Konsep kematian kehilangan dan berduka Pertemuan 3 1
Konsep kematian, kehilangan dan berduka Pertemuan 3. 1 YAYAH KARYANAH S. Sos, MM NAMA PRODI & FAKULAS
VISI DAN MISI UNIVERSITAS ESA UNGGUL
Visi dan Misi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan • Visi : Menjadi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan yang kompeten di bidang kesehatan masyarakat, ilmu gizi dan ilmu keperawatan, Manajemen Informasi Kesehatan dan Rekam medis dan Informasi Kesehatan berbasis intelektualitas, inovasi dan kewirausahaan yang unggul serta mampu bersaing secara global. • Misi : 1) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bidang Ilmu-Ilmu Kesehatan (Manajemen Informasi Kesehatan, Kesehatan Masyarakat, ilmu gizi dan ilmu Ners, serta Rekam medis dan Informasi Kesehatan) secara efisien dan efektif berbasis pada teknologi informasi. 2) Menyelenggarakan program-program penelitian dan pengembangan guna menghasilkan konsep-konsep, teori dan hasil kajian yang secara fungsional dapat mendukung pengembangan kehidupan bermasyarakat. 3) Melaksanakan dan mengembangkan program-program pengabdian kepada masyarakat melalui inovasi di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa Indonesia. •
Visi dan Misi Prodi Keperawatan Visi Menjadi pusat pendidikan Ners yang kompeten berbasis intelektulitas, kreatifitas, dan kewirausahaan, dengan keunggulan dibidang nursing home care serta berdaya saing global pada tahun 2020 • Misi 1) Mengembangkan program pendidikan Ners dengan keunggulan nursing home care yang berwawasan global dan berbasis Ilmu pengetahuan dan teknologi 2) Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di bidang keperawatan dengan keunggulan nursing home care melalui kegiatan penelitian 3) Menerapkan dan mengembangkan ilmu keperawatan dengan keunggulan nursing home care melalui pengabdian kepada masyarakat 4) Menyiapkan sumber daya manusia keperawatan dengan keunggulan nursing home care yang berdaya saing global dan menciptakan calon pemimpin yang berkarakter bagi bangsa dan negara 5) Mengelola sarana dan prasarana yang menunjang program akademik dan profesi keperawatan dengan keunggulan nursing home care 6) Berperan aktif dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu keperawatan dengan keunggulan nursing home care yang bermanfaat bagi organisasi profesi, bagi bangsa dan negara Indonesia serta segenap umat manusia •
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN • Mahasiswa mampu memahami dan menguraikan konsep kematian, kehilangan dan berduka, sehingga mampu menggunakannya dalam proses pelayanan keperawatan.
Konsep kematian Kematian merupakan peristiwa alamiah yang dihadapi oleh manusia. Pemahaman akan kematian mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang terhadap kematian. Selain pengalaman, pemahaman konsep kematian juga dipengaruhi oleh perkembangan kognitif dan lingkungan sosial budaya
konsep tentang mati a. Mati sebagai berhentinya darah mengalir b. Mati sebagai saat terlepasnya nyawa dari tubuh c. Hilangnya kemampuan tubuh secara permanen d. Hilangnya manusia secara permanen untuk kembali sadar dan melakukan interaksi social
a. Mati sebagai berhentinya darah mengalir Dalam PP No. 18 tahun 1981 dinyatakan bahwa mati adalah berhentinya fungsi jantung dan paru-paru. Namun criteria ini sudah ketinggalan zaman. Dalam pengalaman kedokteran, teknologi resusitasi telah memungkinkan jatung dan paru-paru yang semula terhenti dapat dipulihkan kembali
b. Mati sebagai saat terlepasnya nyawa dari tubuh Konsep ini menimbulkan keraguan karena, misalnya, pada tindakan resusitasi yang berhasil, keadaan demikian menimbulkan kesan seakan-akan nyawa dapat ditarik kembali
c. Hilangnya kemampuan tubuh secara permanen • Konsep inipun dipertanyakan karena organ-organ berfungsi sendiri-sendiri tanpa terkendali karena otak telah mati. Untuk kepentingan transplantasi, konsep ini menguntungkan. Namun, secara moral tidak dapat diterima karena kenyataannya organ-organ masih berfungsi meskipun tidak terpadu lagi
