Kontrol dalam Penelitian Eksperimental Kontrol Jika dibandingkan dengan
Kontrol dalam Penelitian Eksperimental
Kontrol • Jika dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain, penelitian eksperimental memiliki kontrol yang paling kuat. Hal ini berarti peneliti dapat memunculkan atau tidak memunculkan apa yang diinginkannya dalam melaksanakan penelitian. • Kontrol peneliti dalam sebuah penelitian eksperimental menyangkut dua variabel, yaitu variabel bebas (VB) dan variabel sekunder (VS)
Kontrol. . • Kontrol terhadap VB sebenarnya merupakan manipulasi yang dilakukan peneliti terhadap VB sedemikian rupa sehingga perbedaan kondisi antara KE dan KK semaksimal mungkin (prinsip pertama dari maksminkon). • Kontrol terhadap VS dilakukan untuk lebih memperjelas adanya hubungan sebab akibat antara VB dan VT. • VS yang tidak dikontrol dapat mempengaruhi VT ataupun berinteraksi dengan VB dan secara bersama mempengaruhi VT.
Kontrol. . . • Kontrol terhadap VS merupakan penerapan dari prinsip maksminkon yang ketiga. • Kontrol VS pada penelitian eksperimental jauh lebih kuat dibandingkan jenis penelitian lain. Namun, jika dibandingkan dengan penelitian ekperimental laboratorium, kontrol terhadap VS pada penelitian ekperimental lapangan relatif lebih lemah karena VS pada penelitian eksperimental lapangan jauh lebih banyak yang tidak dapat dikontrol secara ketat.
Kontrol. . . • Satu-satunya variabel yang tidak dikontrol dalam penelitian eksperimental adalah VT karena variabel inilah yang merupakan variabel yang ingin dijelaskan oleh peneliti dengan melakukan manipulasi terhadap VB dan melakukan kontrol terhadap VS
Teknik kontrol terhadap variabel sekunder • Kontrol terhadap VS berarti menghilangkan pengaruh VS dari VT. • Sebuah VS dapat dikontrol dengan teknik tertentu pada suatu penelitian ekperimental, namun pada penelitian ekperimental yang lain dengan VS yang sama mungkin saja dikontrol dengan teknik berbeda.
Teknik kontrol terhadap variabel sekunder Ada enam teknik kontrol VS dalam penelitian eksperimental : 1. Randomisasi 2. Eliminasi 3. Konstansi 4. VS dijadikan VB kedua 5. Kontrol statistik 6. Counterbalancing
1. Randomisasi (random assignment) adalah prosedur memasukkan secara acak subjek pada sampel penelitian ke dalam setiap kelompok penelitian (KK & KE) sehingga KK dan KE dapat diasumsikan setara sebelum manipulasi dilakukan.
Randomisasi • Dengan memasukkan subjek secara acak ke dalam KE & KK maka secara statistik dapat diasumsikan bahwa sebelum manipulasi dilakukan, KE & KK setara dalam variabel sekunder yang ingin dikontrol. • Randomisasi mutlak perlu diusahakan dalam setiap penelitian eksperimental berdesain between-subject.
2. Eliminasi v Eliminasi teknik kontrol dengan meniadakan VS v Misalnya : pada penelitian mengenai pengaruh musik klasik trhdp ingatan, kebisingan dpt dikontrol dgn eliminsai, yaitu dgn menggunakan ruang kedap suara. v Teknik kontrol ini dpt digunakan pd penelitian eksperimental berdesain between-subject maupun within-subject v Tidak semua VS dpt dikontrol dgn eliminasi krn tdk semua VS dpt dihilangkan misalnya : - motivasi, inteligensi, status sosial ekonomi, dll atau VS dari luar subjek dimana tdk mungkin diciptakan situasi tanpa adanya VS (misalnya suhu, tdk mungkin diciptakan sebuah ruangan tanpa suhu) v Teknik eliminasi penggunaannya terbatas, lebih mungkin digunakan dlm penelitian eksperimental laboratorium dibandingkan di lapangan.
