Kompetensi Wartawan Pengantar Profesi wartawan bagi sebagian orang
Kompetensi Wartawan Pengantar Ä Profesi wartawan bagi sebagian orang cukup menggiurkan, sebab status sebagai wartawan bisa digunakan untuk berbagai kepentingan: mulai dari untuk mencari nafkah hingga kepentingan politis. Ä Namun profesi wartawan merupakan profesi terbuka, yaitu: e e e Ä Siapa saja dapat menjadi wartawan tanpa harus memenuhi persyaratan pendidikan tertentu. Tidak perlu izin praktek maupun sumpah jabatan seperti halnya dokter dan advokat. Tidak perlu diangkat oleh instansi pemerintah seperti pada profesi dokter dan advokat. Akibatnya, banyak mereka yang tidak memiliki pengetahuan dan keahlian di bidang kewartawanan ikut terjun ke profesi ini, maka dalam pelaksanaan tugasnya, banyak yang tidak profesional. Bahkan sebagaimana disinyalir Wina Armada “sekarang banyak wartawan yang tidak tahu hukum bahkan peraturan yang mengatur dirinya sendiri”. 1) 1
Mengapa Perlu Standar Kompetensi? Ä Sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UU No. 40 tahun 1999, bahwa tugas wartawan adalah: e Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui e Menegakkan nilai dasar demokrasi, mendorong terwujud supremasi hukum dan HAM, menghormati kebinekaan. e Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi tepat, akurat, dan benar. e Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran e Memperjuangkan keadilan dan kebenaran. . Ä Tugas seberat itu hanya mampu dikerjakan oleh wartawan profesional, yaitu wartawan yang kompeten melaksanakan tugas tersebut. Ä Sebagaimana dikemukakan Assegaff, bahwa profesionalisme kompetensi harus dilandaskan pada segitiga kompetensi (triangle of competence) yakni skill, knowledge, and ethic 2), maka setiap orang yang berprofesi sebagai wartawan hendaknya memenuhi kompetensi tersebut. 2
Gambaran profesionalisme wartawan Indonesia Studi Thomas Hanitzsch (2002) mengenai profesionalisme wartawan Indonesia memperlihatkan data sebagai berikut: 3) Controversial reporting practices Reporting practices Saying ‘may N be justified’ Pretending another opinion or attitude 300 80, 1% Claiming to be somebody else 332 70, 2% Using hidden microphones and cameras 299 68, 3% Paying people for confidential information 340 67, 3% Getting employed in a firm or organization to gain inside information 269 62, 11% Using confidential government documents without authorization 324 31, 7% Using personal documents without permission 311 29, 2% Badgering unwilling informants to get a story 319 17, 6% Agreeing to protect confidentiality and not doing so 322 8, 1% 3
Pengertian Standar Kompetensi Standar adalah ukuran atau patokan yang disepakati. Sedangkan kompetensi adalah kemampuan melaksanakan tugas-tugas ditempat kerja yang mencakup penerapan ketrampilan (skill) yang didukung dengan pengetahuan (knowledge) dan etika yang sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan. Standar kompetensi adalah pernyataan ukuran atau patokan tentang keahlian, pengetahuan, dan etika yang harus dimiliki seseorang untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan. Dengan demikian, seseorang baru dinyatakan memenuhi standar kompetensi sebagai profesional, jika memiliki keahlian yang cukup, pengetahuan yang memadai, serta taat pada hukum maupun etika di bidang profesinya. 4
Manfaat Standar Kompetensi Wartawan Memperoleh kesetaraan kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan profesi pada level-level tertentu, misalnya: Wartawan Junior, Wartawan Madya, dan Wartawan Senior. Memudahkan bagi wartawan menyesuaikan jenjang (gaji maupun jabatan) bila mereka berpindah media. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap wartawan dalam melaksanakan profesinya. Memudahkan bagi lembaga media dalam melakukan rekrutmen maupun pengembangan SDM di bidang jurnalistik. Memudahkan bagi lembaga pendidikan dalam menyusun kurikulum sesuai dengan standar yang diperlukan. Memudahkan bagi Dewan Pers, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), dan asosiasi kewartawan dalam melakukan pembinaan terhadap wartawan. 5
