Klasifikasi Pondasi Dalam Deep Foundations Piles Timber Stell
Klasifikasi Pondasi Dalam Deep Foundations Piles Timber Stell Drilled Shafts Concrete Composite Mandrel Driven Shells Other Types Auger Pressure Cast Injected Piles Footings Anchors
PONDASI TIANG
Pondasi Tiang Pancang Pondasi tiang pancang adalah suatu konstruksipondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang pancang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang pancang yang terdapat di bawah konstruksi dengan tumpuan pondasi. Pelaksanaan pekerjaan pemancangan menggunakan diesel hammer. Sistem kerja diesel Hammer adalah dengan pemukulan sehingga dapat menimbulkan suara keras dan getaran pada daerah sekitar. Itulah sebabnya cara pemancangan pondasi ini menjadi permasalahan tersendiri pada lingkungan sekitar. Permasalahan lain adalah cara membawa diesel hammer kelokasi pemancangan harus menggunakan truk tronton yang memiliki crane. Crane berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan. Namun saat ini sudah ada alat pancang yang menggunakan system hidraulik hammer dengan berat 3 – 7 ton. Pekerjaan pemukulan tiang pancang dihentikan dianggap telah mencapai tanah keras jika pada 10 kali pukulan terakhir, tiang pancang masuk ke tanah tidak lebih dari 2 cm.
Berbagai ukuran tiang pancang yang ada pada intinya dapat dibagi dua, yaitu : Minipile (Ukuran Kecil) Tiang pancang berukuran kecil ini digunakan untuk bangunan-bangunan bertingkat rendah dan tanah relative baik. Ukuran dan kekuatan yang ditawarkan adalah: Berbentuk penampang segitiga dengan ukuran 28 dan 32. Berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 20 x 20 dan 25 x 25. 1. Tiang penampang segitiga berukuran 28 mampu menopang beban 25 – 30 ton. 2. Tiang penampang segitiga berukuran 32 mampu menopang beban 35 – 40 ton. 3. Tiang bujur sangkar berukuran 20 x 20 mampu menopang tekanan 30 – 35 ton. 4. Tiang bujur sangkar berukuran 25 x 25 mampu menopang tekanan 40 – 50 ton. Maxipile (Ukuran Besar) Tiang pancang ini berbentuk bulat (spun pile) atau kotak (square pile). Tiang pancang ini digunakan untuk menopang beban yang besar pada bangunan bertingkat tinggi. Bahkan untuk ukuran 50 x 50 dapat menopang beban sampai 500 ton.
Kelebihan : • Karena dibuat dengan system pabrikasi, maka mutu beton terjamin. • Bisa mencapai daya dukung tanah yang paling keras. • Daya dukung tidak hanya dari ujung tiang, tetapi juga lekatan pada sekeliling tiang. • Pada penggunaan tiang kelompok atau grup (satu beban tiang ditahan oleh dua atau lebih tiang), daya dukungnya sangat kuat. • Harga relative murah bila dibanding pondasi sumuran. Kekurangan : • Untuk daerah proyek yang masuk gang kecil, sulit dikerjakan karena factor angkutan. • Sistem ini baru ada di daerah kota dan sekitarnya. • Untuk daerah dan penggunaan volumenya sedikit, harganya jauh lebih mahal. • Proses pemancangan menimbulkan getaran dan kebisingan.
