Krisis Ekonomi Dan Dampaknya Di Indonesia Melati Rizkianing

  • Slides: 14
Download presentation
Krisis Ekonomi Dan Dampaknya Di Indonesia Melati Rizkianing Handoyo 09630118

Krisis Ekonomi Dan Dampaknya Di Indonesia Melati Rizkianing Handoyo 09630118

Permulaan Krisis � Krisis yang terjadi di Indonesia terjadi secara tiba-tiba, tidak ada indikator

Permulaan Krisis � Krisis yang terjadi di Indonesia terjadi secara tiba-tiba, tidak ada indikator yang menjadi peringatan awal akan datangnya krisis. Bahkan Bank Dunia pada tahun 1998 menilai dan menyatakan bahwa “Indonesia sedang mengalami krisis yang parah. Sebuah Negara yang mencapai dekade-dekade pertumbuhan cepat, stabilitas, dan pengurangan kemiskinan, sekarang mendekati kehancuran ekonomi…Tidak ada Negara dalam sejarah sekarang ini, terkecuali Indonesia, yang pernah mengalami pemutar balikan nasib dramatis sedemikian rupa”. Tidak ada yang pernah menyangka bahwa krisis berat ini akan terjadi karena keadaan perekonomian dan pemerintahan sangat tenang. � Pertumbuhan ekonomi pada waktu itu kuat, dan semua fakta yang ada membuktikan bahwa keuntungan-keuntungan sangat besar dan meluas. Badan pusat statistik (BPS) memperkirakan presentasi penduduk dalam kemiskinan berangsur-angsur turun di era 1900 an, dari 15, 1 persen pada tahun 1990 menjadi 13, 7 persen pada tahun 1993 dan 11, 3 persen pada tahun 1996

� Bahkan pada awal tahun 1996 dikabarkan bahwa Indonesia akan merakit mobil nasionalnya sendiri

� Bahkan pada awal tahun 1996 dikabarkan bahwa Indonesia akan merakit mobil nasionalnya sendiri di dalam negeri, yang mensyaratkanadanya pembebasan pajak. Dengan Keputusan Presiden, kontrak perakitan itu jatuh ke tangan Tommy Soeharto. Namun bisnis ini kemudian menjadi skandal, karena Tommy bekerja sama dengan perusahaan manufaktur mobil dari Korea, yaitu Kia, yang dibebaskan dari pajak dan bea masuk. Namun segera ketahuan bahwa usaha bersama ini sama sekali tidak akan membuat mobil nasional di Indonesia. Malah, mobil itu menjadi buatan Kia sepenuhnya yang diberi label mobil nasional di Indonesia, sehingga mampu terhindar dari segala pajak dan bea masuk serta mendatangkan keuntungan yang besar dari kedua belah pihak. Mobil baru tersebut diberi nama Timor sehingga semakin tepat menjadi mobil nasional. Soeharto menyetujui pengimporan 45. 000 mobil Timor pada tahun pertama. Jepang dan Amerika Serikat memprotes keras terhadap Indonesia dalam World Trade Organization (WTO), karena penjualan ini dianggap telah melanggar peraturan perdagangan internasional.

� Indikator-indikator bisnis lain juga menyebutkan bahwa pada masa prakrisis, perekonomian di Indonesia juga

� Indikator-indikator bisnis lain juga menyebutkan bahwa pada masa prakrisis, perekonomian di Indonesia juga mengalami kemajuan yang pesat. Investasi dan tabungan naik. ICOR[1] menunjukkan hasil yang bagus pada masa itu. Pada akhir tahun 1996 tidak ada catatan kehilangan antusiasme investor pada rupiah atau pasar saham, tidak seperti di Thailand. Indikator-indikator kesehatan perusahaan tampak memuaskan. Industriindustri bangunan dan pasaran perumahan di kota tumbuh pesat. � Namun, rupanya keadaan inilah yang membahayakan. Karena kehidupan ekonomi tidak bisa tumbuh terus tanpa batas dan terus terjadi fluktuasi ekonomi. Gejala pasang surutnya kegiatan ekonomi secara periodik di dalam teori ekonomi disebut business cycle atau conjungtur.

