Komponen sebuah Kompilator Program Subjek Program Objek ANALISIS
Komponen sebuah Kompilator Program Subjek Program Objek ANALISIS Penganalisis Leksikal (Scanner) Penganalisis Sintaks (Parser) SINTESIS Penganalisis Semantik Pembentuk Kode Pengoptimal Kode TABEL 1
Scanning termasuk ke dalam analisis lexical, yaitu proses untuk mengidentifikasi satuan terkecil dari Bahasa, yang disebut Token / Terminal / Daun (identifier, keyword, label, operator aritmetika dan assignment, operator relasional, tanda baca, dsb) Aspek dalam Scanner : n n Bagaimana bentuk dan penyajian Token. Metode yang digunakan Grammar Regular dan Ekspresi Regular Pengenalan Token. Metode yang digunakan Automata Hingga, dengan penyajian menggunakan Diagram Transisi 2
Scanning (cont. ) Scanner berinteraksi dengan Parser, dengan cara : n Scanner mengolah Program Source secara terpisah sebagai satu fase, dimana token disimpan dalam sebuah tabel sebelum Parser bekerja n Scanner berinteraksi denga Parser, dimana scanner dipanggil oleh parser bila token dalam program source diperlukan 3
Automata Hingga (AH) Automata Hinga (AH) / Finite state Automaton (FA) adalah suatu struktur abstrak yang didefinisikan, terdiri dari : 1. 2. 3. 4. 5. Himpunan Hingga A berisi simbol Input Himpunan Hingga S berisi State (internal state) Himpunan Hingga Z berisi simbol output Sebuah fungsi f: S x Z S, disebut fungsi next state Sebuah fungsi g: S x A Z, disebut fungsi output AH berhubungan dengan Regular Grammar Jenis AH : 1. 2. 3. AH Determinstik (AHD) AH Non Deterministik (AHN) AHN dengan transisi untai hampa 4
Automata Hingga Deterministik (AHD) Automata Hinga Deterministik (AHD) didefinisikan dengan 5 tupel 1. 2. 3. 4. 5. Himpunan Hingga internal state (S) Himpunan Hingga simbol input (V) Sebuah fungsi f: S x V S ; merupakan fungsi next state State awal (q 0 S) Himpunan hingga state penerima S AHD sering digambarkan dengan cara : n n Table Transisi State Transisi Digraph 5
Automata Hingga Deterministik (AHD) (cont. ) Contoh : Diketahui AHD dengan 2 simbol input dan 3 state, V = { a, b} S = { q 0, q 1, q 2) T = {q 0, q 1} state penerima q 0 sebagai state awal Fungsi next state didefinisikan f: (S, V) input a b q 0 q 1 q 0 q 2 q 2 f 6
Automata Hingga Deterministik (AHD) b a q 0 b (cont. ) a q 2 q 1 b a Periksalah string berikut : 1. aba 1. q 0 q 1 q 0 (diterima) 2. aabbaa q 0 q 1 q 2 (ditolak, state penerima yang ditentukan adalah q 0 dan q 1, bukan q 2) 7
Automata Hingga Deterministik (AHD) (cont. ) Contoh : Identifikasi Integer String Grammar : <integer> : : = <digit> | <integer><digit> d Start d Integer delimeters OUT d d START INTEGER - INTEGER OUT input state OUT (Accept) 8
Automata Hingga Deterministik (AHD) (cont. ) Contoh : Identifikasi Identifier String <identifier> : : = <letter>|<identifier><digit> <letter> Start <letter> <digit> Identifier <digit> Error 9
Parsing adalah konsturksi atau pembentukan Pohon Sintaks untuk suatu kalimat (ekspresi) Bila terdapat lebih dari satu pohon sintaks untuk sebuah grammar maka dikatakan grammar tersebut Ambiguous. Dua cara melakukan validitas sintaks dengan parsing : n TOP DOWN Parsing : melakukan derivasi string dari NT n BOTTOM UP Parsing : melakukan reduksi simbol ke NT 10
