MATERI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK Kelas Program XII IPA

  • Slides: 69
Download presentation
MATERI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK Kelas / Program : XII – IPA / IPS SMA

MATERI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK Kelas / Program : XII – IPA / IPS SMA Talenta TKI 3, F – 1, Kab. Bandung

BAB IV DIALOG DAN KERJASAMA ANTARUMAT BERAGAMA A. Memahami Kekhasan Agama-Agama di Indonesia

BAB IV DIALOG DAN KERJASAMA ANTARUMAT BERAGAMA A. Memahami Kekhasan Agama-Agama di Indonesia

q Gereja Katolik sangat mendukung dialog dan kerja sama dengan umat beragama dan berkepercayaan/berkeyakinan

q Gereja Katolik sangat mendukung dialog dan kerja sama dengan umat beragama dan berkepercayaan/berkeyakinan lain. q Dukungan itu nampak dalam KV II (1962 -1965), sebagaimana yang tertulis di dalam dokumen Gereja : ü Lumen Gentium, ü Gaudium et Spes, ü Ad Gentes, ü Nostra Aetate, ü Dignitatis Humanae, ü Pengajaran Paus (Gembala Gereja Universal) dari masa ke masa, serta para uskup atau waligereja (Gembala Gereja lokal atau partikular)

Tujuan mengenal agama lain harus ditempatkan dalam kerangka untuk : 1). Mengenal dan memperkaya

Tujuan mengenal agama lain harus ditempatkan dalam kerangka untuk : 1). Mengenal dan memperkaya diri. 2). Semakin meneguhkan iman pribadi tanpa usaha untuk merendahkan iman orang lain.

1. Berbagai Agama di Indonesia dan Kekhasannya • Kata “agama” berasal dari bahasa sansekerta:

1. Berbagai Agama di Indonesia dan Kekhasannya • Kata “agama” berasal dari bahasa sansekerta: ‘agama, yang berarti: peraturan tradisional, ajaran. • Jadi kata “agama” seringkali diartikan sebagai: kumpulan peraturan-peraturan atau ajaran.

 • Kata lain untuk menyatakan konsep tersebut adalah “religi”. • Kata “religi” berasal

• Kata lain untuk menyatakan konsep tersebut adalah “religi”. • Kata “religi” berasal dari bahasa Latin “religio”, yang berakar dari kata kerja “religare” (bah. Latin) yang berarti: mengikat kembali, maksudnya: ikatan manusia dengan Tenaga Kudus yang gaib, dengan Tuhan.

1. AGAMA ISLAM § Kata “Islam” berasal dari bahasa Arab Aslama, yaitu bermaksud: “untuk

1. AGAMA ISLAM § Kata “Islam” berasal dari bahasa Arab Aslama, yaitu bermaksud: “untuk menerima, menyerah atau tunduk”. § Dari segi kata ini, Islam diturunkan dari akar kata yang sama dengan kata “salam” yang berarti: damai. § Sedangkan kata “Muslim” (sebutan bagi pemeluk agama islam) berarti: orang yang berserah diri kepada Allah.

1. 1. Hal-hal Pokok dalam Ajaran Islam a. Asal Mula Agama Islam § Islam

1. 1. Hal-hal Pokok dalam Ajaran Islam a. Asal Mula Agama Islam § Islam (bah. Arab) : penyerahan diri kepada Allah, masuk dalam suasana damai, sejahtera dan hubungan serasi, baik antarsesama manusia, maupun manusia dengan Allah. § Kaum muslim mengimani bahwa agama Islam secara lengkap sebagai SUATU SISTEM, BERASAL DARI ALLAH sendiri yang mewahyukannya kepada Nabi Muhammad dengan perantaraan Malaikat Jibril.

§ Orang-orang Muslimin merupakan sebuah kelompok yang terjalin erat berkat iman pada agama yang

§ Orang-orang Muslimin merupakan sebuah kelompok yang terjalin erat berkat iman pada agama yang sama. § Persekutuan muslimin disebut : UMMAH atau UMMAT. § Ikatan berdasarkan agama yang sama ini, disebut : UKHUWAH ISLAMIYAH yang berarti : Persaudaraan Islam. § UMMAH dipimpin oleh seorang pemimpin yang disebut : KHALIFAH.

§ Kepercayaan dasar Islam, dapat ditemukan pada dua kalimah syahadat, yakni: “Laailaha illallah &

§ Kepercayaan dasar Islam, dapat ditemukan pada dua kalimah syahadat, yakni: “Laailaha illallah & Muhammadur Rasulullah” yang berarti: “tiada Tuhan selain Allah & Muhamad adalah utusan Allah. ” § Para penganut Islam, umumnya digalakkan untuk memegang Lima Rukun Islam, yaitu lima pilar yang menyatukan muslim sebagai sebuah komunitas.

Isi dari kelima Rukun Islam itu adalah sbb: q. Mengucap dua kalimah syahadat dan

Isi dari kelima Rukun Islam itu adalah sbb: q. Mengucap dua kalimah syahadat dan meyakini bahwa tidak ada yang berhak ditaati dan disembah dengan benar kecuali Allah saja dan meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul Allah. q. Mendirikan shalat wajib lima kali sehari.

q Berpuasa pada bulan ramadhan (Zaum). q Membayar zakat q. Menunaikan ibadah haji bagi

q Berpuasa pada bulan ramadhan (Zaum). q Membayar zakat q. Menunaikan ibadah haji bagi mereka yang mampu.

Hukum Islam § Tujuan hidup manusia : mencri rida Ilahi, mencari perkenaan Allah; hidup

Hukum Islam § Tujuan hidup manusia : mencri rida Ilahi, mencari perkenaan Allah; hidup sedemikian rupa sehingga Allah tidak marah, tapi berkenan. § Ada 5 Hukum Islam, yakni : v Wajib/Fardh : wajib dilakukan. v Sunah/Mustahab : sebaiknya dilakukan.

Hukum Islam v Mubah/Jaiz : diperbolehkan. v Makruh : sebaiknya tidak dilakukan. v Haram

Hukum Islam v Mubah/Jaiz : diperbolehkan. v Makruh : sebaiknya tidak dilakukan. v Haram : dilarang. Catatan : Halal/haramnya sesuatu dapat diketahui dari Al. Quran sendiri. Bila tidak ada dalam Al-Quran, dicarilah pada sumber kedua, yakni : Sunah Nabi yang dikumpulkan dalam Kitab Hadis.

Catatan : • Al Quran adalah kitab suci agama Islam. • Al Quran diwahyukan

Catatan : • Al Quran adalah kitab suci agama Islam. • Al Quran diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril. • Nabi dalam agama Islam adalah nabi Muhammad SAW, yang diyakini sebagai nabi terakhir dalam ajaran Islam.

 • “Hadits” adalah: kumpulan perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan Muhammad. • Hadits

• “Hadits” adalah: kumpulan perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan Muhammad. • Hadits adalah teks utama (sumber hukum) kedua Islam setelah Al Quran.

2. AGAMA HINDU • Hindu berakar dari kata bahasa sansekerta “Shindhu”. Awalnya, kata ini

2. AGAMA HINDU • Hindu berakar dari kata bahasa sansekerta “Shindhu”. Awalnya, kata ini merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Shindhu. • Dalam agama Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri. Bagi mereka, Tuhan itu Maha Esa dan tiada duanya.

 • Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu Adwaita Wedanta, ditegaskan bahwa : hanya

• Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu Adwaita Wedanta, ditegaskan bahwa : hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk. ”

Dalam agama Hindu, ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut “Pancasradha”, yang merupakan keyakinan

Dalam agama Hindu, ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut “Pancasradha”, yang merupakan keyakinan dasar umat Hindu yang meliputi: a. Widhi Tattwa, yakni: percaya kepada TYME dan segala aspeknya. b. Atma Tattwa, yakni: percaya dengan adanya jiwa dalam segala makhluk.

c. Karmaphala Tattwa, yakni: percaya dengan adanya hukum sebab akibat dalam setiap perbuatan. d.

c. Karmaphala Tattwa, yakni: percaya dengan adanya hukum sebab akibat dalam setiap perbuatan. d. Punarbhawa Tattwa, yakni: percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi). e. Moksa Tattwa, yakni: percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia.

Catatan: • Ajaran agama dalam Hindu didasarkan pada Kitab Suci atau susastra suci keagamaan

Catatan: • Ajaran agama dalam Hindu didasarkan pada Kitab Suci atau susastra suci keagamaan yang memuat nilai spiritual keagamaan berikut dengan tuntunan dalam kehidupan di jalan dharma. • Susastra suci tersebut di antaranya adalah: Weda, Upanishad, Tantra, Agama dan Purana serta kedua Itihasa (epos) yaitu: Ramayana dan Mahabharata.

3. AGAMA BUDDHA § Tokoh historisnya adalah: Buddha Siddharta Gautama. Ia adalah anak raja

3. AGAMA BUDDHA § Tokoh historisnya adalah: Buddha Siddharta Gautama. Ia adalah anak raja Kapilavastu (kerajaan Magadha), namun meninggalkan kehidupan mewahnya dan menjadi seorang pertapa. Ia lalu meninggalkan tapa dan memilih jalan tengah (majhima patipada). § Jalan tengah ini merupakan sebuah kompromi antara kehidupan berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri. § Di bawah pohon bodhi, ia berkaul (berjanji) tidak akan pernah meninggalkan posisinya sampai ia menemukan Kebenaran. Pada usia 35 tahun, ia mencapai Pencerahan. Sejak itu ia dikenal dengan “Gautama Buddha” atau “Buddha” saja yang berarti: “ia yang sadar. ”

