Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia KEWI Kemerdekaan pers

  • Slides: 23
Download presentation
Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia (KEWI) Kemerdekaan pers merupakan sarana terpenuhinya hak asasi manusia

Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia (KEWI) Kemerdekaan pers merupakan sarana terpenuhinya hak asasi manusia untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers, wartawan Indonesia menyadari adanya tanggung jawab sosial serta keberagaman masyarakat. Guna menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak masyarakat diperlukan suatu landasan-moral/etika profesi yang bisa menjadi pedoman operasional dalam menegakan integritas dan profesionalisme wartawan.

Wartawan Indonesia Menetapkan Kode Etik Jurnalistik • Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh

Wartawan Indonesia Menetapkan Kode Etik Jurnalistik • Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar. • Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi. • Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi serta tidak melakukan plagiat.

 • Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis, dan cabul,

• Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis, dan cabul, serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila. • Wartawan Indonesia tidak menerima suap, dan tidak menyalahgunakan profesi. • Wartawan Indonesia memiliki Hak Tolak menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang dan off the record sesuai kesempatan • Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani Hak Jawab. Pengawas dan penetapan sanki atas pelanggaran kode etik ini sepenuhnya diserahkan kepada jajaran pers dan dilaksanakan oleh organisasi yang dibentuk untuk itu.

Kode Etik Jurnalistik MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya salah satu perwujudan kemerdekaan negara Republik Indonesia adalah

Kode Etik Jurnalistik MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya salah satu perwujudan kemerdekaan negara Republik Indonesia adalah kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan sebagaimana diamanatkan oleh pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945. Oleh sebab itu, kemerdekaan pers wajib dihormati oleh semua pihak. Mengingat negara Repulik Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum sebagaimana diamanatkan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945,

seluruh wartawan Indonesia menjunjung tinggi kontitusi dan menegakan kemerdekaan pers yang bertanggung jawab, mematuhi

seluruh wartawan Indonesia menjunjung tinggi kontitusi dan menegakan kemerdekaan pers yang bertanggung jawab, mematuhi norma-norma profesi kewartawanan, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta memperjuangkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial berdasarkan Pancasila.

Maka atas dasar itu, demi tegaknya harkat, martabat, integritas, dan mutu kewartawanan Indonesia serta

Maka atas dasar itu, demi tegaknya harkat, martabat, integritas, dan mutu kewartawanan Indonesia serta bertumpu pada kepercayaan masyarakat, dengan ini Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menetapkan Kode Etik Jurnalistik yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh wartawan Indonesia.

BAB 1 Kepribadian & Integritas Pasal 1 Wartawan Indonesia beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB 1 Kepribadian & Integritas Pasal 1 Wartawan Indonesia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, taat kepada Undang-Undang Dasar Negara RI, ksatria, menjunjung harkat, martabat manusia dan lingkungannya, mengabdi kepada kepentingan bangsa dan negara, serta terpercaya dalam mengemban profesinya.

Pasal 2 Wartawan Indonesia dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana mempertimbangkan patut tidaknya

Pasal 2 Wartawan Indonesia dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana mempertimbangkan patut tidaknya menyiarkan karya jurnaalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar) yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan nagara, persatuan dan kesatuan bangsa, menyinggung perasaan agama, kepercayaan atau keyakinan suatu golongan yang dilindungi oleh undang-undang.

Pasal 3 Wartawan Indonesia pantang menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, suara serta suara dan gambar)

Pasal 3 Wartawan Indonesia pantang menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, suara serta suara dan gambar) yang menyesatkan, memutarbalikkan fakta, bersifat fitnah, cabul, serta sensasional. Pasal 4 Wartawan Indonesia menolak imbalan yang dapat mempengaruhi obyektivitas pemberitaan.

BAB II Cara Pemberitaan Dan Menyatakan Pendapat Pasal 5 Wartawan Indonesia menyajikan berita secara

BAB II Cara Pemberitaan Dan Menyatakan Pendapat Pasal 5 Wartawan Indonesia menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan kecermatan dari kecepatan, serta tidak mencampuradukan fakta dan opni sendiri. Karya jurnalistik berisi interprestasi dan opini wartawan, agar disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya.

Pasal 6 Wartawan Indonesia menghormati dan menjunjung tinggi kehidupan pribadi dengan tidak menyiarkan karya

Pasal 6 Wartawan Indonesia menghormati dan menjunjung tinggi kehidupan pribadi dengan tidak menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar) yang merugikan nama baik seseorang, kecuali menyangkut kepentingan umum.

Pasal 7 Wartawan Indonesia dalam memberitakan peristiwa yang diduga menyangkut pelanggaran hukum atau proses

Pasal 7 Wartawan Indonesia dalam memberitakan peristiwa yang diduga menyangkut pelanggaran hukum atau proses peradilan, harus menghormati asas praduga tak bersalah, prinsip adil, jujur, dan penyajian berimbang. Pasal 8 Wartawan Indonesia dalam memberitakan kejahatan susila (asusila) tidak merugikan korban.