Parsing Top Down Jika adalah input string, maka derivasi dari Top Down Parse dapat ditunjukkan sebagai berikut : S … … … Parse Tree untuk Top Down Parsing selalu dimulai dari sebelah kiri 1 2 t NT 11 S NT 12 ……. NT 1 n 3 NT 21 11
Parsing Top Down (cont. ) Contoh : Parsing Top Down untuk identifier x 2 Derivasinya : <identifier><digit> <letter><digit> x 2 a. <identifier> b <identifier> c <identifier> d <identifier> <digit> <identifier> e <identifier> <digit> <letter> x x 2 12
Parsing Top Down (cont. ) Contoh : ekspresi a + b * c grammar : E : : = T + E | T T : : = V * E | V V : : = <id> Prediction Sentential Form E T+E T V V <id> E T T V*T V <id> T V V <id> T+E V+E <id>+T <id>+V*T <id>+<id>*V <id>+<id>*<id> E T + E V id T V id * T V id 13
Parsing Bottom Up membangun pohon sintaks melalui urutan simbol yang direduksi, atau dimulai dengan sebuah string hingga mencapai simbol start Grammar Contoh : diketahui identifier x 2, dengan parsing bottom up menjadi : <identifier> <letter> x 2 a x <letter><digit> <letter> 2 x <identifier> 2 x 2 <letter><digit> x 2 <letter>2 <identifier><digit> <identifier> b c d e 14
Relasi Preseden dan Pemakaiannya Teknik parsing pada metode Bottom-Up dilakukan dengan mencari berulang-ulang, handle (leftmost simple phrase) u dari bentuk sentensial saat itu dan mereduksinya menjadi suatu nonterminal U dnegan memakai reduksi U u Jadi tujuan utamanya adalah mencari Handle dari sebuah bentuk sentensial yaitu simple phrase terkiri (leftmost) dari bentuk sentensial tersebut. Masalah tersebut diselesaikan dengan Grammar Preseden 15
Relasi Preseden dan Pemakaiannya (cont. ) Misal, R dan S berada dalam suatu grammar G. Beberapa bentuk sentensial dapat dibentuk dari simbol R dan G tersebut (…RG…. . ). Ada tiga kemungkinan yang timbul dalam handle yang dibuat dari R dan S. R adalah bagian dari suatu handle tapi S tidak (R S) n dikatakan R > S (R memiliki Preseden atas S). n R harus merupakan ekor dari beberapa produksi U …R. n Karena handle berada di kiri S, maka S harus merupakan terminal U …. . ………. . R S…. handle 16
Relasi Preseden dan Pemakaiannya (cont. ) R dan S keduanya adalah bagian dalam suatu handle (R S) n dikatakan R dan S memiliki Preseden yang sama, dan harus U direduksi secara bersamaan waktu n Harus ada suatu produksi U …RS. . . … RS. . …. handle 3. S adalah bagian dari suatu handel, tetapi R tidak (S R) n dikatakan R < S n S merupakan kepala dari beberapa produksi U S…. . U …R S ………. . ……. handle 17
Relasi Preseden dan Pemakaiannya (cont. ) Contoh : Diketahui, Grammar dengan simbol Start Z dan produksi : Z b. Mb M (L | a L Ma) Berikut ini akan ditunjukkan bentuk sentensial, phon sintaks, handel dari relasi yang dapat diturunkan dari produksi. Bentuk sentensial : bab Pohon Sintaks : b Z M b Handel : a Relasi yang diberikan Pohon : b a a b a 18
Relasi Preseden dan Pemakaiannya (cont. ) Bentuk sentensial : b(Lb Z Pohon Sintaks : b M ( 1. Handel : (L Relasi yang diberikan Pohon : b ( ( L b L Bentuk sentensial : b(Ma)b 1. Pohon Sintaks : Z b M b ( L M a Handel : Ma) Relasi yang diberikan Pohon : b ( ( L L b ) 19
- Slides: 19