§ Inti ajaran Buddha mengenai hidup manusia tercantum dalam “Catur Arya Satya” yang berarti:

§ Inti ajaran Buddha mengenai hidup manusia tercantum dalam “Catur Arya Satya” yang berarti: “Empat Kasunyatan atau Kebenaran Mulia”, yakni: a. Dukha-Satya: penderitaan. hidup dalam segala bentuknya b. Samudaya-Satya: penderitaan disebabkan karena memiliki keinginan dan nafsu. c. adalah manusia Nirodha-Satya: penderitaan itu dapat dilenyapkan (moksha) dan orang mencapai nirwana (kebahagiaan) dengan membuang segala keinginan dan nafsu.

d. Marga-Satya: jalan untuk mencapai pelenyapan penderitaan sehingga dapat masuk ke dalam nirwana adalah:

d. Marga-Satya: jalan untuk mencapai pelenyapan penderitaan sehingga dapat masuk ke dalam nirwana adalah: Delapan Jalan Utama (astaarya-marga), antara lain: keyakinan, pikiran, perkataan, perbuatan, penghidupan, daya upaya, perhatian, dan semadi yang benar.

4. AGAMA KRISTEN § Protestan adalah aliran dalan agama Kristen yang muncul setelah protes

4. AGAMA KRISTEN § Protestan adalah aliran dalan agama Kristen yang muncul setelah protes dari Martin Luther pada tahun 1517. § Kata “Protestan” sendiri diaplikasikan kepada umat Kristen yang menolak ajaran maupun otoritas Gereja Katolik. § Protestan berarti anggota Gereja yang melakukan protes. § Di Indonesia, kebanyakan Gereja Prostestan diwarnai oleh ajaran Calvin dan sebagian bercorak Lutheran.

Ciri-ciri Protestantisme adalah sbb: § Gereja diadakan oleh rahmat Tuhan, oleh pilihan, sabda, Sakramen

Ciri-ciri Protestantisme adalah sbb: § Gereja diadakan oleh rahmat Tuhan, oleh pilihan, sabda, Sakramen dan anugerah iman. § Kitab suci adalah satu-satunya sumber ajaran dan susunan Gereja. Oleh karena itu, sola scriptura (diselamatkan karena Kitab Suci ) adalah prinsip formal protestantisme. Alkitab menerangkan sendiri artinya kepada setiap orang yang membacanya sehingga Gereja tidak berwenang memberi tafsiran otentik. § Pembenaran orang dari semula sampai selesai semata-mata “rahmat illahi” (sola gratia). Tuhan menyatakan orang beriman benar bukan karena ia benar, melainkan karena kebenaran yang lain, yaitu kebenaran Kristus yang dikenakan kepadanya.

Ciri-ciri Protestantisme adalah sbb: § Sabda ilahi adalah satu-satunya sarana rahmat yang dapat berbentuk

Ciri-ciri Protestantisme adalah sbb: § Sabda ilahi adalah satu-satunya sarana rahmat yang dapat berbentuk Alkitab, kotbah, sakramen, dan pembicaraan rohani. Sakramen tidak lain daripada sabda ilahi dalam bentuk kelihatan. Artinya, yang dialami dan bukan hanya didengar. Oleh karena itu, ibadat/liturgi tidak begitu mendapat perhatian. § Imamat umum semua orang beriman saja yang diakui sehingga pendeta dan orang awam hanya berbeda menurut fungsi saja tanpa perbedaan rohani secara eksistensial.

Persamaan Gereja Kristen dan Gereja Katolik : § Persamaan Gereja Protestan dengan Gereja Katolik

Persamaan Gereja Kristen dan Gereja Katolik : § Persamaan Gereja Protestan dengan Gereja Katolik sangat banyak dan menyangkut hal-hal yang fundamental karena berasal dari Yesus Kristus yang diakui oleh kedua agama sebagai dasar Gereja. § Keduanya juga mengakui Allah yang sama, para nabi, Kitab Suci, dan syahadat yang sama.

Perbedaan Gereja Kristen dan Gereja Katolik : KATOLIK Tekanan pada sakramen dan pada segi

Perbedaan Gereja Kristen dan Gereja Katolik : KATOLIK Tekanan pada sakramen dan pada segi sakramen (tanda kelihatan) dari karya Allah. KRISTEN Tekanan pada sabda/ pewartaan dan pada segi misteri karya keselamatan Allah. Kultis, yang mementingkan kurban Profetis, yang terpusat pada sabda (ekaristi). (pewartaan). Gereja secara hakiki bersifat hierarkis. Kitab Suci dibaca dan dipahami di bawah pimpinan hierarki Segala pelayanan gerejawi adalah ciptaan manusia. Setiap orang membaca dan mengartikan Kitab Suci.

