Konstruksi Tes 02 Alat Ukur Psikologi Tes Skala

  • Slides: 10
Download presentation
Konstruksi Tes 02 Alat Ukur Psikologi: Tes & Skala

Konstruksi Tes 02 Alat Ukur Psikologi: Tes & Skala

Alat Ukur Psikologi • Pertemuan sebelumnya membahas klasifikasi tes ke dalam 2 tipe: Maksimal

Alat Ukur Psikologi • Pertemuan sebelumnya membahas klasifikasi tes ke dalam 2 tipe: Maksimal dan Tipikal; klasifikasi lain membagi menjadi: kognitif & non-kognitif (afektif) • Pertemuan sebelumnya juga membahas tumpang tindihnya penggunaan istilah: tes, skala dan pengukuran. • Dalam perkuliahan ini, istilah skala akan digunakan untuk merujuk alat ukur aspek afektif, dan tes merujuk pada aspek kognitif. • Tes dibatasi pada tes yang mengukur aspek psikologis, bukan tes prestasi (materi ajar)

Alat Ukur Psikologi

Alat Ukur Psikologi

Keterbatasan Alat Ukur Psikologi • Pengukuran psikologi masih berada dalam taraf perkembangan, dan mungkin

Keterbatasan Alat Ukur Psikologi • Pengukuran psikologi masih berada dalam taraf perkembangan, dan mungkin tidak akan pernah mencapai kesempurnaan. • Disebabkan karena objek ukurnya, adalah aspek non-fisik sehingga sangat sukar atau bahkan tidak akan pernah dapat diukur dengan validitas, reliabilitas dan objektifitas yang tinggi. hal ini disebabkan karena: – Atribut psikologi bersifat laten (tidak tampak). Atribut psikologi hanya dapat diukur melalui konstrak yang diturunkan ke dalam indikator perilaku. Akurasi tidak bisa tinggi, selalu ada kemungkinan overlapping, tidak mudah dioperasionalisasikan.

Keterbatasan Alat Ukur Psikologi – Aitem alat ukur psikologi didasari oleh indikator perilaku yang

Keterbatasan Alat Ukur Psikologi – Aitem alat ukur psikologi didasari oleh indikator perilaku yang jumlahnya terbatas. Tidak komprehensif, indikator perilaku dimungkinkan untuk tumpang tindih dengan indikator atribut lain. – Respons subjek dapat dipengaruhi oleh variabel lain: suasana hati, kondisi, motivasi, kesalahan prosedur, dll. – Atribut psikologi tidak stabil, dapat dan cepat berubah sejalan waktu dan situasi – Interpretasi hasil ukur hanya dapat dilakukan secara normatif. Dalam istilah pengukuran, dalam pengukuran psikolgo terdapat lebih banyak eror.

Tahapan Konstruksi Alat Ukur 1. Identifikasi tujuan ukur, memilih definisi dan mengenai teori mengenai

Tahapan Konstruksi Alat Ukur 1. Identifikasi tujuan ukur, memilih definisi dan mengenai teori mengenai konstrak yang akan diukur. 2. Pembatasan kawasan ukur berdasarkan konstrak yang didefinisikan oleh teori. Dengan mengenali batasan dan adanya dimensi yang jelas, skala akan mengukur konstrak secara komprehensif, secara otomatis meningkatkan validitas. 3. Operasionalisasi dimensi ke dalam indikator perilaku (behavioral indicators) 4. Menetapkan format respons. Pada tes penetapan format respons umumnya dikaitkan dengan keadaan responden maupun tujuan penggunaan skala. Sementara pada skala lebih didasarkan pada kelebihan teoritis dan manfaat praktis

Tahapan Konstruksi Alat Ukur 5. Penulisan aitem, dilakukan setelah konstrak telah diidentifikasi dengan jelas,

Tahapan Konstruksi Alat Ukur 5. Penulisan aitem, dilakukan setelah konstrak telah diidentifikasi dengan jelas, dan indikator perilaku telah di rumuskan dengan benar. Aitem biasanya akan disajikan dalam bentuk blue-print bersama dengan dimensi dan indikator perilaku. Aitem sebelum final biasanya dibuat lebih banyak (3 x lipat) dari aitem yang direncanakan, untuk menghadapi kemungkinan aitem gugur. 6. Review, pertama kali dilakukan oleh peneliti sendiri untuk memastikan bahwa setiap aitem sesuai dengan indikator perilaku dan sesuai dengan kaidah penulisan aitem. Setelah itu review dilakukan oleh beberapa orang yang kompeten (expert judgement). Aitem direvisi sesuai dengan hasil review.

Tahapan Konstruksi Alat Ukur 7. Aitem yang lolos dari review, kemudian diujicobakan kepada responden

Tahapan Konstruksi Alat Ukur 7. Aitem yang lolos dari review, kemudian diujicobakan kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan targer responden. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat keterbacaan aitem, apakah aitem dapat dipahami dengan mudah oleh responden atau tidak. 8. Analisis aitem, hasil analisis aitem akan digunakan untuk melakukan seleksi aitem. Aitem yang tidak memenuhi persyaratan psikometris harus di singkirkan atau diperbaiki. Dalam proses ini perlu diperhatikan pula proporsionalitas skala dalam blue-print

Tahapan Konstruksi Alat Ukur 9. Uji reliabilitas, bila hasilnya kurang memuaskan peneliti dapat kembali

Tahapan Konstruksi Alat Ukur 9. Uji reliabilitas, bila hasilnya kurang memuaskan peneliti dapat kembali ke tahap pembuatan aitem, dengan mengutamakan aitem dengan daya diskriminasi tinggi. Bila perlu dapat pula dilakukan penambahan aitem secara proporsional dan menurunkan sedikit kriteria seleksi. 10. Validasi, adalah proses berulang. Untuk alat ukur dengan penggunaan terbatas biasanya digunakan uji validitas kriteria sedangkan pada alat ukur dengan penggunaan luas biasanya digunakan proses analisis faktor dan validasi silang. 11. Finalisasi format, dibuat dalam tampilan yang menarik dan memudahkan penggunaan. Disertai dengan petunjuk pengerjaan dan mungkin lembar jawaban terpisah.

Buku Referensi 1. Azwar, Saifuddin. (1996). Tes Prestasi-Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar-Ed 2.

Buku Referensi 1. Azwar, Saifuddin. (1996). Tes Prestasi-Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar-Ed 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2. Azwar, Saifuddin. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar