Konvensi UNESCO Tahun 2001 tentang Perlindungan Warisan Budaya
Konvensi UNESCO Tahun 2001 tentang Perlindungan Warisan Budaya Bawah Air dalam rangka Seminar dan Pameran Warisan Budaya Bawah Air dengan tema ‘Warisan Budaya Bawah Air, Apakah Harus Dilelang? ’ Auditorium Gedung Baru Museum Nasional Jakarta, Rabu, 4 Agustus 2010 Presentasi oleh Masanori Nagaoka Kepala Unit Budaya, Kantor UNESCO Jakarta
Misi UNESCO, sebagai satu-satunya organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memiliki mandat khusus untuk melindungi dan melestarikan warisan (alam dan budaya, benda dan tak-benda, bergerak dan tidak bergerak) merupakan pelopor dari upaya internasional untuk melindungi kreativitas dan keanekaragaman budaya di seluruh dunia.
Konvensi-Konvensi UNESCO untuk Melindungi Warisan Budaya di Seluruh Dunia 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Konvensi Hak Cipta Universal (1952) Konvensi untuk Perlindungan terhadap Benda Budaya dalam Situasi Konflik Bersenjata dengan Berbagai Aturan untuk Penerapan Konvensi ini (1954) Konvensi mengenai Cara-cara Pelarangan dan Pencegahan Impor Gelap, Ekspor dan Pindah Kepemilikan atas Benda Budaya (1970) Konvensi mengenai Perlindungan terhadap Warisan Budaya dan Alam Dunia (1972) Konvensi mengenai Perlindungan terhadap Warisan Budaya Bawah Air (2001) Konvensi untuk Perlindungan terhadap Warisan Budaya Tak Benda (2003) Konvensi untuk Perlindungan dan Promosi Keanekaragaman Ekspresi Budaya (2005)
Konvensi UNESCO tentang Perlindungan Warisan Budaya Bawah Air (2001)
Latar Belakang l Ada sekitar 3 juta kapal karam yang belum ditemukan, banyak di antaranya berada di sekitar kawasan Asia Tenggara l Dalam beberapa abad ini, Warisan Budaya Bawah Air lebih terlindungi dibandingkan situs-situs arkeologi yang berada di darat karena keadaan laut itu sendiri, misalnya, tingkat kerusakan cenderung rendah berkat rendahnya kadar oksigen di dalam laut l Kemajuan teknologi membuat kedalaman laut semakin dapat dijangkau l Penyelam “open circuit” (penyelam laut dangkal) dapat menyelam hingga kedalaman 100 m l Kapal-kapal selam bahkan sudah dapat menyelam hingga kedalaman 10 km l Banyak situs di wilayah perairan Asia menjadi sasaran penjarahan besaran
Latar Belakang Warisan Budaya Bawah Air = “harta karun” ?
Sejarah Konvensi tahun 2001 l Tahun 1993 UNESCO bertekad untuk menyusun sebuah konvensi baru untuk perlindungan warisan budaya bawah air. l Oleh karena itu, Konvensi tahun 2001 diadopsi oleh Konferensi Umum UNESCO. Konvensi ini merupakan tanggapan dari komunitas internasional atas penjarahan dan perusakan warisan budaya bawah air. l Konvensi tahun 2001 menawarkan suatu standar internasional yang tinggi untuk perlindungan warisan budaya bawah air. Konvensi tersebut terdiri atas kerangka hukum yang komprehensif dan aturan perlindungan melalui upaya hukum, administratif, dan operasional yang sebaiknya diadopsi oleh Negara-negara Pihak berdasarkan kemampuan masing. l Konvensi tahun 2001 ini mulai berlaku pada 2 Januari 2009 l Sampai dengan Mei 2010, 31 negara sudah meratifikasi dan menjadi Negara Pihak konvensi ini.