Perbedaan Gereja Kristen dan Gereja Katolik : KATOLIK Jumlah Kitab Suci 73, termasuk Deuterokanonika,

Perbedaan Gereja Kristen dan Gereja Katolik : KATOLIK Jumlah Kitab Suci 73, termasuk Deuterokanonika, yaitu: 1 -2 Makabe, sirakh, kebijaksanaan, tobit, yudith, barukh. Ada 7 sakramen. Ada devosi kepada para kudus. KRISTEN Jumlah Kitab Suci 66, tidak termasuk Deuterokanonika. Ada 2 sakramen: Baptis dan Ekaristi/perjamuan Tidak menerima devosi kepada para kudus.

5. AGAMA KONGHUCU § Agama ini mengambil nama dari Sang Nabi Khongcu (Kongzi/Kong Fuzi),

5. AGAMA KONGHUCU § Agama ini mengambil nama dari Sang Nabi Khongcu (Kongzi/Kong Fuzi), yang lahir tanggal 27 bulan 8 tahun 551 Sm di negeri Lu (kini jazirah Shandong). § Intisari ajaran Khong Hu Cu adalah sbb: 1. Delapan pengakuan iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Kong Hu Cu: a. Sepenuh iman kepada Tuhan yang maha esa b. Sepenuh iman menjunjung kebajikan c. Sepenuh iman menegakan firman gemilang d. Sepenuh iman percaya adanya nyawa dan roh

e. Sepenuh iman memupuk cita berbakti f. Sepenuh iman mengikuti genta rohani nabi Kongzi

e. Sepenuh iman memupuk cita berbakti f. Sepenuh iman mengikuti genta rohani nabi Kongzi g. Sepenuh iman memuliakan kitab Si Shu dan Wu Jing h. Sepenuh iman menempuh jalan suci 2. Lima sifat kekekalan (Wu Chang) Ren b. Yi c. Li d. Zhi e. Xin a. : cinta kasih : Kebenaran/keadilan/kewajiban : kesusilaan : bijaksana : dapat dipercaya

3. Lima Hubungan Sosial (Wu Lun) a. Hubungan antara pimpinan dan bawahan b. Hubungan

3. Lima Hubungan Sosial (Wu Lun) a. Hubungan antara pimpinan dan bawahan b. Hubungan antara suami dan isteri c. Hubungan antara orang tua dan anak d. Hubungan antara kakak dan adik e. Hubungan antara kawan dan sahabat 4. Delapan Kebajikan (Ba De) a. Xiao : laku baktib. b. Ti : rendah hati c. Zhong : satya d. Xin : dapat dipercaya

e. Li : susila f. Yi : bijaksana g. Lian : suci hati h.

e. Li : susila f. Yi : bijaksana g. Lian : suci hati h. Chi : tahu malu i. Satya dan Tepa Selira/Tahu menimbang (Zhong Shu) § Berdasarkan Kitab Zhong Yong, agama adalah: bimbingan hidup karunia Tian/Tuhan Yang Maha Esa (Tian Shi) agar manusia mampu membina diri, hidup di dalam Dao atau Jalan Suci, yakni: “hidup menegakkan firman Tian yang mewujud sebagai Watak Sejati, hakikat kemanusiaan. ”Hidup beragama berarti hidup beriman kepada Tian dan lurus satya menegakkan firman-Nya.

6. Agama Asli Nusantara § Agama asli nusantara adalah: agama-agama tradisional yang telah ada

6. Agama Asli Nusantara § Agama asli nusantara adalah: agama-agama tradisional yang telah ada sebelum agama Islam, Kristen katolik-Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu masuk ke Indonesia. § Agama asli nusantara itu antara lain: 1. Sunda Wiwitan, yang dipeluk oleh masyarakat sunda di Kanekes, Lebak, Banten. 2. Sunda Wiwitan aliran Madrais, juga dikenal sebagai agama Cigugur, di cigugur, Kuningan, Jawa Barat. 3. Buhun, di Jawa Barat. 4. Kejawen, di Jawa Tengah dan Jawa Timur. 5. Parmalim, agama asli Batak. 6. Kaharingan, di Kalimantan.

7. Tonaas Walian, di Minahasa, Sulawesi Utara. 8. Tolottang, di Sulawesi selatan. 9. Wetu

7. Tonaas Walian, di Minahasa, Sulawesi Utara. 8. Tolottang, di Sulawesi selatan. 9. Wetu Telu, di Lombok. 10. Naurus, di Pulau Seram di Maluku. § Agama-agama asli nusantara tersebut didegradasi sebagai ajaran animisme, penyembah berhala/batu atau hanya sebagai aliran kepercayaan.

2. Orang Kristiani Menempatkan Diri terhadap Umat Beragama Lain § Apa yang menjadi dasar

2. Orang Kristiani Menempatkan Diri terhadap Umat Beragama Lain § Apa yang menjadi dasar kita untuk menempatkan diri terhadap umat beragama lain? a. Dasar pertama: hanya Allah-lah sumber Cinta Kasih dalam kehidupan. (Lihat Rom 2: 1 -16). b. Dasar kedua: Kristus mengutus Gereja untuk hidup di dunia.