PONDASI TIANG
BLOK HAMMER PONDASI TIANG
PENYAMBUNGAN PONDASI TIANG
VIBRO (PENGGETAR) PONDASI TIANG
JACKING PILE
PENULANGAN PONDASI TIANG BOR
PENGEBORAN PONDASI TIANG
BEARING PILE Qu = Q b + Qs
SKIN FRICTION PILE Q Qu = Qs
Q H
BEBERAPA JENIS PONDASI TIANG
BEBERAPA JENIS PENAMAPANG PONDASI TIANG BETON B L D L Do Di L
BEBERAPA JENIS PENAMAPANG PONDASI TIANG BAJA BF L B L L Do Di L
KONDISI PONDASI TIANG Swelling soil Stable soil Tanah keras Daerah erosi
METODE PEMSANGAN PONDASI TIANG Metode Kondisi tanah Efek Drop hammer Sangat lunak-agak padat Height displacement Jack-in Sangat lunak-agak padat Height displacement Boor Pasir batuan padat Low displacement Pit Pasir batuan padat Low displacement Jetty Pasir krikil lepas Low displacement Fibro Pasir lepas Low displacement
ESTIMASI PONDASI TIANG Metode Meyerhof, 1976 Qu qp QS D L=Lb q’ QP ql q’
MENENTUKAN qp PADA LAPISAN PASIR LEPAS DIATAS LAPISAN PASIR PADAT qp Loose sand L ql(l) Lb ql(d) 10 D Dense sand
qp L/D = Lb/D (Lb/D)cr qp = ql
ESTIMASI PONDASI TIANG Metode Vesic, 1977 Qu QS D L=Lb 0 QP
ESTIMASI PONDASI TIANG Metode Janbu, 1976 30. 14 18. 401
qp = satuan kuat dukung ujung tiang = ’v Nq < 1500 k. Pa atau 150 kg/cm 2 Coyle & Castello (1981) ’v = tegangan vertikal efektif pada kedalaman z, yang mempunyai nilai konstan setelah z > L’
Kuat dukung gesek Frictional Resitance, Qs Qs = p L f L’=15 D QS D L L fl = K ’v tang < 107 k. Pa atau 1, 08 kg/cm 2 Tomlinson (1977) K = koefisien tekanan tanah arah lateral ’v = tegangan vertikal efektif pada kedalaman z, yang mempunyai nilai konstan setelah z > L’ = sudut gesek tanah-tiang Braja M Das (1995) f Kulhawy (1983) Qu p = panjang keliling tiang L = kedalaman tiang pada nilai p dan f yang konstan f = satuan tahanan gesek setiap kedalaman z Pile type K Bored or jetted K 0=1 -sin Low-displ. Driven K 0=1 -sin to 1. 4(1 -sin ) High-displ. Driven K 0=1 -sin to 1. 8(1 -sin ) Kondisi tiang dan tanah Pasir dan beton kasar (cetak insitu) / 1 Pasir dan beton halus (pracetak) 0, 8 – 1, 0 Pasir dan baja kasar 0, 7 – 0, 9 Pasir dan baja halus (dicat dgn aspal) 0, 5 – 0, 7 Pasir dan kayu 0, 8 – 0, 9
Untuk high-displacement driven oleh Bhusan, 1962 direkomendasi K tan = 0. 18 + 0, 0065 Dr dan K = 0, 5 + 0, 008 Dr dimana Dr = relative densety (%) Untuk L’ secara konservatif diambil 15 D fav = 2 N (k. N/m 2) Meyerhof, 1976 N = nilai rata-rata SPT
Kuat gesek dalam Lempung Frictional Resitance in clay, Qs Lamdha ( ) 0, 165 Qu ’=17 k. N/m 3 cu = 140 k. N/m 2 D=0, 4 L=25 m QS L
’=17 k. N/m 3 Cu = 100 k. N/m 2 8 m A 1=800 k. N/m 10 m A 1=850 k. N/m q 1=170 k. N/m 2 sat=21 k. N/m 3 Cu = 120 k. N/m 2 sat=22 k. N/m 3 Cu = 140 k. N/m 2 10 m 12 m A 2=1200 k. N/m A 3=1680 k. N/m 8 m A 2=1718, 08 k. N/m q 2=259, 52 k. N/m 2 12 m A 3=3991, 98 k. N/m q 3=405, 8 k. N/m 2 cu =(800+1200+1680)/30 = 122, 67 k. N/m 2 ’ = (850+1718, 08+3991, 98)/30 = 218, 669 k. N/m 2
Metode Alfa ( ) Qu ’=17 k. N/m 3 Cu = 140 k. N/m 2 D=0, 4 L=25 m QS 0, 375
Metode Beta ( ) =0, 77