d. Hilangnya manusia secara permanen untuk kembali sadar dan melakukan interaksi social • Bila fungsi jantung dan paru berhenti, kematian sistemik atau kematian sistem tubuh lainnya terjadi dalam beberapa menit, dan otak merupakan organ besar pertama yang menderita kehilangan fungsi yang ireversibel, karena alasan yang belum jelas. Organ-organ lain akan mati kemudian
Kematian menurut Budaya yang berbeda • Kastenbaum (2009): setiap budaya memiliki sistem kematian yang melibatkan komponen orang, tempat, waktu, objek dan simbol. • Sebagian besar budaya memandang kematian bukan akhir dari keberadaan seseorang, kehidupan spiritual terus berlangsung. • Sebagian masyarakat memiliki keyakinan filosofis/religius tentang kematian dan memiliki ritual menghadapi kematian
Isu-isu dalam mementukan kematian Secara umum, jelang ajal berlangsung dalam tiga fase: 1. Fase agonal (agonal phase), fase rusaknya denyut jantung teratur 2. Kematian klinis (clinical death), jeda singkat bagi masih mungkinnya dilakukan penyelamatan 3. Kematian (mortality), atau kematian permanen
lanjutan • Di negara industri, kematian otak (brain death) diakui sebagai penentu kematian, tapi tidak selalu bisa memecahkan dilema kapan pengobatan harus dihentikan untuk pasien tidak terobati yang tetap dalam keadaan vegetatif tetap (presistent vegetative state) • Mati otak adalah definisi neurologis tentang kematian, di mana seseorang dikatakan mati otak ketika semua aktivitas elektris otak telah berhenti selama beberapa waktu tertentu
Keputusan hidup, mati dan perawatan kesehatan • Advance directives �prosedur yang dapat mempertahankan hidup boleh dilepas apabila kematian akan terjadi tidak lama lagi (imminent) • �Euthanasia(“kematian yang mudah” atau “membunuh karena kasih”) �tindakan mengakhiri hidup tanpa rasa sakit atas seseorang penderita penyakit yang tidak bisa disembuhkan atau cacat yang parah. 1. Euthanasia pasif �menghentikan penanganan-penanganan yang dulunya diberikan 2. Euthanasia aktif �kematian disebabkan dengan sengaja, seperti menginjeksi obat dengan dosis mematikan
lanjutan • Meninggal dengan indah kenyamanan fisik, dukungan dari orang dicintai, perawatan kesehatan yang memadai, menerima datangnya kematian dan tidak menjadi beban bagi orang lain. • Hospice program yang berkomitmen untuk mengusahakan berakhirnya hidup tanpa rasa sakit, cemas, dan depresi yangmenekankan pada perawatan untuk meredakan (palliative care) bukan untuk memperpanjang hidup. • Palliative care usaha mengurangi rasa sakit dan penderitaan, serta membantu individu meninggal secara bermartabat
Penyebab kematian Kematian dapat terjadi kapan saja di sepanjang kehidupan manusia • Kanak-kanak kecelakaan, penyakit • Remaja kecelakaan, bunuh diri, dibunuh • Orang-orang muda kecelakaan • Orang dewasa kanker, disusul penyakit jantung • Usia 75 -85 tahun keatas penyakit jantung
Sikap terhadap kematian pada beberapa fase pada masa hidup • Bayi belum memiliki konsep mengenai kematian. • Anak-anak prasekolah belum memiliki konsep yang baik mengenai kematian, kadang-kadang menyalahkan diri sendiri atas kematian seseorang. • Di awal masa sekolah mulai mengembangkan orientasi yang realistis mengenai kematian. • Remaja memiliki pandangan yang lebih abstrak dan filosofis mengenai kematian dibandingkan anak-anak dan dapat mengabaikan kematian
lanjutan Sikap kematian dapat bervariasi di antara orang-orang dewasa di segala usia. • Dewasa awal belum ada bukti seseorang mengembangkan orientasi yang khusus mengenai kematian • Dewasa menengah lebih sadar mengenai kematian dan kecemasan karena kematian • Lanjut usia memperlihatkan kecemasan kematian yang lebih rendah dibandingkan dewasa menengah, lebih sering mengalami dan bercakap-cakap mengenai kematian. • Kematian anak-anak dan orang-orang muda sering dipandang sebagai suatu peristiwa yang lebih tragis dibandingkan kematian orang-orang yang sudah sangat tua, yang telah memiliki kesempatan untuk hidup lama.
