LANGKAH 1 MEMBANGUN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN Dr Arjaty
LANGKAH 1 MEMBANGUN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN Dr. Arjaty W Daud MARS 1
TUJUAN Mahasiswa dapat menyebutkan tujuan mata ajar membangun budaya keselamatan pasien 2. Mahasiswa dapat menguraikan topik- topik dan jadwal mata ajar membangun budaya keselamatan pasien 3. Mahasiswa dapat menggambarkan sistem evaluasi pembelajaran dan buku wajib 4. Mahasiswa mampu memahami kompetensi yang diharapkan dari mata ajar 1. 2
TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KP, Ciptakan kepemimpinan & budaya yg terbuka & adil. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA, Bangunlah komitmen & fokus yang kuat & jelas tentang KP di RS Anda INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO, Kembangkan sistem & proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yang potensial bermasalah KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN, Pastikan staf Anda agar dgn mudah dapat melaporkan kejadian / insiden, serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN, Kembangkan cara-cara komunikasi yg terbuka dgn pasien BELAJAR & BERBAGI PENGALAMAN TTG KP, Dorong staf anda utk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KP, Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan 3
BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KP Ciptakan kepemimpinan & budaya yg terbuka & adil. 1. RS: Kebijakan : Tindakan staf segera setetelah insiden -- kumpulkan fakta, dukungan kepada staf, pasien - keluarga Peran & akuntabilitas individual pada insiden Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian KP. • • • Tim: Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta 4 pelaksanaan • •
BUDAYA ORGANISASI Suatu pola keyakinan, nilai-nilai, perilaku, norma-norma yang disepakati / diterima dan melingkupi semua proses - membentuk bagaimana seseorang berperilaku dan bekerja bersama. Suatu kekuatan yang sangat besar dan sesuatu yang tetap ada walaupun terjadi perubahan Tim dan perpindahan personil. 5
What is a safety culture? Kesadaran ( awareness ) yang aktif dan konstan tentang adanya potensi timbulnya kesalahan. Ø Ø Ø Staf dan organisasi mampu mengenali kesalahan 2, belajar dari kesalahan tsb dan mengambil tindakan untuk memperbaikinya Terbuka dan Adil ( open and fair ), Ø Ø berbagi informasi secara terbuka dan bebas, perlakuan yang adil terhadap staf waktu terjadi insiden. Pendekatan Sistem ( systems approach ) terhadap keselamatan Ø semua insiden juga dikaitkan dengan sistem ditempat individu tsb bekerja. 6
What is a safety culture? Dalam organisasi : Keselamatan Pasien selalu menjadi pemikiran utama dalam benak setiap orang : Ø waktu memberikan layanan kesehatan Ø saat menentukan tujuan Ø mengembangkan proses dan prosedur, Ø membeli peralatan dan produk baru, Ø meredisain klinik, tempat perawatan Ø mengembangkan unit-unit baru. Keselamatan pasien mempengaruhi Visi, Misi dan Tujuan organisasi secara keseluruhan. 7
KESADARAN AKAN POTENSI TERJADINYA KESALAHAN Sakit In. Dia. Rumah Hospital : : Because there are ……Banyaknya • hundreds jenis obat, of tests § medications, jenis pemeriksaan and procedures, prosedur, and many patients • jumlah pasien dan • staf Rumah staff Sakit and clinical members in a Potensial hospital, it is quite terjadinya easy for a mistake kesalahan. to be made. . 8
Being open and fair Bagian fundamental organisasi dengan budaya keselamatan : menjamin adanya keterbukaan dan adil. Untuk RS hal ini berarti : - staf harus terbuka tentang insiden yang melibatkan mereka; - staf dan RS harus akuntabel terhadap tindakan mereka; - staf merasa mampu berbicara kepada kolega dan atasannya tentang insiden yang terjadi; - RS terbuka dg pasien, masyarakat dan staf ; - staf diperlakukan adil dan didukung bila terjadi insiden. 9
Being open and fair Untuk menciptakan lingkungan yang terbuka dan adil kita harus menyingkirkan dua mitos utama : • mitos kesempurnaan (the perfection myth): jika seseorang berusaha cukup keras, mereka tidak akan membuat kesalahan. • mitos hukuman (the punishment myth): jika kita menghukum seseorang yang melakukan kesalahan, maka kesalahan yang terjadi akan berkurang; Ø tindakan remedial dan disipliner akan membawa perbaikan dengan meningkatnya motivasi. Ø Terbuka dan akuntabilitas. adil tidak berarti meniadakan 10
11