HASIL CPT Tahanan qonus, qc (kg/cm 2) 0 20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 7 Kedalaman, m 8 9 8 d 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 4 d
HASIL SPT Kedlm, m 15 0 0 1 3 2 3 3 3 4 4 5 5 6 5 7 5 8 2 9 3 10 3 11 4 12 4 13 4 14 4 15 6 16 4 17 3 18 6 19 3 20 6 22 6 24 4 26 5 28 7 30 5 32 5 34 6 36 5 38 7 40 6 N 15 0 7 6 7 9 11 11 11 4 7 6 8 9 9 8 12 8 7 12 7 13 12 8 10 15 11 11 13 10 14 13 15 0 7 8 8 10 11 12 11 6 6 8 10 10 10 8 14 10 7 14 12 8 12 14 11 12 12 12 15 12 SN 0 14 14 15 19 22 23 22 10 13 14 18 19 19 16 26 18 14 26 14 27 24 16 22 29 22 23 25 22 29 25 8 D 4 D
HUBUNGAN N-SPT dengan Menurut Peck, Hanson dan Thornburn(1974) Nilai , dapat didekati pula dengan menggunakan Persamaan dari Kishida, 1967
Permeabilitas tanah (Darcy, 1956) k Butiran kasar Kerikil halus Pasir halus Lanau padat lempung berlanau mm/det m/hr 10 100 8640 0. 01 10 0. 864 0. 0001 0. 00864 0. 00001 0. 000864 0. 00000001 0. 00001 8. 64 E-07 0. 000864 Hubungan Dr, hasil penyelidikan lapangan (Meyerhoff, 1956) Kondisi Sangat tidak padat Tidak padat Agak padat Padat Sangat padat Kerapatan relatif (Dr) < 0. 2 – 0. 4 – 0. 6 – 0. 8 > 0. 8 Nilai SPT (N) Nilai CPT (qc)(kg/cm 2) Sudut gesek ( ) < 4 4 – 10 10 – 30 30 – 50 > 50 < 20 20 – 40 40 – 120 – 200 > 200 < 30 30 – 35 35 – 40 40 – 45 > 45
Hubungan n, e, w, (Terzaghi, 1947) Macam tanah Pasir seragam, tidak padat Pasir seragam, padat Pasir berbutir campuran, tidak padat Pasir berbutir campuran, padat Lempung lunak sedikit organik Lempung lunak sangat organik n (%) e 46 24 40 30 66 75 0. 85 0. 51 0. 67 0. 43 1. 9 3 w (%) d (g/cm 3) 32 19 25 16 70 110 1. 43 1. 75 1. 59 1. 86 Ketinggian air kapiler (Hansbo, 1975) Macam tanah Pasir kasar Pasir sedang Pasir halus Lanau Lempung Kondisi longgar (m) 0. 03 – 0. 12 – 0. 50 0. 30 – 2. 00 1. 50 – 10. 0 > 10 Kondisi padat (m) 0. 04 – 0. 15 0. 35 – 1. 10 0. 40 – 3. 50 2. 50 – 12. 0 > 10 d (g/cm 3) (k. N/m 3) b 14. 03 1. 89 17. 17 2. 09 15. 60 1. 99 18. 25 2. 16 1. 58 1. 43 b (k. N/m 3) 18. 54 20. 50 19. 52 21. 19 15. 50 14. 03
LATERALLY LOADED VERTICAL PILES Mc. Nulty, 1956 mendefinisikan a > 60 cm a < 60 cm Tiang ujung bebas (free end pile) Tiang ujung jepit (fixed end pile)
Mc. Nulty, 1956 menyarankan Beban lateral ijin pada tiang vertikal Untuk defleksi maks. 6 mm dan F = 3 Tipe tiang Kayu dia. 30 cm Kepala tiang Ujung bebas Ujung jepit Beton dia. 40 cm Pasir Beban ijin lateral, Lb Kg k. N 1500 682 3 Lempung sedang 1500 682 3 Pasir 4500 2045 9 Lempung sedang 4000 1818 8 7000 3182 14 5500 2500 11 5000 2273 10 Tipe tanah Ujung bebas Pasir atau jepit Pasir halus Lempung sedang
Perhitungan tahanan beban lateral ultimit Dalam perhitungan ini perlu diketahui : • Faktor kekakuan tiang • Kompresibilitas tanah Faktor kekakuan untuk modulus tanah kostan , R dengan : K = khd =k 1/1. 5 = modulus tanah k 1 = modulus reaksi subgrade dari Terzaghi = (tekanan plat/perpindahan horizontal) E = modulus elastis tiang I = momen inersia tiang d = lebar atau diameter tiang Faktor kekakuan untuk modulus tanah tidak kostan , T dengan : K = nhz = modulus tanah kh = nhz /d