3. Konstansi v. Disebut teknik balancing. v. Digunakan untuk menghilangkan pengaruh VS trhdp VT, tetapi tdk berarti VS tersebut tdk ada dalam penelitian. v. Dilakukan pada penelitian eksperimental berdesain between-subject maupun withinsubject.
a. Konstansi Kondisi v Agar perbedaan VT pada KE dan KK bukan disebabkan oleh perbedaan kondisi pada kedua kelompok tersebut haruslah sama. v Teknik konstansi dapat digunakan apabila teknik eliminasi tdk dpt dilakukan. Misalnya, bila tdk mungkin didapatkan ruangan kedap suara untuk menghilangkan kebisingan. Karena itu untuk menyetarakan kondisi; ruangan yg digunakan pd setiap kelompok diberikan kebisingan yg sama. Walaupun dlm kondisi ini kebisingan sebagai VS ada dlm penelitian dpt mempengaruhi VT, namun krn sama 2 terjadi pd setiap kelompok (konstan) maka dapat dianggap pengaruh SV sudah dihilangkan.
b. Konstansi Karakteristik Subjek • Konstansi karakteristik subjek dilakukan dengan menyamakan karakteristik subjek penelitian pd KE dan KK. • Ada 2 teknik u/ mencapai konstansi karakteristik subjek penelitian: matching & blocking.
Matching • Dilakukan dgn mengurutkan nilai atau skor dr suatu karakteristik (sbg VS) u/ setiap subjek, kemudian dibuatkan pasangan berdasarkan urutan tsb, yaitu pasangan pertama: Subjek urutan no. 1 dgn no. 2, pasangan kedua: Subjek urutan no. 3. dgn no. 4, dan seterusnya. Dilakukan dgn mengurutkan nilai atau skor dr suatu karakteristik (sbg VS) u/ setiap subjek, kemudian dibuatkan pasangan berdasarkan urutan tsb. • Jadi, setiap dilakukan matching, dilakukan jg randomisasi ketika memasukkan subjek ke dalam setiap kelompok penelitian u/ mengupayakan kesetaraan pd variabel sekunder lain.
Contoh Penggunaan Teknik Matching • Pada penelitian mengenai pengaruh metode pengajaran thdp prestasi belajar, inteligensi diduga berpengaruh thdp prestasi. • Karena setiap subjek telah diketahui nilai IQ-nya, maka inteligensi dapat dikontrol dgn matching.
Contoh S ub je k Skor IQ A 100 E 106 1 B 99 H 105 2 C 102 F 104 3 D 100 C 102 4 Sbj IQ No. Uru t E 106 A 100 5 F 104 D 100 6 G 98 B 99 7 H 105 G 98 8 I 97 9 J 97 10 Pasangan Subjek 1 E, H 2 F, C 3 A, D 4 B, G 5 I, J K E K K E H C F D A B G I J
Syarat Penggunaan Teknik Matching 1. Besar/nilai VS setiap subjek sudah atau dapat diketahui oleh peneliti sebelum penelitian dilakukan (dgn kt lain, apabila SV merupakan variabel kontinyu yg dpt dibuat dlm bentuk urutan atau ranking. Contoh: VS inteligensi; matching dapat dilakukan apabila skor IQ setiap subjek dpt diketahui. 2. Apabila hanya melibatkan 2 kelompok penelitian eksperimental
Blocking • Memiliki prosedur konstansi yg berbeda dgn matching. -> Blocking menyetarakan kelompok penelitian yg terlibat dgn menyamakan jml subjek yg memiliki kategori VS yg sama pd setiap kelompok. • Blocking tdk memerlukan skor atau nilai VS dr setiap subjek, melainkan hny kategorisasi dr VS.
• Contoh: Inteligensi; bila tdk mempunyai skor IQ setiap subjek, namun kita mengetahui status inteligensi (kurang, rata-rata, cerdas, dll. ) dr para subjek, maka blocking dpt dilakukan. • Blocking jg dpt dilakukan pd tingkat pendidikan, agama, tingkat, sosial ekonomi, atau suku bangsa.