Apa isi dari Konvensi ini? l Konvensi UNESCO tentang Perlindungan Warisan Budaya Bawah Air merupakan instrumen hukum yang penting untuk perlindungan warisan budaya bawah air. l Konvensi tersebut bertujuan untuk: (1) memastikan perlindungan universal yang dilakukan terhadap warisan budaya bawah air; (2) memfasilitasi kerjasama antar negara; dan (3) menetapkan standar-standar profesional.
Apa isi “Lampiran” dari Konvensi tahun 2001? l Lampiran Konvensi merupakan salah satu panduan terpenting yang ada untuk para arkeolog bawah air saat ini. l Lampiran Konvensi tahun 2001 berisi rincian praktis mengenai “Berbagai Aturan dan Ketentuan mengenai berbagai kegiatan yang mengarah pada warisan budaya bawah air”. l 36 Aturan dalam Lampiran memberikan skema operasional.
Apa itu Warisan Budaya Bawah Air? 1. (a) “Warisan Budaya Bawah Air” Air berarti semua jejak keberadaan manusia yang memiliki karakter budaya, sejarah, atau arkeologis yang sebagian atau keseluruhannya telah berada di bawah air, secara berkala atau terus-menerus, selama paling tidak 100 tahun seperti: (i) Situs, struktur, bangunan, artefak dan sisa-sisa manusia, yang berada dalam konteks arkeologis dan alam mereka; (ii) Kapal, pesawat udara, kendaraan lain atau bagian dari muatan kendaraan tersebut atau isi lainnya, yang berada dalam konteks arkeologis dan alam mereka; dan (iii) Benda-benda dengan karakter prasejarah. Pasal 1 Ayat 1 dari Konvensi
Prinsip-Prinsip Utama Konvensi tahun 2001 Ada 4 prinsip utama: 1. Kewajiban untuk Melestarikan Warisan Budaya Bawah Air 2. Pelestarian In situ sebagai Pilihan Utama 3. Tidak Ada Eksploitasi Komersial 4. Pelatihan dan Berbagi Informasi Prinsip-prinsip ini sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang sudah berlaku untuk warisan budaya yang berada di darat! © D. Frka, UNESCO
Mengapa Konvensi melarang eksploitasi komersial terhadap situs-situs bawah air? l Warisan budaya bawah air bukan “harta karun” melainkan “warisan budaya untuk kemanusiaan”; l Perusahaan komersial seringkali tidak melakukan penelitian ilmiah dan dokumentasi yang seharusnya diadakan bagi para arkeolog, sejarawan, dan ahli konservasi; l Eksploitasi komersial menyebabkan kemungkinan hilang, hancur, dan tersebarnya warisan bawah air; l Dalam hal ini, Konvensi 2001 mengajak setiap Negara untuk mengambil tindakan melawan perdagangan ilegal benda budaya yang diambil dari bawah laut. © The National Committee for Salvage and utilization of Valuable Objects from Sunken Ships (PANNAS BMKT) The Republic of Indonesia, Jakarta 2010
Mengapa Sistem Kerjasama Negara diusulkan oleh Konvensi tahun 2001? The Context l Kerjasama antarnegara merupakan cara terbaik untuk memastikan perlindungan warisan budaya bawah air secara menyeluruh. l Dengan meratifikasi Konvensi ini, Negara-negara setuju untuk melarang warga negara dan kapal-kapal mereka melakukan penjarahan warisan budaya bawah air, dimanapun mereka berada, meminta mereka untuk melaporkan temuan dan kegiatan yang sedang dilakukan, dan memberitahu Negara lain akan temuan tersebut. l Sistem ini akan mempermudah pengambilan langkah bersama dan efektif melawan perburuan harta dan pencurian yang terjadi di wilayah di luar yurisdiksi nasional garis pantai suatu Negara, tanpa memperluas atau mengurangi hak kedaulatan Negara.