Cakupan Standar Kompetensi Wartawan Kesadaran (awareness), yaitu kesadaran wartawan akan etika, hukum, dan karir. Di sini mencakup kemampuan wartawan dalam memahami dan menerapkan nilai-nilai etika profesi kewartawan (Kode Etik Jurnalistik) dan hukum yang berlaku di tempat dia menjalankan profesinya. Pengetahuan (knowledge), yaitu meliputi pengetahuan umum maupun pengetahuan khusus yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas sesuai bidang kewartawan yang bersangkutan. Keterampilan (skills), yang meliputi kemampuan wartawan dalam: 1) mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan berita (news) dan pendapat (opinion) melalui media massa, serta 2) mengoperasikan teknologi yang mendukung pekerjaan jurnalistik. Catatan: Standar kompetensi wartawan hanya mencakup pekerjaan fungsional wartawan, tidak mencakup aspek struktural. 6
Level Kompetensi Wartawan 4) Wartawan Junior: Termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang memiliki pengalaman kerja di bidang kewartawanan kurang dari dua tahun. Mereka diharapkan mampu mencari dan mengumpulkan bahan berita, serta menulis naskah berita sesuai petunjuk Wartawan Madya maupun Wartawan Senior. Idealnya seorang Wartawan Junior haruslah: Memiliki pendidikan formal minimal setingkat akademi atau telah mengikuti pelatihan kewartawanan minimal 40 jam. Pernah mendapatkan pelatihan dasar jurnalistik. Terampil mengumpulkan unsur kelengkapan berita (5 W + 1 H). Dapat menilai bahan berita sesuai petunjuk wartawan Madya ataupun Wartawan Senior. Dapat mengoperasikan kamera, tape recorder, ponsel, dan komputer untuk pengumpulan dan penulisan berita. Mampu menerapkan Kode Etik Jurnalistik saat mencari dan mengumpulkan bahan berita. Abdurrahman'2007 7
Wartawan Madya Termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang sudah menjadi wartawan 2 -7 tahun. Mereka ini di samping harus memiliki kemampuan sebagaimana yang dimiliki Wartawan Junior, juga harus mampu mengkoordinir tim peliputan, menilai bahan yang layak berita, serta menulis copy berita secara mandiri sesuai kebijakan media. Idealnya seorang Wartawan Madya haruslah: Mampu menentukan sumber yang layak diberitakan dan mampu menulis copy berita dari bahan berita yang dikumpulkan Wartawan Junior serta melengkapinya dengan bahan yang relevan. Memahami karakter sumber berita Mampu menerapkan kode etik pencarian dan penulisan berita. Mampu menyusun dan mengkoordinir tim peliputan. Mampu menyusun TOR (Term of Reference) peliputan. Khusus untuk media elektronik, mampu mengeperasikan alat-alat editing, mixing, dan recording. Khusus untuk media online, mampu mengoperasikan internet, download, offload. 8
Wartawan Senior Selain harus berpengalaman dan menguasai kompetensi seperti Wartawan Madya, Wartawan Senior harus memiliki kemampuan memprediksi pemberitaan yang sesuai dengan perkembangan peristiwa yang akan datang sesuai dengan kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang berkembang di masyarakat. Idealnya Wartawan Senior haruslah: Memiliki ketajaman menentukan sumber berita yang relevan dan komprehensif dengan peristiwa yang diliput, serta mampu membina hubungan dengan sumber berita. Memiliki kepekaan melihat suatu peristiwa/persoalan dalam kaitannya dengan konteks yang lebih luas. Mampu menilai peringkat nilai berita dari berita yang tersedia. Mampu memilih jenis penyajian yang relevan dengan fakta yang tersedia. Mampu memberi solusi setiap persoaln redaksional. Mampu melakukan pengawasan terhadap isi media. Mampu mengevaluasi hasil kerja redaksi. Mampu menyusun agenda pemberitaan. Mampu menyusun kebijaksanaan redaksional. Mampu menilai pekerjaan jurnalistik Wartawan Junior dan Wartawan Madya. 9
• 1) Wina Armanda, Implikasi Penggunaan Standar Kompetensi Bagi Pengembangan Profesi Media Cetak, disampaikan dalam seminar tentang Standar Kompetensi SDM Media Massa, 22 Desember 2003, di Jakarta. • 2) Djafar H. Assegaff, Pokok Pikiran Tentang Penyusunan Standarisasi Profesi dan Organisasi Wartawan Untuk Mewujudkan Pers yang Profesional, disampaikan dalam seminar tentang Perkembangan Pers Indonesia dan Perwujudan Interkomunikasi Pers, Masyarakat, dan Pemerintah, 16 – 17 Desember 2003, di Jakarta • 3) Thomas Hanitzsch, Journalist in Indonesia: Educated but Timid Watchdogs, http: //www. ifmk. tu-ilmenau. de • 4) Disarikan dari Lucas Luwarso (Ed), Kompetensi Wartawan: Pedoman Peningkatan Profesionalisme Wartawan dan Kinerja Pers, Dewan Pers, Jakarta, 2005. 10
- Slides: 10