Contoh • Pd penelitian mengenai pengaruh metode pengajaran thd prestasi belajar di atas, peneliti tdk dpt memperoleh nilai IQ setiap subjek, tetapi kategori inteligensi pd subjek telah diketahui. • Sebelum dimasukkan ke dlm KE & KK, kita perlu mengelompokkan terlebih dahulu siswa dgn IQ kurang, rata-rata, dan cerdas.
• Kemudian dr kelompok cerdas, kita masukkan ke dalam KE & KK. Demikian jg u/ kelompok siswa kelompok kurang dan rata. Sbj IQ A Rata-rata B Cerdas C Rata-rata D Kurang E Kurang F Cerdas G Rata-rata H Rata-rata IQ Kurang Subjek IQ KE KK Kurang D E Ratarata A, G C, H Cerdas F B D, E Ratarata A, C, G, H Cerdas B, F
• Secara umum blocking memiliki kelebihan dibandingkan dgn matching. • Pertama, blocking dpt dilakukan apabila hny diketahui penggolongan dari VS setiap subjek, shg tdk diperlukan skor VS. Penerapan blocking lebih luas dibandingkan matching karena tdk setiap VS mrpk variabel kontinyu, mslnya jenis kelamin atau suku bangsa. • Kedua, karena tdk melibatkan pasangan subjek spt matching, maka blocking dapat dilakukan dlm penelitian eksperimental dgn 2 kelompok atau lebih.
4. Variabel Sekunder Dijadikan Variabel Bebas kedua • VS dapat dimasukkan kedalam penelitian dapat menjadi VB kedua untuk dapat dilihat bersama dengan VB bagaimana pengaruhnya terhadap VT • Sama seperti VB pertama, bila akan dijadikan VB kedua maka VS tersebut minimal harus merupakan variabel kategori. • VB kedua ini tidak harus dimanipulasi dalam sebuah penelitian eksperimental, karena itu VS yang dapat dijadikan VB dapat berupa kondisi ekternal maupun karakteristik subjek. • Teknik kontrol ini hanya dapat digunakan pada penelitian eksperimental berdesain between-subject. Teknik dapat memberi keuntungan dari segi analisis terhadap varians total karena VS dijadikan VB kedua, maka varians kesalahan penelitian menjadi berkurang sehingga varians sistematikanya menjadi lebih besar.
• Misalnya, penelitian mengenai pengaruh metode belajar terhadap prestasi. Ternyata formasi duduk dikelas diduga juga turut mempengaruhi prestasi siswa. Karena itu selain metode belajar, ingin dilihat juga bagaimana pengaruh formasi tempat duduk terhadap prestasi siswa. • Hal tersebut dapat dilakukan dengan memanipulasi formasi tempat duduk, sehingga setiap kelompok medapat metode belajar dan formasi tempat duduk siswa yang berbeda. • Penelitian ini merupakan desain faktorial karena melibatkan dua buah VB, yaitu metode belajar (VB pertama) dan formasi tempat duduk siswa (VB kedua) serta sebuat VT yaitu prestasi siswa.
5. Kontrol Statistik • Teknik kontrol ini tidak melibatkan suatu atau beberapa prosedur tertentu , seperti pada teknik kontol yang lain. • Dalam teknik ini, VS sudah mempengaruhi VB terlebih dahulu kemudian baru dikontrol secara statistik , yaitu dengan mengeluarkan pengaruh VS dari VT dengan menggunakan perhitungan statistik. Rumus yang digunakan adalah analisis kovarians (ancova). • Syarat dilakukannya kontrol statistik adalah VS harus merupakan variabel kontinu dan skor atau nilai VS dari setiap subjek penelitian dapat diketahui. • Kelebihan teknik kontrol statistik adalah dapat dilakukan apabila penelitian eksperimen sudah berjalan atau selesai.