§ Bagaimanakah pelaksanaan tugas perutusan Kristus kepada Gereja jika Gereja adalah rekan seperjalanan? Bagaimanakah

§ Bagaimanakah pelaksanaan tugas perutusan Kristus kepada Gereja jika Gereja adalah rekan seperjalanan? Bagaimanakah Gereja perlu dan harus hadir? a). Perutusan itu hanya dapat dilakukan Gereja dengan tetap berada dan menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat. b). Gereja diutus untuk mewartakan Kristus, Sang Pokok Keselamatan kepada masyarakat luas. Agar tugas perutusan itu berbuah baik, maka Gereja tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat, tetapi harus pula menjadi utusan yang kontekstual. Artinya: dalam melaksanakan perutusan itu, Gereja hendaknya dengan sungguh-sungguh memperhatikan konteks kehidupan sosial, budaya, tradisi kebangsaan dan keagamaan, serta geliat kehidupan dimana Gereja berada.

§ Cara-cara Gereja menghayati dirinya sebagai sahabat seperjalanan bagi umat beragama: a). Gereja menempatkan

§ Cara-cara Gereja menghayati dirinya sebagai sahabat seperjalanan bagi umat beragama: a). Gereja menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat. (Lihat NA art. 1). b). Gereja membuka dirinya untuk mengenal dengan tulus cara hidup dan ajaran-ajaran agama lain karena ajaran-ajaran itu memancarkan sinar kebaikan Allah yang menyinari hidup semua orang (Lihat NA art. 2). c). Gereja membuka diri untuk berbagi dalam kesadaran akan perutusan Allah di dunia (Lihat NA art. 2). d). Gereja berdialog untuk membangun dan memaknai kehidupan bersama.

e). Gereja belajar dari sejarah untuk membangun kehidupan yang lebih baik. f). Gereja membangun

e). Gereja belajar dari sejarah untuk membangun kehidupan yang lebih baik. f). Gereja membangun persaudaraan semesta tanpa diskriminasi.

3. Umat Katolik Menghargai dan Menghormati Kekhasan Agama-agama § Konsili Suci dengan tegas dan

3. Umat Katolik Menghargai dan Menghormati Kekhasan Agama-agama § Konsili Suci dengan tegas dan jelas menyatakan sikapnya terhadap agama-agama lain. Dengan tulus, Gereja menghargai dan menghormati kekhasan masing-masing agama dan memiliki keyakinan bahwa agama-agama lain memantulkan sinar kebenaran dan membimbing para penganutnya kepada Allah. (NA art. 2). § Pernyataan tentang sikap Gereja terhadap agama-agama lain, yakni bahwa rasa hormat Gereja adalah Gereja tidak menolak segala sesuatu dari agama-agama bukan kristiani yang serba benar dan suci, meskipun di beberapa segi terdapat perbedaan.

§ Sikap hormat dan menghargai itu tidaklah berarti menerima begitu saja apa yang benar

§ Sikap hormat dan menghargai itu tidaklah berarti menerima begitu saja apa yang benar dan suci dari agama-agama bukan kristiani untuk menggantikan yang diyakini sebagai kebenaran oleh Gereja. Bahkan Gereja tetap mempunyai kewajiban untuk mewartakan Kristus, yang adalah: “jalan, kebenaran dan hidup”, sebab dalam Kristus manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan. Sikap demikian ini dijadikan dasar dalam membangun dialog dan kerja sama dengan para penganut agama lain. § Sikap Gereja Katolik dan juga setiap anggota Gereja terhadap orang lain adalah sama seperti sikap Kristus terhadap orang lain yaitu: kasih dan pengampunan.

B. Dialog antarumat Beragama dan Berkepercayaan § Dialog (Yunani: dialogos) berarti: berbicara satu sama

B. Dialog antarumat Beragama dan Berkepercayaan § Dialog (Yunani: dialogos) berarti: berbicara satu sama lain, bercakap-cakap dan bertukar pikiran. § Dalam dialog antarumat beragama perlu keterbukaan dan pengertian. Kepentingan dialog perlu dipahami dan ditempatkan dalam rangka mengupayakan kerukunan dan kerjasama antar warga demi terciptanya persaudaraan nasional. § MAKNA dari dialog antarumat beragama adalah sebagai berikut:

1. Dapat mendorong orang untuk lebih memahami agamanya secara lebih tepat dan jernih. 2.

1. Dapat mendorong orang untuk lebih memahami agamanya secara lebih tepat dan jernih. 2. Menuntut orang untuk mau mendengarkan, mau mempertimbangkan dan mau menghormati pandangan pihak lain. 3. Tidak bertujuan untuk mempertobatkan pihak lain ke dalam kepercayaan kita sendiri.

