maka cenderung tidak dapat diharapkan bahwa dia akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Sebaliknya kalau seseorang belajar dengan penuh minat, maka diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik.
� 2. 2. Kecerdasan � Telah menjadi hal yang cukup populer bahwa kecerdasan besar peranannya dalam berhasil tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan. Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar dari pada orang yang kurang cerdas di dalam lingkungan. � 2. 3. Bakat � Bakat adalah suatu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada. Hal ini dekat dengan persoalan intelligensia yang merupakan struktur mental yang melahirkan “kemampuan” untuk memahami sesuatu. Hampir sependapat, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Akan tetapi banyak sekali hal-hal yang menghalangi untuk terciptanya kondisi yang sangat diinginkan oleh setiap orang
� 2. 4. Motivasi �Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat. Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. � 2. 5. Kemampuan-kemampuan Kognitif. �Kemampuan-kemampuan kognitif yang utama adalah persepsi, ingatan, dan berfikir. Kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi, dalam mengingat, dan dalam berfikir besar pengaruhnya terhadap hasil belajar.
�Belajar itu harus terbukti dari perubahan perilakunya �Selain tujuan pokok yang hendak di capai, di perolehnya pula hasil-hasil sampingan. Misalnya ia tidak hanya bertambah terampil membuat dan merancang kurikulum tetapi memiliki minat yang lebih untuk bidang studi itu. �Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat �Seseorang belajar secara keseluruhan �Dalam belajar seseorang memerlukan bimbingan dan bantuan dari orang lain �Untuk belajar di perlukan “Insight” �Di samping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang juga ingin mencapai tujuan lain �Adanya kemauan dan hasrat.
�Meskipun ada dampak negatif dari belajar namun kegiatan belajar memiliki arti penting, bahwa belajar berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Bahkan di dalam Al-qur’an juga berkali – kali di tekankan agar manusia mau belajar, karena dengan belajar maka manusia bisa mengerti arti kebesaran Allah SWT.
�Koneksionisme ( Thorndike 1913) Belajar berawal dari kesan indra (S-R) �Classical conditioning (Thorndike, Pavlov, Watson) Dengan percobaan anjing
TERIMAH KASIH
- Slides: 25