MEMBACA SURAT YASIN FATWA TARJIH 2004 Membaca Surat
MEMBACA SURAT YASIN FATWA TARJIH 2004
Membaca Surat Yasin • Diriwayatkan oleh Ibnu Qudamah dari Ma‘qal bin Yasar, beliau berkata bahwa Nabi saw pernah bersabda: ﺍﻭﺍ ﻳﺲ ﻯ ﺍ artinya: Bacalah Yasin atas mautaakum.
Lanjutan… Hadits tersebut dipandang shahih oleh Ibnu Hibban, tetapi menurut Al. Qathan hadits itu ada cacatnya, dan menurut Imam ad. Daruquthni sanad hadits itu lemah. Menurut Ibnu Hibban yang menshahihkan hadits tersebut, lafadz ﺍ bermakna majaz, artinya Yasin itu dibaca di hadapan orang yang sedang sekarat akan meninggal dunia, bukan kepada orang yang sudah mati. Namun ada pula ulama yang memahami surat Yasin dibaca terhadap orang yang sudah meninggal dunia, jadi menurut ulama ini perkataan ﺍ diartikan secara hakiki. Imam ath. Thabrani, seorang yang beraliran ma'tsur menguatkan makna majaz seperti Ibnu Hibban itu.
Kalau kita konsekuen dengan aturan yang dipergunakan dalam ilmu ulumul hadits, maka hadits itu lemah dan dengan sendirinya tidak bias menjadi hujjah (alasan) dalam menetapkan hukum. Namun demikian harus saudara ketahui bahwa menurut Ibnu Katsir, salah satu keistimewaan surat Yasin adalah kemudahan terlimpah bagi pembacanya saat menghadapi kesulitan atau kesukaran.
Surat Yasin digelari juga sebagai jantung Al. Qur'an ) ﺍآﻦ. ) Penamaan seperti itu menurut al. Ghazali disebabkan surat Yasin menekankan uraiannya tentang hari kebangkitan, sedang keimanan baru dinilai benar kalau seseorang mempercayai hari kebangkitan. Memang kepercayaan tentang hari kebangkitan mendorong manusia untuk beramal shalih dengan tulus. Hal ini dapat dihayati oleh orang yang memahamiarti ayat dalam surat Yasin itu.
Salah seorang ahli hadits, almarhum Prof. Dr. TM Hasbi Ash. Shiddieqy dalam bukunya Pedoman Zikir dan Doa, menganjurkan supaya surat Yasin, al. Waqi‘ah, dan al. Mulk (tabaaraka) dibiasakan dibaca setiap malam oleh kita yang hidup untuk diri kita sendiri.
Tarjih • Namun demikian Muhammadiyah di dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) halaman 239 menegaskan: ﺍ ﺍ ﻳﺲ ﻯ ﻟ ﺍ ﺍﺕ Artinya: Bacaan Yasin pada orang yang hampir mati itu tiada alasannya yang shahih.
Lanjutan… Kami belum menemukan nash yang shahih dan maqbul yang dapat dijadikan dasar untuk menetapkan hukum tentang membaca Yasin bersama yang diadakan pada malam Jum’at, demikian pula dasar bahwa hal itu pernah diperintahkan Allah atau pernah diperintahkan Rasulullah mengerjakannya atau beliau sendiri pernah mengerjakannya. Juga belum ditemukan dasar bahwa di antara sahabat sendiri pernah melakukannya dan Rasulullah mengetahui perbuatan sahabat itu. Yang ada ialah perintah Allah SWT agar kaum muslimin membaca al. Qur’an dan bagi yang mendengarkan bacaan itu diperintahkan Allah SWT agar mendengarkan bacaan itu dengan baik dan berdiam diri. Tidak ditentukan surat dan ayat yang lebih baik dibaca, kapan harus dibaca, dan tidak ditentukan pula hari danjamnya.
Allah SWT berfirman: ﺍ ﺍآ ﺍﻭﺍ ﻭﺍ ﻭ : ) ) ﺍﻷﻌﺮﺍ ﻑ Artinya: “Dan apabila dibacakan al. Qur'an, maka dengarkanlah baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. ” (QS. al. A’raf, 7: 204)
ØPada ayat yang lain Allah SWT menerangkan cara membaca al. Qur’an dan kapan saat yang terbaik membacanya. Allah SWT berfirman: . ﺍ ﻳﻼ. ﺍﻟ ﻻ ﻳﻼ. ﺍ ﺍ ﺍ ﻝ ﺍ. ﺍ ﻱ ﻻ ﻳﻼ. ﺍآ ﻳﻼ ﻱ ﺍﻟ ﺍ ﺍ ﻳﻼ. ﺍﻟ ﺍ ﻳﻼ Artinya: “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyaiurusan yang panjang (banyak). ” (QS. al. Muzzammil, 73: 17)
Dari ayat di atas, dapat difahami beberapa hal sebagai berikut: a. Membaca al. Qur’an yang paling baik itu setelah lewat tengah malam, karena pada waktu itu keadaan telah sepi, orang sedang tidur nyenyak, sehingga dapat membacanya dengan khusyu’. Ayatayatdi atas tidak menentukan ayat mana yang paling baik dibaca.
b. Hendaklah membaca al. Qur’an dengan tartil, maksudnya ialah membaca dengan perlahan, diusahakan dengan bacaan lafadz yang benar dan fasih sesuai dengan kemampuan si pembaca, diresapkan arti ayat yang dibaca, dan berjanji akan melaksanakan yang diperintah dan menghentikan yang dilarang oleh ayat tersebut. Tentu saja hal ini dilakukan sesuai dengan kemampuan dan tingkat pengetahuan si pembaca. Dalam pada itu si pembaca pun harus berusaha meningkatkan kemampuan membaca dan memahami bacaannya. Dari kata tartil ini juga dapat difahami bahwa tidak baik membaca al. Qur’an dengan cepat asal cepat tamat (khatam) tanpa ada usaha untuk memahami isinya.