Terjadinya Krisis � Pada tahun 1997 Indonesia memiliki utang jangka pendek yang besar dan

Terjadinya Krisis � Pada tahun 1997 Indonesia memiliki utang jangka pendek yang besar dan segara jatuh tempo. Karena banyak utang masuk ke dalam Indonesia yang biasanya dalam bentuk dolar Amerika, sehingga semakin membengkak karena mengikuti pergerakan mata uang rupiah yang tidak bagus. � Masalah perekonomian tidak pernah terlepas dari masalah politik. Respon pertama dari pemerintah terhadap krisis mencerminkan kesombongan dan kurangnya kesadaran terhadap realitas. Reformasi diumumkan, namun proyek para kroni dan keluarga, seperti mobil nasional Tommy, terus dilindungi. Nampaknya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) semakin menambah keruh keadaan. Praktik KKN menyebabkan keruntuhan perekonomian rakyat. Karena praktik korupsi menyebabkan keuangan negara menjadi tidak sehat, praktik kolusi menyebabkan pelaksanaan tatanan hukum berjalan timpang, sedangkan nepotisme memberikan keistimewaan kepada kerabat.

� Korupsi memperumit krisis di Indonesia. Tidak hanya persoalan tentang keluarga yang tidak ada

� Korupsi memperumit krisis di Indonesia. Tidak hanya persoalan tentang keluarga yang tidak ada habis-habisnya, tetapi juga suatu sistem politik yang telah kehilangan kemampuannya untuk bertindak meyakinkan dalam sebuah krisis dan oleh karena itu kekurangan kredibilitas dimata baik investor domestik maupun asing. � Sementara korupsi menjadi lebih terpusat, pengaruh para teknokrat semakin berkurang. Untuk pertama kalinya di bawah Soeharto, portofolio Bappenas[2] tidak jatuh keseorang ekonom. Pada waktu yang sama, sejumlah sekutu kunci Habibie (yang disebut ‘teknolog’), dengan pandangan yang berlawanan dengan ortodoks ekonomi teknokrat dimasukkan dalam kabinet. Terlebih lagi, pada permulaan krisis, tiga ahli ekonom kunci dalam kabinet ini, meski mampu secara taknik dan dikagumi secara luas profesionalisasi mereka, namun dalam berbagai hal tidak mampu. � IMF juga dapat dikatakan sebagai aktor dari krisis yang terjadi ini selain Soeharto. Programprogram IMF terlalu ambisius dan kompeherensif, sampai pada tingkat bahwa adalah meragukan pemerintah dari negara G 7 bersedia untuk menyetujuinya, apalagi pemerintah dari negara miskin yang dalam krisis

� Kebanyakan kritik-kritik ini berlaku untuk pendekatan IMF selama 6 bulan pertama krisis, dan

� Kebanyakan kritik-kritik ini berlaku untuk pendekatan IMF selama 6 bulan pertama krisis, dan merupakan fast learner. IMF mengubah cepat tujuan dan kebijakan fiskal yang bukan faktor utama dalam krisis. Hal ini melonggarkan pendirian kebijakan moneter dan tingkat bunga negatif Indonesia. Sejak awal 1998 terlihat bahwa kebijakan ini juga tidak terlalu membatasi. Terlebih lagi IMF tidak dapat dituduh menyelinapkan liberalisasi financial yang prematur atau modal terbuka di Indonesia, karena hal ini sudah ada lama sebelum krisis (sejak 1988 dan 1971, secara berurutan).

