LOGO Anggota Kelompok 2 Annisa Bella Rika 41814091
L/O/G/O Anggota Kelompok 2: Annisa Bella Rika || 41814091 Fahrul Reza Pradana Adrianda || 41814093 Faiza Sintia Mutmainna || 41814084 Fisena Hardiyanto || 41814177 Kharisma Putri Pertiwi || 41814051 Riawan Eko Sriyanto || 41814142 Tradisi IK 1 FENOMENOLOGI TEORI KOMUNIKASI Dosen: Sangra Juliano P, M. I. Kom
Tradisi Fenomenologi Pokok Bahasan 1 2 3 4 Apa itu Tradisi Fenomenologi? Sejarah Perkembangan Fenomenologi sebagai Metode Penelitian Dasar Pemikiran Tradisi Fenomenologi 5 Varian dari Tradisi Fenomenologi 6 Kesimpulan
1 Apa itu Tradisi Fenomenologi? Definisi Tradisi fenomenologi adalah mengamati kehidupan dalam keseharian dalam suasana yang alamiah. Tradisi fenomenologi dapat menjelaskan tentang khalayak dalam berinteraksi dengan media. Teori-teori dalam tradisi fenomenologis berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi pengalaman-pengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya. Tradisi ini memperhatikan pada pengalaman sadar seseorang. Fenomenologi membuat pengalaman nyata sebagai data pokok sebuah realitas. Semua yang dapat Anda ketahui adalah apa yang Anda alami. Pendukung teori ini berpandangan bahwa cerita atau pengalaman individu adalah lebih penting dan memiliki otoritas lebih besar daripada hipotesis penelitian sekalipun.
2 Sejarah Perkembangan Fenomenologi Perkembangan? • • • Secara etimologis, fenomenologi berasal dari kata Yunani, phainomenon yang merujuk pada arti “yang menampak”. Fenomena adalah fakta yang disadari dan masuk ke dalam pemahaman manusia. Sehingga, suatu objek ada dalam relasi kesadaran. Fenomenologi sebagai salah satu cabang filsafat pertama kali dikembangkan di universitas-universitas Jerman sebelum Perang Dunia I, khususnya oleh Edmund Husserl, yang kemudian dilanjutkan oleh Martin Heidegger dan yang lainnya, seperti Jean Paul Sartre. Selanjutnya Sartre memasukkan ide-ide dasar fenomenologi dalam pandangan eksistensialisme. Adapun yang menjadi fokus eksistensialisme adalah eksplorasi kehidupan dunia makhluk sadar atau jalan kehidupan subjek-subjek sadar (Engkus Kuswarno, 2009: 3). Dikenal setidaknya sampai menjelang abad ke-20. Abad ke-18 menjadi awal digunakannya istilah fenomenologi sebagai nama teori tentang penampakan yang menjadi dasar pengetahuan empiris atau penampakan yang diterima secara inderawi. Sebelum abad ke-18, pemikiran filsafat terbagi menjadi dua aliran yang saling bertentangan yakni Aliran Empiris dan Aliran Rasionalisme. Fenomenologi bagi Husserl adalah gabungan antara psikologi dan logika. Fenomenologi membangun penjelasan dan analisis psikologi tentang tipe-tipe aktivitas mental subjektif, pengalaman, dan tindakan sadar. Namun, pemikiran Husserl tersebut masih membutuhkan penjelasan yang lebih lanjut khususnya mengenai “model kesengajaan”. Pada awalnya, Husserl mencoba untuk mengembangkan filsafat radikal atau aliran filsafat yang menggali akar-akar pengetahuan dan pengalaman. Hal ini didorong oleh ketidakpercayaan terhadap aliran positivistik yang dinilai gagal memanfaatkan peluang membuat hidup lebih bermakna karena tidak mampu mempertimbangkan masalah nilai dan makna. Fenomenologi berangkat dari pola pikir subjektivisme yang tidak hanya memandang dari suatu objek yang tampak namun berusaha menggali makna di balik setiap gejala tersebut.
3 Fenomenologi sebagai Metode Penelitian Sebagai metode penelitian, fenomenologi sering dikenal sebagai metode deskriptif kualitatif dengan paradigm konstruktivisme (Mix Methodology, 2011: 138). Asumsi secara Ontologi Sesuai dengan asumsi ontologis yang ada dalam paradigm konstruktivisme, peneliti yang menggunakan metode ini akan memperlakukan realitas sebagai konstruksi sosial kebenaran. Realitas juga dipandang sebagai sesuatu yang sifatnya relatif, yaitu sesuai dengan konteks spesifik yang dinilai relevan oleh para actor sosial. Asumsi secara Aksiologi dan Epistemologi Ada interaksi antara peneliti dan subjek yang diteliti. Sementara itu dari sisi aksiologis, peneliti akan memperlakukan nilai, etika, dan pilihan moral sebagai bagian integral dari penelitian. Peneliti merupakan fasilitator yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial dalam rangka merekonstruksi realitas sosial. Asumsi pokok fenomenologi adalah manusia secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna atas sesuatu yang dialaminya. Oleh karena itu interpretasi merupakan proses aktif yang memberikan makna atas sesuatu yang dialami manusia. Dengan kata lain pemahaman adalah sesuatu tindakan kreatif yakni tindakan menuju pemaknaan (Littlejohn, 2008: 38).
4 Dasar Pemikiran Tradisi Fenomenologi Ada tiga prisnsip dasar dari fenomenologi menurut Stanley Deetz: 1 Pengetahuan adalah kesadaran, bukanlah didapat dari pengalaman akan tetapi didapat dari bagaimana menjadikan pengalaman tersebut menjadi sebuah pelajaran. 2 Potensi Diri, bagaimana diri memandang suatu objek dan apa makna objek tersebut bagi anda. 3 Bahasa adalah kendaraan dari pemikiran.
5 Varian dari Tradisi Fenomenologis klasik (Edmund Husserl) • Kebenaran dapat diyakinkan melalui pengalaman langsung. • Hanya melalui perhatian sadarlah kebenaran dapat diketahui, utk itu harus menyingkirkan kategori pemikiran & kebiasaan dlm melihat sesuatu. • Pendekatan Objektif Fenomenologis Persepsi (Maurice Merleau ponty) • Menentang objektivitas sempit. • Manusia merupakan gabungan fisik dan mental yang menciptakan makna di dunia. • Manusia dipengaruhi oleh dunia sekaligus mempengaruhi dunia. adi penglaman fenomenologis adalah subjektif Fenomenologis Hermeneutik (Martin Heidegger) • Realitas sesuatu itu tidak diketahui dengan analisis yang cermat atau pengurangannya, melainkan melalui pengalaman alami yg diciptakan oleh penggunaan bahasa dlm kehidupan sehari-hari. • Sesuatu yang nyata adalah apa yang dialami melalui penggunaan bahasa dalam konteksnya.
L/O/G/O SESI TANYA JAWAB
6 Kesimpulan Teori fenomenologi memfokuskan perhatiannya terhadap pengalaman sadar seorang individu, maka dapat disimpulkan bahwa Teori Fenomenologi berangkat dari pola pikir subjektivisme yang tidak hanya memandang dari suatu objek yang tampak namun berusaha menggali makna di balik setiap gejala tersebut. Jadi, setiap individu aktif dan kritis untuk menginterpretasikan pengalaman hidup mereka pribadi, sehingga mereka dapat memahami lingkungannya melalui pengalaman personal dengan lingkungannya.
L/O/G/O Terima Kasih!
- Slides: 10