Tahap 2 menjelang kematian menurut kubler-roos PENOLAKAN DAN ISOLASI Menyangkal akan meninggal, merupakan mekanisme pertahanan diri dan bersifat sementara MARAH Penyangkalan memunculkan kemarahan, kebencian, kegusaran dan iri hati. Sasaran kemarahan, yaitu dokter, perawat, anggota keluarga, Tuhan MENAWAR Berharap kematiannya ditunda, berjanji mendedikasikan hidupnya pada Tuhan atau melayani orang lain
DEPRESI Mulai menerima kepastian atas kematiannya, menjadi pendiam, menolak dikunjungi, menangis dan berduka MENERIMA Akhir perjuangan menjelang kematian, mengembangkan rasa damai, menerima nasibnya, perasaan dan rasa sakit pada fisik mulai hilang
KEHILANGAN DAN BERDUKA Kehilangan (loss) adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika terpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan.
Bentuk – bentuk kehilangan 1. Kehilangan yang nyata (actual loss) – kehilangan orang atau objek yang tidak lagi dirasakan, dilihat, diraba Ex. Kehilangan anggota tubuh, anak, peran, hubungan. 2. Kehilangan yang dirasakan (Perceived loss) – kehilangan yang sifatnya unuk menurut orang yang mengalami kedukaan. Ex. Kehilangan harga diri, percaya diri
Jenis kehilangan 1. 2. 3. 4. 5. Kehilangan objek eksternal Kehilangan lingkungan yang dikenal Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti Kehilangan suatu aspek diri Kehilangan hidup
Dampak kehilangan 1. Anak – anak kehilangan dapat mengancam untuk berkembang regresi takut ditinggal dan sepi 2. Remaja atau dewasa muda kehilangan dapat menyebabkan desintegrasi dalam keluarga 3. Dewasa tua kehilangan khususnya kematian pasangan hidup pukulan berat dan menghilangkan semangat
BERDUKA • BERDUKA adalah respon fisik dan psikologis yang terpola spesifik pada individu yang mengalami kehilangan. Respon/reaksi normal, karena melalui proses berduka individu mampu memutus ikatan dengan benda/orang yang terpisah dan berikatan dengan benda/orang baru. Berduka bisa mencakup aspek fisik/psikologis, kognitif dan perilaku
BERDUKA • Berduka (grieving) merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. • Berduka diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada masing-masing orang dan didasarkan pengalaman pribadi, ekspektasi budaya, dan keyakinan spiritual yang dianutnya. • Berkabung adalah periode penerimaan terhadap kehilangan dan berduka. • Berkabung terjadi dalam masa kehilangan dan sering dipengaruhi oleh kebudayaan atau kebiasaan.
Jenis berduka 1. Berduka normal Perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal 2. Berduka antisipatif Proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan sesungguhnya terjadi. 3. Berduka yang rumit Seseorang sulit maju ke tahap berikutnya. Berkabung tidak kunjung berakhir. 4. Berduka tertutup Kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka
6 (Enam) tingkatan Berduka 1. Syok 2. Tidak yakin 3. Mengembangkan kesadaran diri 4. Restitusi 5. Mengatasi kehilangan 6. Idealisasi dan hasil
• Proses berduka: Fase awal Dimulai dengan adanya kehilangan spt kematian. Berlangsung beberapa minggu Reaksi : syok, tidak yakin atau tidak percaya perasan dingin, perasaan kebal (mati rasa) dan bingung Berakhir setelah beberapa hari Kembali berduka berlebihan Menangis dan ketakutan • Fase Pertengahan Dimulai : kira-kira 3 minggu sesudah kematian berakhir : kurang lebih 1 tahun Pola tingkah laku yang ditunjukan: a. Perilaku obsesi, meliputi : pengulangan pikiran tentang peristiwa kematian. b. Suatu pencarian arti dari kematian
lanjutan Fase Pemulihan Terjadi sesudah kurang lebih satu tahun. Individu memutuskan untuk tdk mengenang masa lalu. Meningkat partisipasi pada kegiatan sosial
- Slides: 37