Dampak Krisis Pada Berbagai Sektor � EKONOMI Produksi telah mengalami penyusutan sampai pada tingkat

Dampak Krisis Pada Berbagai Sektor � EKONOMI Produksi telah mengalami penyusutan sampai pada tingkat perekonomian rata-rata, namun dengan perbedaan yang besar antara aktivitas orientasi ekspor dan aktivitas pasar lokal. Namun, hal ini berbeda dengan penurunan konsumsi ruhah tangga yang sedang, yaitu 2, 9 %. Hal ini dikarenakan strategi pada kalangan rumah tangga dalam menghadapi krisis. Contohnya, bagi rumah tangga yang memiliki uang, mereka membelanjakan uang tersebut untuk belanja bahan pakok secara habis-habisan, lalu mereka menimbun bahan-bahan pokok tersebut dengan dalih mereka khawatir apabila harga-harga semakin melambung. Konsumsi pemerintah menurun kira-kira pada tingkat yang sama dengan perekonomian secara menyeluruh dan menggarisbawahi tidak adanya stimulus fiskal. Neraca pembayaran juga dapat memberikan dimensi tambahan pada gambaran kehancuran perekonomian Indonesia ini. Sebaimana tercatat, keadaan keuangan berubah dari defiist menjadi surplus secara cepat terutama dikarenakan oleh jatuhnya impor, sekitas US$ 15 miliar dibandingkan pada masa pra krisis. Satu factor krisis tang mengecewakan adalah keadaan ekspor yang menyedihka, yang mana dalam dolar sebenarnya menurun di tahun 1998 -1999. 60% dari penurunan ini terjadi pada sektor migas, yang berada di luar control negara karena menggambarkan harga internasional yang rendah. Tetapi ekspor non migas juga mengalami penurunan (terutama karena adanya gangguan dan ketidakpastian persediaan dan runtuhnya sektor perbankan), dan disini juga rekor Indonesia lebih rendah daripada tetangganya.

�Sosial Banyak rumah tangga kelas menengah mempunyai asset dalam bentuk dollar. Sebagai contoh, rekening-rekening

�Sosial Banyak rumah tangga kelas menengah mempunyai asset dalam bentuk dollar. Sebagai contoh, rekening-rekening bank dollar pada waktu masa pra krisis sudah umum di Indonesia, sesudah itu tentu saja semakin berkembang biak. Dengan terjadinya krisis yang dramitis, membuat mereka lebih pandai mengatur strategi dalam berinvestasi. Berbagai estimasi upah riil menunjukkan penurunan yang signifikan, tetapi penurunan ini bervariasi menurut daerah, dan peka terhadap pemilihan deflator. Penurunan dibidang pertanian beras di Jawa jatuh sekitar 30 -50% selama tahun 1998. Aktivitas non pertanian secara umum terpengaruh lebih buruk, terytam sektor-sektor seperti konstruksi dan produksi pengganti impor. Secara berlawanan, penurunan di bidang peranian luar Jawa kemungkinan lebih kecil.

�Keuangan Dari 1 Juli 1997, rupiah jatuh lebih jauh terhadap dollar AS daripada mata

�Keuangan Dari 1 Juli 1997, rupiah jatuh lebih jauh terhadap dollar AS daripada mata uang perdagangan internasional negara Asia lainnya. Pada taggal 31 Maret 1999 nilia nominalnya 28% dari pertengahan tahun 1997, kurang dari separo rata-rata wilayah dan krisis perekonomian yang lain. Data juga menggambarkan kurs mata uang Indonesia lebih lambat melambung dari titik rendah di awal 1998 dibandingkan dengan negara-negara tetangganya. Perpindahan-perpindahan nilai tukar pada awalnya berwujud menjadi depresiasi yang lebih tajam daripada masa krisis ekonomi yang lain. Tapi menjelang akhir tahun, apresiasi nominal bersama dengan inflasi yang tinggi telah menghancurkan banyak keuntungan dalam daya saing. Penurunan pada pasar saham Indonesia pada kurs lokal pada awalnya mirip dengan krisis ekonomi, tapi lalu menunjukkan pemulihan kembali yang sangat kecil sampai awal tahun 1999. Terutama dikarenakan oleh pergerakan kurs, penurunan pasar sham Indonesia terhadap dollar