Hal ini dapat juga difahami dari hadits berikut: ﻱﺍﺍ ﺍ ﻯﺍﻭﺍ ﺍ ﺍﻟ ﻱ ﺍ ﺍﻟ ﺍﻟ ﺍ ﺍﻱ ﻳﻭ ﺍ ﺍﻟ ﻯ ﺍﻟﻠ ( ﺍ ﻭ ﻱ ) ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ Artinya: “Dari Abu Wa’il (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Seseorang telah datang kepada ibnu Mas’ud lalu berkata: Tadi malam aku telah membaca surat pendek (almufashshal) dalam satu rakaat. Ibnu Mas’ud berkata: (Bacaan) ini (cepat) seolah (membaca al. Qur’an) adalah membaca sya’ir? Sesungguhnya aku telah mengetahui padanan ayat yang biasa dibaca oleh Nabi saw, lalu menyebut dua puluh surat yang termasuk surat almufashshal, tiap rakaat (dibaca) dua surat. ” (Muttafaq Alaih)
c. Membaca al. Qur’an hendaklaha dengan penuh perhatian dan memikirkan maksud ayat yang dibaca, tidak asal baca. Allah SWT berfirman: : ﻻ ﻭ ﺍآ )ﺍﻟﻨﺴﺎ ﺀ Artinya : “Maka apakah mereka tidak mentadabburkan (memperhatikan) Al Qur'an? ” (QS. an. Nisa’, 4: 82)
Tadabbur berarti membaca dengan penuh perhatian, menggali isi ayat yang dibaca serta melaksanakan apa yang dibaca. Tadabbur dapat dilakukan sendirian atau bersama dalam suatu diskusi, seminar, dan sebagainya. Dari ayat di atas juga dapat difahami adanya ancaman dan peringatan keras kepada orang yang tidak mentadabburkan al. Qur’an.
Pada hadits lain dinyatakan: ﻱ ﻭﻯ ﺍﻟﻠ ﺍ ﺍﻭﺍ ﺍ ﻹﻱﺍ ﺍ آ ﺍﻱ ﻱ ( ) ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ Artinya: “Dari Abu Musa r. a. , dari Nabi saw (diriwayatkan bahwa) beliau bersabda: Pelajari dan hafalkanlah al. Qur’an dengan tekun. Demi Allah yang jiwaku berada dalam kekuasaannya, al. Qur’an itu lebih cepat lepasnya (dari seseorang) dibanding dengan cepatnya lepas unta dari tali pengikatnya. ” (Muttafaq Alaih)
kesimpulan Hadits di atas memperingatkan kepada kaum muslimin agar selalu mempelajari dan mengamalkan ajaran al. Qur’an, karena kalau tidak diamalkan seseorang akan mudah lupa terhadap ajaran tersebut. Dari keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa membaca surat Yasin bersama pada malam Jum’at bukan sunnah Rasulullah saw dan tidak ditemukan nash yang shahih dan maqbul yang dapat dijadikan dasar untuk menetapkan hukumnya. Yang ada dasar hukumnya ialah perintah membaca al. Qur’an dengan tartil, mentadabburkan al. Qur’an, baik sekali membaca al. Qur’an lewat tengah malam. Bila tidak demikian, maka al. Qur’an itu mudah hilang dalam ingatan orang yang kurang memperhatikan ajarannya.
Do’a 40 orang • Sepanjang yang telah kami teliti/ketahui tidak terdapat hadits yang mengatakan bahwa doa yang dibacakan oleh 40 orang atau lebih itu lebih afdlal (utama) dari doa yang dibaca sendiri. Yang kami temukan haditsnya yaitu sabda Nabi saw mengenai mayyit yang dishalatkan oleh banyak orang (40 orang), Allah akan memberi pertolongan terhadap mayyit itu.
ﺍ ﻭﻭﻝﻯﺍﻭﺭﻻﻻ ]ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺤﻤﺪ ﻭﻣﺴﻠﻢ ﻭﺃﺒﻮ. ﻭ ﺍﻟﻠ ﺍ ﻻ ﺍﻟﻠ ﻳﻪ [ ﺩﺍﻭﺩ Artinya: “Tidak ada seorang muslim yang meninggal dunia, lalu jenazahnya dishalatkan oleh 40 orang, mereka tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, melainkan Allah menerima permintaan/permohonan mereka. ” [HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud].
Berdasarkan hadits tersebut dianjurkan memperbanyak jumlah orang shalat jenazah dengan berjamaah 40 orang atau lebih, seperti disebutkan pula dalam hadits riwayat Ahmad, Muslim, dan at. Turmudzi dari Aisyah ra. , dimana Nabi saw pernah bersabda pula: ﺍﻳ ﻭ ﺍ ﻱ ﺍ . ﻭ ﻻ ﻭﺍ Artinya: “Tidaklah seorang mayyit itu dishalatkan oleh kaum muslimin, mereka sampai berjumlah 100 orang, dimana mereka memohonkan ampun untuk mayyit itu, niscaya diterima permohonan mereka. ”
Kesimpulan • Boleh jadi dari hadits tersebut yang bersifat khusus untuk mayyit lalu mereka qiyaskan kepada doa yang bersifat umum. Tetapi karena ini menyangkut soal ibadah maka Muhammadiyah berpendapat tidak ada qiyas dalam bidang ibadah. Qiyas itu dilakukan dalam bidang muammalah duniawiyah. *th)
- Slides: 21