BAB III Sumber Berita Pasal 9 Wartawan Indonesia menempuh cara yang sopan dan terhormat

BAB III Sumber Berita Pasal 9 Wartawan Indonesia menempuh cara yang sopan dan terhormat untuk memperoleh bahan karya jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar), dan selalu menyatakan identitasnya kepada sumber berita.

Pasal 10 Wartawan Indonesia dengan kesadaran sendiri, secepatnya mencabut atau meralat setiap pemberitaan yang

Pasal 10 Wartawan Indonesia dengan kesadaran sendiri, secepatnya mencabut atau meralat setiap pemberitaan yang kemudian ternyata tidak akurat, dan memberi kesempatan hak jawab secara proporsional kepada sumber atau objek berita. Pasal 11 Wartawan Indonesia meneliti kebenaran bahan berita dan memperhatikan kredibilitas serta kompetensi sumber berita. Pasal 12 Wartawan Indonesia tidak melakukan tindakan plagiat, tidak mengutip karya jurnalistik tanpa menyebut sumbernya.

Pasal 13 Wartawan Indonesia harus menyebut sumber berita, kecuali atas permintaan yang bersangkutan untuk

Pasal 13 Wartawan Indonesia harus menyebut sumber berita, kecuali atas permintaan yang bersangkutan untuk tidak disebutkan nama dan identitasnya sepanjang menyangkut fakta dan data bukan opini. Apabila nama identitas sumber berita tidak disebutkan, segala tanggung jawab ada pada wartawan yang bersangkutan.

Pasal 14 Wartawan Indonesia menghormati ketentuan embargo, bahan latar belakang, dan tidak menyiarkan informasi

Pasal 14 Wartawan Indonesia menghormati ketentuan embargo, bahan latar belakang, dan tidak menyiarkan informasi yang oleh sumber berita tidak dimaksudkan sebagai bahan berita serta tidak menyiarkan keterangan off the record.

BAB IV Kekuatan Kode Etik Jurnalistik Pasal 15 Wartawan Indonesia harus dengan sungguh menghayati

BAB IV Kekuatan Kode Etik Jurnalistik Pasal 15 Wartawan Indonesia harus dengan sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Jurnalistik PWI (KEJ-PWI) dalam melaksanakan profesinya. Pasal 16 Wartawan Indonesia menyadari sepenuhnya, bahwa penataan Kode Etik Jurnalistik ini terutama berada pada hati nurani masing-masing.

Pasal 17 Wartawan Indonesia mengakui, bahwa pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran Kode Etik

Pasal 17 Wartawan Indonesia mengakui, bahwa pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran Kode Etik Jurnalistik ini adalah sepenuhnya hak organisasi dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan PWI. Tidak satu pihak pun diluar PWI, yang dapat mengambil tindakan terhadap wartawan Indonesia dan atau medianya berdasarkan pasal-pasal dalam Kode Etik Jurnalistik.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 40 TH 1999 TENTANG PERS BAB I KETENTUAN UMUM Pasal

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 40 TH 1999 TENTANG PERS BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam undang-undang ini, yang dimaksud dengan : 1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar serta dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

2. Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media

2. Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi. 3. Kantor berita adalah perusahaan pers yang melayani media cetak, media elektronik, atau media lainnya serta masyarakat umum dalam memperoleh informasi.

4. Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik. 5. Organisasi pers adalah

4. Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik. 5. Organisasi pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers. 6. Pers nasional adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan pers Indonesia. 7. Pers asing adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan asing. 8. Penyensoran adalah penghapusan secara paksa sebagian atau seluruh materi informasi yang akan diterbitkan atau disiarkan, atau tindakan teguran atau pringatan yang bersifat mengancam dari pihak manapun dan atau kewajiban melapor serta memperoleh izin dari pihak berwajib, dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik.

9. Pembredelan atau pelarangan penyiaran adalah penghentian penerbitan dan peredaran atau penyiaran secara paksa

9. Pembredelan atau pelarangan penyiaran adalah penghentian penerbitan dan peredaran atau penyiaran secara paksa atau melawan hukum. 10. Hak tolak adalah hak wartawan karena profesinya, untuk menolak mengungkapkan nama dan atau identitas lainnya dari sumber berita yang harus dirahasiakannya. 11. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

12. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan informasi yang

12. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan informasi yang diberikan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain. 13. Kewajiban koreksi adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat terhadap suatu informasi, data, fakta, opini, atau gambar yang tidak benar yang telah diberitakan oleh pers yang bersangkutan. 14. Kode Etik Jurnalistik himpunan etik profesi kewartawanan.