Wujud-wujud Dialog antarumat Beragama : 1. Dialog kehidupan : diperuntukkan bagi semua orang dan

Wujud-wujud Dialog antarumat Beragama : 1. Dialog kehidupan : diperuntukkan bagi semua orang dan sekaligus merupakan level dialog yang paling mendasar. Ex : bertegur sapa, bergaul, saling mendukung, dan saling membantu sama lain. 2. Dialog Karya , yakni : kerja sama yang lebih intens dan mendalam dengan para pengikut agama-agama lain. Sasaran yang mau dicapai yakni pembangunan manusia dan peningkatan martabat manusia. Ex : kerjasama dalam kegiatan sosial karitatif, dsb.

Wujud-wujud Dialog antarumat Beragama : 3. Dialog Pengalaman Iman/Pengalaman Keagamaan : dialog tingkat tinggi.

Wujud-wujud Dialog antarumat Beragama : 3. Dialog Pengalaman Iman/Pengalaman Keagamaan : dialog tingkat tinggi. Dimaksudkan untuk saling memperkaya dan memajukan penghayatan nilai-nilai tertinggi dan cita-cita rohani masing-masing pribadi.

Wujud-wujud Dialog antarumat Beragama : 1. Dialog kehidupan sehari-hari, yakni: interaksi dengan anggota masyarakat

Wujud-wujud Dialog antarumat Beragama : 1. Dialog kehidupan sehari-hari, yakni: interaksi dengan anggota masyarakat yang berbeda agama dalam aneka kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2. Dialog formal, yakni: interaksi dengan saudara saudari berbeda agama dalam pertemuan-pertemuan atau rapat -rapat formal pengelolaan, masyarakat, RT /RW /kelurahan/ kecamatan/ kabupaten/kota madya/provinsi, dll.

3. Dialog teologis, yakni: interaksi dengan saudarasaudari berbeda agama untuk menemukan kejelasan masalah-masalah keagamaan

3. Dialog teologis, yakni: interaksi dengan saudarasaudari berbeda agama untuk menemukan kejelasan masalah-masalah keagamaan atau iman kepercayaan (misalnya soal Trinitas, monotheisme, keselamatan hidup, dll). 4. Dialog doa, yaitu: kegiatan doa berdoa dengan saudara saudari berbeda agama untuk memperoleh rahmat kasih Allah, dll.

Adapun tujuan dari dialog menurut para tokoh (bertitik tolak dari pengalaman) adalah: § Dialog

Adapun tujuan dari dialog menurut para tokoh (bertitik tolak dari pengalaman) adalah: § Dialog antarumat beragama harus mampu memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di Indonesia. § “Apa yang harus kita cari adalah kesamaan agar tumbuh kebersamaan. (Pdt. Andreas Ewangoe).

Gambaran umum tentang cara beragama dari umat beragama: § Tradisional, yaitu: cara beragama berdasar

Gambaran umum tentang cara beragama dari umat beragama: § Tradisional, yaitu: cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang dari angkatan sebelumnya. Biasanya orang yang kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Dengan demikian, kurang dalam meningkatkan ilmu amal keagamaan. § Formal, yaitu: cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh.

§ Rasional, yaitu: cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha

§ Rasional, yaitu: cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengalamannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun. § Metode pendahulu, yaitu: cara beragama seseorang berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) di bawah wahyu. Untuk itu, ia selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengalaman, dan penyebaran (dakwah). Ia selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama, sebelum mereka mengamalkan dan mendakwahkan.

HAMBATAN-HAMBATAN yang biasanya muncul dan dirasakan dalam mengadakan dialog antarumat beragama, ditinjau dari beberapa

HAMBATAN-HAMBATAN yang biasanya muncul dan dirasakan dalam mengadakan dialog antarumat beragama, ditinjau dari beberapa aspek antara lain: a. Aspek tokoh Historis : § Fanatisme dan sovinisme pemeluk agama yang kurang setia terhadap tokoh historis yang diikutinya sehingga beranggapan bahwa tokoh yang satu lebih unggul daripada tokoh lainnya, seolah-olah mereka ini berasal dari Allah yang berbeda.

§ Proses pembodohan yang terjadi dalam kaderisasi dan “propaganda” dari pemuka agama kepada para