Contoh • Penelitian mengenai pengaruh metode pengenalan huruf terhadap jumlah huruf yang dapat diingat oleh siswa TK. Setelah penelitian selesai dilakukan, para orang tua siswa mengatakan bahwa anak-anak mereka sudah mengenal beberapa huruf sebelum memasuki TK, namun dengan jumlah yang berbeda-beda. • Dengan mengumpulkan data mengenai beberapa huruf yang dapat diingat anak sebelum memasuki eksperimen, dan menggunakan perhitungan analisis kovarians untuk menghitung besarnya varians yang disebabkan hal tersebut, pengaruh VS ini dapat dikeluarkan dari VT.
6. Counterbalancing • Counterbalancing digunakan untuk mengontrol efek urutan (sequencing effect), yang timbul akibat pemberian beberapa perlakuan pada masing-masing subjek penelitian. Teknik kontrol ini hanya digunakan penelitian eksperimental desain within-subject. • Counterbalancing digunakan ketika setiap subjek penelitian mendapatkan lebih dari sebuah perlakuan. Sedangkan dalam subjek hanya mendapat sebuah perlakuan dan VS berada disetiap kelompok penelitian (konstansi). • Apabila subjek diberi beberapa perlakuan, urutan perlakuan dapat memberikan pengaruh yang berbeda kepada VT.
• Misalnya, pengaruh warna huruf terhadap ingatan. Ada 3 variasi warna huruf yang dimanipulasi, yaitu merah, biru, kuning. Setiap subjek mendapat 3 bacaan, dimana pada setiap bacaan menggunakan warna huruf yang berbeda. Subjek yang diiberikan bacaan dengan warna huruf berurutan merah-biru-kuning kemungkinan besar akan mendapat skor tes ingatan yang berbeda dibandingkan apabila diberikan bacaan dengan warna huruf yang berbeda (mis. Kuning-merah-biru). • Ada dua tekhnik counterbalancing yang dapat digunakan, yaitu intrasubject counterbalancing dan intragroup counterbalancing.
Intrasubject Counterbalancing • Untuk mengontrol sequencing effect dengan memberikan setiap subjek perlakuan pada suatu urutan, kemudian diberikan lagi dengan urutan terbalik. • Dikenal dengan teknik ABBA counterbalancing. • Jika ada dua variasi VB, yaitu A dan B, maka setiap subjek akan mendapat empat kali perlakuan. • Jika ada 3 variasi VB, maka counterbalancing dilakukan dengan teknik ABC-CBA.
Contoh • Pada penelitian pengaruh warna kemasan barang terhadap perilaku membeli, warna kemasan divariasikan menjadi warna hijau dan putih. Teknik ABBA counterbalancing dilakukan dengan memberikan subjek dengan urutan warna kemasan hijau-putih-hijau. Subjek Perlakuan (warna Kemasan A B B A K Hijau Putih Hijau L Hijau Putih Hijau M Hijau Putih Hijau N Hijau Putih Hijau O Hijau Putih Putih Hijau
• Kelemahan dari teknik ini adalah bahwa setiap perlakuan diberikan lebih dari sekali pada setiap subjek. Akhirnya waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian menjadi lebih lama. • Untuk mengatasi kelemahan ini dapat melakukan teknik counterbalancing selanjutnya.
Intergroup Counterbalancing • Teknik ini lebih efisien karena urutan perlakuan yang berbeda diberikan kepada kelompok subjek yang berbeda. • Teknik ini menerapkan desain between-subject pada desain within-subject karena setiap kelompok mendapatkan urutan perlakuan yang berbeda. • Pada contoh penelitian di atas mengenai pengaruh warna kemasan terhadap perilaku membeli, sequence effect dapat dikontrol dengan memberikan warna kemasan dengan urutan hijauputih pada sebagian subjek dan sebagian subjek lagi diberikan warna kemasan dengan urutan putihhijau.
• Cara yang sama seperti di atas dapat dilakukan pada variasi VB yang berjumlah lebih dari dua, dengan cara mengacak urutan perlakuan dan memberikan pada kelompok subjek yang berbeda. Subjek Perlakuan (warna kemasan) A B K Hijau Putih L Hijau Putih M Hijau Putih N Putih Hijau O Putih Hijau P Putih Hijau
- Slides: 33