Kesimpualn � Krisis yang terjadi di Indonesia terjadi secara tiba-tiba, tidak ada indikator yang

Kesimpualn � Krisis yang terjadi di Indonesia terjadi secara tiba-tiba, tidak ada indikator yang menjadi peringatan awal akan datangnya krisis. Bahkan Bank Dunia pada tahun 1998 menilai dan menyatakan bahwa “Indonesia sedang mengalami krisis yang parah. Sebuah Negara yang mencapai dekade-dekade pertumbuhan cepat, stabilitas, dan pengurangan kemiskinan, sekarang mendekati kehancuran ekonomi…Tidak ada Negara dalam sejarah sekarang ini, terkecuali Indonesia, yang pernah mengalami pemutar balikan nasib dramatis sedemikian rupa”. Tidak ada yang pernah menyangka bahwa krisis berat ini akan terjadi karena keadaan perekonomian dan pemerintahan sangat tenang. � Pada tahun 1997 Indonesia memiliki utang jangka pendek yang besar dan segara jatuh tempo. Karena banyak utang masuk ke dalam Indonesia yang biasanya dalam bentuk dolar Amerika, sehingga semakin membengkak karena mengikuti pergerakan mata uang rupiah yang tidak bagus. Utang jangka pendek tersebut berkisar US$ 30 -40 miliar pada tahun 1997. Sistem perbankan yang menangani semua uang ini sama sekali tidak tertata dengan baik. Jepang, mesin ekonomi kawasan Asia Tenggara masih mengalami resesi yang berkepanjangan sepanjang tahun 1990 an. Jadi Indonesia tidak dalam kondisi bagus untuk menghadapi kejutan ekonomi. Keadaan cuaca yang buruk memperparah keadaan Indonesia karena badai kekeringan El Nino yang parah telah mengurangi produksi beras hingga 10% pada tahun 1997 -1998. �

� Krisis Asia dimulai di Thailand menghantam Indonesia. Rupiah selama ini berada dalam kisaran

� Krisis Asia dimulai di Thailand menghantam Indonesia. Rupiah selama ini berada dalam kisaran Rp 2500/US$, namun nilai ini segera merosot pada bulan Juli 1997. Pada bulan Agustus, nilai mata uang rupiah sudah menurun 9%. Bank Indonesia mengakui bahwa ia tidak bisa membendung rupiah yang terus merosot. Pada akhir Oktober, nilai tukar rupiah menjadi Rp 4000/US$. Dari sini rupiah semakin terpuruk. Pada bulan Januari 1998, rupiah tenggelam hingga level sekitar 17000/US$, atau kehilangan 85% nilainya. Bursa saham Jakarta hancur. Hampir semua perusahaan modern di Indonesia bangkrut. Tabungan kelas menengah lenyap, dan jutaan pekerja diberhentikan dari pekerjaan mereka. � Perekonomian Indonesia mengalami keadaan yang parah. Perekonomiannya surut sebanyak 13, 6 % pada tahun 1998. Seperti yang bisa diduga, efek-efek sektoral krisis sangat tidak rata. Secara khusus, hasil pertanian sebenarnya konstan, namun penurunan dalam sektor konstruksi dan keuangan cukup menonjol. Perpindahanperpindahan nilai tukar pada awalnya berwujud menjadi depresiasi yang lebih tajam daripada masa krisis ekonomi yang lain. Tapi menjelang akhir tahun, apresiasi nominal bersama dengan inflasi yang tinggi telah menghancurkan banyak keuntungan dalam daya saing. Angka kemiskinan sudah pasti menunjukkan angka kenaikan. Jumlahnya sekitar 56% dari populasi. �

Sekian Terima Kasih

Sekian Terima Kasih