§ Proses pembodohan yang terjadi dalam kaderisasi dan “propaganda” dari pemuka agama kepada para kader dan pemeluk agama sehingga mereka tidak memperoleh informasi yang benar dan utuh tentang tokoh historis dan ajaran-ajarannya. b. Aspek Harta Milik § Kekayaan tidak jarang digunakan untuk menindas orang kecil § Kekayaan tidak jarang digunakan untuk provokasi agama yang seringkali disertai kekerasan § Kekayaan seringkali diperlakukan sebagai status simbol

c. Aspek Pesan Universal § Persepsi yang berbeda-beda dari masing-masing agama dan pemuka agama

c. Aspek Pesan Universal § Persepsi yang berbeda-beda dari masing-masing agama dan pemuka agama (bahkan dalam satu agama yang sama) tentang pesan agamanya. § Ketertutupan dan eksklusivitas para pemeluk agama. d. Aspek Tujuan Hidup § Solidarisme yang dikembangkan hanya bersifat eksklusif § Ada semacam persaingan yang tidak sehat dalam mencapai tujuan hidup § Mampetnya dialog dan komunikasi

e. Aspek Pandangan terhadap Kaum Miskin § Masih ada kesenjangan sosial bahkan kian lebar

e. Aspek Pandangan terhadap Kaum Miskin § Masih ada kesenjangan sosial bahkan kian lebar § Masih suburnya materialisme, konsumerisme, hedonisme, bahkan darwinisme § Pendiskreditan elite terhadap kaum miskin sebagai pemalas dan sampah masyarakat f. Aspek Iman, Ibadat, dan Kitab Suci § Beriman kepada Tuhan yang sama, tetapi perbedaan tradisi dan ajaran dibesar-besarkan § Ada persaingan dalam pembangunan tempat ibadah beserta sarana pendukungnya § Ada rasa “alergi” untuk membaca dan mempelajari Kitab Suci, terutama kitab Suci dari agama lain

Usaha-usaha Mengatasi Hambatan-hambatan dalam Berdialog dengan Umat Beragama Lain § Cara mengatasinya adalah: dengan

Usaha-usaha Mengatasi Hambatan-hambatan dalam Berdialog dengan Umat Beragama Lain § Cara mengatasinya adalah: dengan mengubah hambatan -hambatan yang bersifat negatif-destruktif ke arah yang lebih baik dan konstruktif berdasarkan aspek-aspek tersebut. a. Aspek Tokoh Historis § Meningkatkan dialog interaktif antarpemeluk agama mengenai visi dan misi yang dibawa oleh tokoh historisnya. Dialog ini dimulai dari para pemuka agama.

§ Para pemuka agama lebih “jujur” dalam memperkenalkan figure, visi dan misi tokoh historisnya

§ Para pemuka agama lebih “jujur” dalam memperkenalkan figure, visi dan misi tokoh historisnya sehingga pemeluk agama memiliki pemahaman dan penghayatan yang utuh tentang tokoh historisnya. § Dialog ini juga dimaksudkan untuk membangun sikap inklusif di antara umat beragama. b. Aspek Harta Milik § Kekayaan digunakan untuk melayani orang lain terutama yang terpinggirkan. § Mengagendakan “dakwah” dengan topik peranan harta bagi manusia.

C. Aspek Pesan Universal § Mengungkapkan nilai-nilai universal yang terdapat dalam ajaran masing-masing agama.

C. Aspek Pesan Universal § Mengungkapkan nilai-nilai universal yang terdapat dalam ajaran masing-masing agama. § Membangun komunikasi bersama baik secara formal maupun non formal, sehingga tidak salah persepsi terhadap pesan keselamatan universal. D. Aspek Tujuan Hidup § Membuka dialog dan komunikasi yang manusiawi demi kehidupan bersama yang lebih baik. § Membangun solidaritas yang lebih luas (inklusif). § Merintis kerjasama untuk mencapai tujuan hidup bersama.

E. Aspek Pandangan terhadap Martabat Kaum Miskin § Penjajagan kemungkinan untuk membina kerjasama melalui

E. Aspek Pandangan terhadap Martabat Kaum Miskin § Penjajagan kemungkinan untuk membina kerjasama melalui program peduli kaum miskin dan pengentasan kemiskinan. § Membuka dialog terbuka dengan semua pihak yang berkehendak baik. F. Aspek Iman, Ibadat dan Kitab Suci § Dialog antarumat beriman, untuk memahami tradisi dan dinamika hidup beriman pihak lain. § Dialog dan kerja sama untuk studi Kitab Suci yang dilaksanakan dengan dasar kehendak baik.

4. Teladan Yesus dalam Membangun Dialog dengan Berbagai Pihak § Dialog antarumat beragama sesungguhnya

4. Teladan Yesus dalam Membangun Dialog dengan Berbagai Pihak § Dialog antarumat beragama sesungguhnya adalah forum bersama untuk memuji dan memuliakan Allah dan membangun kehidupan bersama. § Tujuannya membangun kesejahteraan bersama (Res Publica). Karena itu, semangat yang dikembangkan adalah semangat membagikan dengan ketulusan dan bukan semangat mereduksi keyakinan orang lain atau bahkan menghakimi keyakinan orang lain.