PENDEKATAN SISTEM TERHADAP KESELAMATAN Memiliki budaya keselamatan - mendorong terciptanya lingkungan yang mempertimbangkan semua komponen sebagai faktor yang ikut berkontribusi terhadap insiden yang terjadi. Hal ini menghindari kecenderungan untuk menyalahkan individu dan lebih melihat kepada sistem dimana individu tersebut bekerja. Pendekatan Sistem (systems approach) 12
The systems approach to safety Semua jenis insiden keselamatan pasien mengandung empat komponen dasar: 1. Causal Factors, 2. Timing, 3. Consequences, dan 4. Mitigating Factors. Tiap komponen harus menjadi bahan pertimbangan dalam pendekatan sistem terhadap keselamatan ini 13
1. Faktor-faktor penyebab (Causal Factors) Faktor-faktor ini memegang peranan penting dalam setiap insiden keselamatan pasien. Menghilangkan faktor ini dapat mencegah atau mengurangi kemungkinan terulangnya kembali kejadian yang sama. Faktor penyebab (Causal Factors) dikelompokkan menjadi - Active Failures; - Contributary Factors; dan - Latent System Conditions 14
The systems approach to safety Kegagalan Aktif (Active failures): sering disebut “tindakan yang tidak aman”( ‘unsafe acts’). Dilakukan oleh petugas yang memiliki kontak langsung dengan pasien, termasuk : - slips : attention failure - lapses : memory failure - kesalahan (mistakes), - pelanggaran (violations )dari prosedur, pedoman atau kebijakan. 15
HUMAN ERROR TYPES SLIPS ATTENTION FAILURE LAPSES MEMORY FAILURE UNINTENDED RULE BASED UNSAFE ACTS (“ ERROR “) MISTAKES KNOWLEDGE BASED INTENDED ROUTINE VIOLATIONS OPTIMISING NECESSARY/ SITUATIONAL 16
The systems approach to safety • Faktor Kontribusi (Contributory factors): Faktor ini ikut mendukung terjadinya insiden, diantaranya berhubungan dengan : – pasien (Patients) – individu (Individuals) – tugas (Tasks) – komunikasi ( Communication) – faktor tim dan faktor sosial (Team and social factors) – pendidikan dan pelatihan (Education and training) – peralatan dan sumberdaya (Equipment and resources) – kondisi tempat kerja dan faktor lingkungan (Working conditions and environmental factors) 17
The systems approach to safetys Kondisi sistem yang laten (Latent system conditions) Kondisi yang melatarbelakangi penyebablangsung, berhubungan dengan aspek sistem. Contoh faktor sistem yang laten ini termasuk keputusan dalam hal : Ø Planning, Ø Designing , Ø Policy-making, Ø Communicating. 18
Organisational & Corporate Culture Contributary Factors Influencing Clinical Practice Error Producing Conditions Management Decisions/ Organisational Processes Violation Producing Conditions PATIENT Planning, 2. TASK AND TECHNOLOGY Designing , 3. INDIVIDUAL Communicating Defence Barriers Error KTD Latent Failures 1. Policy-making, Task 4. TEAM 5. WORK ENVIRONMENT Violation Active Failures ( “sharp end “ -Procedure ) • Emergency -Professionalism • Diagnose -Team • Pemeriksaan -Individual • Pengobatan -Environment • Perawatan -Equipment Adapted from Reason 19
2. Faktor waktu (Timing): adalah saat faktor penyebab bersamaan dengan terjadinya kegagalan sistem (pertahanan atau kendali) sehingga berakibat terjadinya insiden. 20
FAKTOR “TIMING” Multi-Causal Theory “Swiss Cheese” diagram (Reason, 1991) 21
The systems approach to safety 3. Dampak (Consequences): akibat yang ditimbulkan oleh insiden, berkisar dari tidak mencederai pasien sampai kepada cidera dengan tingkat keparahan tertentu : rendah, sedang -- berat atau meninggal. 4. Faktor mitigasi (Mitigating factors): beberapa faktor (termasuk “chance” atau “luck”) dapat mengurangi dampak yang lebih parah. 22
Why is a safety culture important? Manfaat penting dari budaya keselamatan : Mengurangi berulangnya dan keparahan keselamatan ( dengan pelaporan dan pembelajaran ) dari insiden Mengurangi cidera fisik dan psikis terhadap pasien ( kesadaran konsep patient safety, ”speaking up” ) Mengurangi biaya pengobatan dan ekstra terapi Mengurangi kebutuhan komplain dan klaim sumberdaya untuk manajemen Mengurangi jumlah staf yang stres, merasa bersalah, malu, kehilangan kepercayaan diri, dan moril rendah 23
Safety Culture Assessment 24
Safety culture assessment Langkah awal untuk mengembangkan budaya keselamatan : Menetapkan tingkat budaya organisasi saat ini. Tersedia sejumlah tools untuk mengukur keyakinan, perilaku dan sikap organisasi. Biasanya dalam bentuk checklist atau kuesioner. Tool-tool ini menilai berbagai issu, termasuk : - komitmen manajemen senior untuk masalah keselamatan - komunikasi antara staf dan manajer - sikap terhadap laporan insiden, menyalahkan dan menghukum - faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi kinerja ( kelelahan, perhatian terpecah, peralatan) 25