Ungkapan Keprihatinan UNESCO terhadap WBA Indonesia (Lelang Cirebon 5 Mei 2010) “Akan sangat disayangkan jika kita membiarkan warisan yang bernilai sejarah dan arkeologi tinggi terpencar, sehingga menghilangkan akses bagi para ilmuwan dan masyarakat umum ke koleksi yang luar biasa tersebut. Eksploitasi terhadap situs arkeologi dan tindakan yang mengakibatkan terpencarnya artefak-artefak dari situs merupakan proses yang tidak bisa dipulihkan. Muatan yang berasal dari kapal karam di perairan Cirebon memberikan banyak informasi terkait ramainya pertukaran kebudayaan dan perdagangan di kawasan tersebut pada masa itu. UNESCO, melalui Konvensi 2001 tentang Perlindungan Warisan Budaya Bawah Air, mendorong Negara-negara Pihak untuk melindungi warisan yang tenggelam dan menjadikannya dapat diakses untuk penelitian dinikmati oleh umum. Maka, kami mendukung Pemerintah Indonesia untuk melakukan segala upaya guna memastikan dilakukannya penelitian ilmiah secara menyeluruh terhadap situs-situs dan artefak-artefak untuk dipamerkan di museum-museum. UNESCO siap membantu pihak berwenang Indonesia dengan menugaskan para ahli di bidang museologi dan konservasi. ” © The National Committee for Salvage and utilization of Valuable Objects from Sunken Ships (PANNAS BMKT) The Republic of Indonesia, Jakarta 2010
Kasus terkait WBA Indonesia: Mengapa “perlindungan” lebih penting daripada “lelang”? l WBA memiliki konteks sejarah yang penting, yang dapat memberi gambaran mengenai hubungan ekonomi dan sosialbudaya antara Indonesia dan negara lain. l Bagi para ilmuwan, WBA mewakili sumber informasi yang tidak ternilai mengenai peradaban kuno dan sejarah pelayaran. Bagi masyarakat umum, WBA menawarkan kesempatan untuk mengembangkan rekreasi penyelaman dan pariwisata. l Perlindungan WBA juga penting bagi tujuan pendidikan, terutama untuk pembangunan berkelanjutan jangka panjang bagi komunitas lokal. l Dari segi ekonomi, pariwisata dapat dikembangkan di daerah di sekitar situs bawah air, jika dikelola dengan baik, dan dapat pula menciptakan sumber ekonomi yang signifikan dan berkelanjutan bagi masyarakat lokal. © The National Committee for Salvage and utilization of Valuable Objects from Sunken Ships (PANNAS BMKT) The Republic of Indonesia, Jakarta 2010
Keadaan Terkini Terkait WBA Indonesia l Data mengenai bangkai kapal dan benda berharga di dalamnya masih belum akurat; l Terbatasnya kapasitas dalam pengawasan dan pengendalian BMKT, dan terbatasnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dibandingkan dengan luas wilayah laut Indonesia; l Situs bangkai kapal di wilayah perairan dangkal umumnya telah rusak dan dicuri; l Fasilitas dan infrastruktur pendukung survei, pengangkatan, dan penanganan pasca-pengangkatan yang tidak memadai; l Ketiadaan museum maritim untuk mengakomodir berbagai warisan maritim termasuk BMKT. © PANNAS BMKT The Republic of Indonesia, Jakarta 2010 © arkeologi. web. id, Jakarta 2010
Masalah-masalah utama yang harus ditanggapi © PANNAS BMKT The Republic of Indonesia, Jakarta 2010 l Kurangnya arkeolog bawah air yang terlatih; l Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya warisan budaya bawah air; l Kurangnya perlindungan hukum nasional; l Perlunya kerjasama internasional untuk melawan perburuan harta karun dan penjarahan. © BBC Indonesia; Cirebon Auction, 2010
Kegiatan terkini UNESCO terkait dengan Warisan Budaya Bawah Air l Rapat Konsultasi Nasional tentang Warisan Budaya Bawah Air (Bogor, Jawa Barat, Indonesia, Juni 2007) Pertemuan ini ditujukan untuk mempromosikan Konvensi UNESCO tahun 2001 tentang Perlindungan Warisan Budaya Bawah Air. Sebelas lembaga pemerintahan yang terkait secara langsung dengan pengelolaan warisan budaya bawah air di Indonesia hadir dalam pertemuan ini. l Coll. Asia 2010 – Pelestarian Koleksi Arkeologis Bawah Air (Manila dan Subic, Filipina : 8 - 29 September 2009) Program tiga minggu ini ditujukan untuk memperbaiki kondisi pelestarian koleksi arkeologis bawah air di Asia Tenggara. Sebanyak 17 peserta dari 8 negara mengikuti pelatihan ini termasuk Brunei, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Timor-Leste, dan Vietnam. l Pelatihan Dasar I dan II Mengenai Warisan Budaya Bawah Air (Chanthaburi, Thailand tahun 2009 dan 2010) Pelatihan ini bertujuan untuk membuat peserta yang berasal dari latar belakang akademis yang berbeda-beda untuk memiliki tingkat pemahaman yang sama atas ilmu arkeologi kelautan yang multi-disipliner. Perwakilan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dan Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia mengikuti kedua pelatihan ini.