Sikap Yesus terhadap orang bukan Kristen dan bukan Yahudi: a. Yesus mengasihi semua orang,

Sikap Yesus terhadap orang bukan Kristen dan bukan Yahudi: a. Yesus mengasihi semua orang, baik yang memilih Dia, maupun yang tidak memilih-Nya sebab kasih itu tidak memilih apalagi mengecualikan orang lain. b. Yesus menerima orang-orang berdosa yang selama ini dipandang sebagai pihak yang harus dikucilkan dari pergaulan. Ex: kisah orang Farisi dan orang berdosa di Bait Allah.

c. Yesus menerima orang-orang yang hidup dalam kekerasan, bahkan dijanjikan akan bersama Dia masuk

c. Yesus menerima orang-orang yang hidup dalam kekerasan, bahkan dijanjikan akan bersama Dia masuk ke Taman Firdaus (Luk 23: 42 -43). d. Yesus juga menerima orang yang dipandang sangat hina oleh masyarakat bahkan sikap Yesus itu menimbulkan banyak pertentangan (Luk 7: 36 -50). e. Yesus melaui perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk 15: 11 -32), memberi pelajaran bahwa kesalahan seberat apapun, kita harus menerimanya sebagai manusia dengan penuh kasih, seperti Allah sendiri Mahabaik dan penuh kasih.

f. Yesus tidak menghakimi dan mejatuhkan hukuman apapun kepada seorang yang tertangkap telah berbuat

f. Yesus tidak menghakimi dan mejatuhkan hukuman apapun kepada seorang yang tertangkap telah berbuat zinah. g. Dalam perumpamaan tentang orang samaria yang murah hati, Yesus memberikan contoh kepada para murid-Nya, bahwa untuk berbuat baik kepada orang lain itu jangan memandang latar belakangnya, apalagi imbalannya.

BERBAGAI BENTUK KERJA SAMA ANTARUMAT BERAGAMA Ada 5 SIKAP BERAGAMA yang dapat dijadikan sebagai

BERBAGAI BENTUK KERJA SAMA ANTARUMAT BERAGAMA Ada 5 SIKAP BERAGAMA yang dapat dijadikan sebagai titik tolak pemikiran untukmenemukan bentuk-bentuk kerjasama antarumat beragama: a. Eksklusivitas : melahirkan pandangan bahwa ajaran yang paling benar hanyalah agama yang dianutnya. b. Inklusivitas : di luar agama yang dianutnya juga terdapat kebenaran, meskipun tidak sesempurna agama yang dianutnya.

c. Pluralitas / Paralelisitas : sikap teologis inidapat terwujud dalam berbagai rumusan. Misalkan: agama

c. Pluralitas / Paralelisitas : sikap teologis inidapat terwujud dalam berbagai rumusan. Misalkan: agama yang lain adalah jalan yang sama-sama sah untuk mencapai kebenaran yang sama; agama-agama lain berbicara secara berbeda, tetapi merupakan kebenaran-kebenaran yang sama. d. Eklektivitas : sikap keberagaman yang berusaha memilih dan mempertemukan berbagai segi ajaran agamayang dipandang baik dan cocok untuk dirinya sehingga format akhir dari sebuah agama menjadi semacam sebuah mozaik yang bersifat eklektis.

e. Universalitas : beranggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama. Hanya

e. Universalitas : beranggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama. Hanya saja karena faktor historis-antropologis, agama lalu tampil dalam format plural Catatan: § Dari ke-5 sikap dalam beragama tersebut, eksklusivitas merupakan sikap yang akan menghambat segala bentuk kerja sama lintas agama.

Usaha-usaha Umat Beriman untuk Mewujudkan Terjadinya Kerja sama Antarumat Beragama a. Membentuk Forum Persaudaraan

Usaha-usaha Umat Beriman untuk Mewujudkan Terjadinya Kerja sama Antarumat Beragama a. Membentuk Forum Persaudaraan Antarumat Beriman (FPUB), yang merupakan ajang komunikasi, diaolog, dan kerja sama antaruma beragama yang bersemangatkan iman akan TYME b. Bersama-sama pemeluk inklusifitas. agama, meningkatkan

c. Pengadaan tempat olahraga, gedung kesenian, atau balai pertemuan yang memungkinkan masyarakat berebea agama

c. Pengadaan tempat olahraga, gedung kesenian, atau balai pertemuan yang memungkinkan masyarakat berebea agama dapat bertemu, berinteraksi, dan berdialog. d. Meningkatkan ekonomi masyarakat sangat (berpengaruh dalam meningkatkan kerja sama antarumat beragama), misalkan dengan menumbuhkan gerakan pemberdayaan ekonomi yang berbasis kerakyatan.

e. Pembangunan dalam bidang pendidikan misalkan dengan mendirikan sekolah-sekolah lanjutan tingkat atas (SMA –

e. Pembangunan dalam bidang pendidikan misalkan dengan mendirikan sekolah-sekolah lanjutan tingkat atas (SMA – SMK). f. Membangun budaya keharmonisan hidup. yang dapat menciptakan g. Membangun sistem politik yang bebas dari segala bentuk konflik kepentingan antargolongan/agama.