Safety culture assessment Harus diwaspadai bahwa asesmen hanya menggambarkan tingkat budaya pada satu waktu tertentu saja, sehingga diperlukan pengulangan asesmen secara berkala untuk menilai perkembangannya. Secara umum ada dua jenis tools : TYPOLOGICAL TOOL & DIMENSIONAL TOOL 26
Typological tools Checklist yang menggambarkan budaya keselamatan dalam organisasi. Menilai apakah ada budaya keselamatan atau tidak. Menyajikan pernyataan tunggal terhadap budaya keselamatan dalam organisasi dalam skala dari “tidak aman”(unsafe) sampai “sangat aman” (very safe) 27
Typological tools Checklist for Assessing Institutional Resilience (CAIR ) The checklist comprises 20 points based on a variety of research evidence. Manchester Patient Safety Assessment Tool (Ma. PSa. T) Resulting from collaboration between the National Primary Care Research and Development Centre and Manchester University’s psychology department, and based on Westrum’s theory of organisational safety, Ma. PSa. T aims to help staff in hospitals measure the safety culture in their organisations. Advancing Health in America (AHA) and Veterans Health Association (VHA): Strategies for Leadership. An Organisational Approach to Patient Safety This checklist helps organisations assess which areas of its practice promote a patient safety culture and which areas it needs to improve on. 28
Dimensional tools Tool ini menetapkan organisasi dengan posisinya pada urutan variabel yang kontinyu. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala (skala jawaban 1 – 5 ))menunjukkan rate dari staf seberapa jauh mereka setuju atau tidak setuju terhadap suatu pernyataan. 29
Dimensional tools Safety Attitudes Questionnaire (SAQ) The SAQ was designed to study the attitudes of pilots in the cockpit and used as a baseline for assessing the effects of airline industry training programmes. It was tailored for use in healthcare in the late 1990 s by Professor Robert Helmreich as the Operating Room or Operating Theatre Management Attitudes Questionnaire (ORMAQ and OTMAQ respectively). The questionnaire compares attitudes to safety across professional groups and between hospitals. 30
Dimensional tools Stanford Patient Safety Centre of Inquiry Culture Survey The Stanford Survey collects data on 16 topics important to a culture of safety in healthcare, including: • whether reporting incidents is rewarded or punished • senior management commitment and attitude towards patient safety; • how risks are perceived among different staff; • how safety data is handled; • time pressures on staff; • whether staff stick to policies and procedures; • how well safety is resourced and the training staff received; • the quality of communication in the team. 31
contoh 32
33
34
35
Manchester Patient Safety Assessment Tool (Ma. PSa. T) 36
37
Manchester Patient Safety Assessment Tool (Ma. PSa. T) E Tingkat kematangan dalam budaya D keselamatan C B A Mengapa membuang waktu untuk keselamatan PATHOLOGICAL Kita berbuat sesuatu jika terjadi insiden REACTIVE Kita sudah punya sistem untuk mengelola risiko yang teridentifika si BUREAUCRATIC Manajemen risiko KITA merupakan SELALU bagian WASPADA integral dari AKAN semua RISIKO kegiatan YANG yang kita MUNGKIN kerjakan TIMBUL PROACTIVE GENERATIVE 38
Levels of maturity with respect to a safety culture Pathological Informasi disembunyikan Pelapor (Messengers) “dibunuh” Pertanggung jawaban dielakkan Koordinasi dilarang Kegagalan ditutupi Ide-ide baru dihancurkan 39
Levels of maturity with respect to a safety culture Bureaucratic Informasi diabaikan “Messengers”ditoleransi Pertanggung jawaban terkotak-kotak Koordinasi dijinkan tetapi disia-siakan Ide-ide baru menimbulkan masalah 40
Levels of maturity with respect to a safety culture Generative Informasi secara aktif dicari Pelapor (Messengers) dilatih Berbagi pertanggung jawaban Koordinasi dihargai (rewarded) Penyebab kegagalan diselidiki Ide-ide baru diterima (welcomed) 41
Mengubah nilai-nilai, keyakinan, dan perilaku tidaklah mudah. Mengembangkan budaya keselamatan dalam suatu organisasi memerlukan kepemimpinan yang kuat, perencanaan dan pemantauan yang cermat 42
- Slides: 42