Tindakan Kolektif Jangka Menengah dan Panjang untuk Perlindungan Warisan Budaya Bawah Air Indonesia l Meningkatkan kemampuan pengelolaan dari para pejabat nasional dalam mengelola situs-situs arkeologis bawah air di Indonesia dan untuk melawan kegiatan-kegiatan gelap para pemburu harta karun dan penyelam. l Mendorong pendampingan dan peningkatan kesadaran di antara komunitas lokal mengenai Warisan Budaya Bawah Air, dan di saat yang sama, peningkatan kemampuan/ pengembangan keterampilan bagi para pelatih penyelam lokal. l Mempelajari hukum nasional dan Peraturan Presiden di Indonesia saat ini, dan bila perlu, membantu Pemerintah Indonesia dalam mengamandemen ketentuan-ketentuan hukum yang ada.
Contoh Museum dan Pariwisata l Beberapa contoh proyek untuk mempertunjukkan pelestarian in situ warisan budaya bawah air, dan telah berhasil difungsikan sebagai fasilitas pariwisata, antara lain: Museum Bawah Air - Alexandria (Mesir) - Baiheliang (Cina) - Nanhai No. 1 (Cina) © Baiheliang Museumchinaculture. org, 2010 © Courtesy Israel 21 C, 2010 Museum Jejak Penyelaman - Caesarea (Israel) - Florida Keys National Marine Sanctuary (AS) - Kronprins Gustav Adolf (Finlandia) - Protected Shipwreck Sites (Kroasia) - Ustica (Italia) - Wellington wreck (Selandia Baru)
Contoh-Contoh Terbaik (1) Museum Bawah Air di Alexandria, Mesir l Pemerintah Mesir memutuskan untuk mendirikan museum bawah air untuk memelihara dan melindungi WBA mereka. l Ditujukan untuk menciptakan Alexandria Centre for Maritime Archaeology and Underwater Cultural Heritage (Pusat Arkeologi Maritim dan Warisan Budaya Bawah Air Alexandria) © UNESCO, Alexandria Museum, 2010
Contoh-Contoh Terbaik (2) © Vasamuset, Museum Pictures, 2010 Museum Bangkai Kapal Vasa (Swedia) l Pengangkatan bangkai kapal Vasa pada tahun 1960 an, dilanjutkan dengan proses konservasi dan restorasi. l Saat ini, Vasa menjadi museum yang memberikan pengetahuan yang begitu besar pada masyarakat mengenai sejarah raja yang dulu menggunakan kapal ini. l Museum ini telah dikunjungi sekitar 750, 000 pengunjung tiap tahunnya.
Contoh-Contoh Terbaik (3) Museum Arkeologi Bawah Air Bodrum (Turki) l Museum ini adalah rekonstruksi dari Istana Bodrum, yang juga mengkonservasi benda berharga dari kapal-kapal yang melewati perairan Anatolia di Turki. l Ditujukan untuk mempresentasikan sejarah para pelaut kuno yang melewati perairan tersebut. l Sudah dikunjungi sekitar 60 juta pengunjung. © The Bodrum Museum of Underwater Archeology Official Website, 2010
Terima kasih!
- Slides: 24