Nilai cu, k 1 Terzaghi, 1955 Konsistensi Kohesi undrained (cu) k 1 rekomendasi Kaku Sangat kaku Keras k. N/m 2 100 - 200 – 400 > 400 kg/cm 2 1 – 2 2 – 4 > 4 MN/m 3 18 - 36 36 – 72 > 72 kg/cm 3 1, 8 – 3, 6 – 7, 2 > 7, 2 MN/m 3 27 54 > 108 kg/cm 3 2, 7 5, 4 > 10, 8 Satuan Niliai nh untuk tanah granuler (c = 0) Kerapatan relatif (Dr) Satuan Tak padat Sedang Padat Pasir kering atau lembab k. N/m 3 2425 7275 19400 Terzaghi Pasir terendam air k. N/m 3 1386 5300 4850 16300 11779 34000 Terzaghi Reese dkk
Nilai nh untuk tanah kohesif (Paulos dan Davis, 1980) Tanah Referensi nh (k. N/m 3) Lempung terkonsolidasi Reese dan Matlock (1956) normal lunak Davisson-Prakash (1963) 166 -3518 Lempung terkonsolidasi Peck dan Davisson (1962) normal organik Davisson (1970) 111 -277 Gambut Loess Davisson (1970) Wilson dan Hilts (1967) Bowles (1968) 277 -554 111 -831 55 27, 7 -111 8033 -11080 Kriteria tiang kaku dan tidak kaku (Tomlinson, 1977) Modulu tanah (K) bertambah dengan kedalaman Modulu tanah (K) konstan Kaku (ujung bebas) L ≤ 2 T L ≤ 2 R Tidak kaku (ujung bebas) L ≥ 4 T L ≥ 3, 5 R Tipe tiang
TIANG KAKU e H M = He P 0 Z X L PL
TIANG PANJANG (Brinch Hansen, 1961) dengan : p 0 = tekanan overburden vertikal c = kohesi Kq, Kc = faktor fungsi dari dan z/d H e e zf x Ujung jepit L Diagram tekanan Gaya lintang Momen
TIANG PANJANG (Broms, 1964) Tahanan ultimit tiang yang terletak pada tanah kohesif atau lempung ( = 0) akan bertambah mulai dari kedalaman 2 cu sampai 8 -12 cu x diameter tiang:
SOAL 30, 5 k. N 90, 9 k. N 955 k. Nm 1, 5 B f su =175 k. Pa Mmax D 9 su. B B = 1000 mm 9 su. B g
Diketahui : Menghitung Dmin : Menghitung Daya Dukung: Menghitung Mmax :
SOAL 30, 5 k. N 90, 9 k. N 955 k. Nm 1, 5 B f su =175 k. Pa Mmax D 9 su. B B = 1000 mm 9 su. B g
Menghitung Dmin : Menghitung Mmax :
Tahanan ultimit tiang yang terletak pada tanah nonkohesif atau granuler (c = 0) Broms menggunakan :
PENURUNAN Vesic, 1977 Akibat beban vertikal yangbekerja sebesar Qw , akan terjadi penuruanan sebesar : s = s 1 + s 2 + s 3 Dimana s 1 = penurunan tiang pondasi s 2 = penurunan pada ujung pile s 3 = penurunan pada dinding tiang =0, 5 =0, 67 Soil type Sand Clay Silt Driven pile 0, 02 -0, 04 0, 02 -0, 03 -0, 05 Bored pile 0, 09 -0, 18 0, 03 -0, 06 0, 09 -0, 12
Contoh Pondasi tiang panjang 40 fit dipancang dalam tanah pasir, dengan penampang segi empat 12 in x 12 in. Beban vertikal yang ditahan 80 kip, yang didukung oleh gesek dinding sebesar 54 kip. Ep = 3 x 106 lb/in 2, Es = 4500 lb/in 2, dan μs = 0, 3, berapa penurunan elastik yang terjadi
Typical Factors of Safety for Design of Deep Foundations for Downward Loads Design Factor of Safety Acceptable Classification Very Probability of Good Normal Poor of Structure Poor Failure Control Monumental 10 -5 2, 3 3, 0 3, 5 4, 0 Permanent 10 -4 2, 0 2, 5 2, 8 3, 5 Temporary 10 -3 1, 4 2, 0 2, 3 2, 8 Expanded from Reese and O’Neill, 1989
Rumus Dinamik Rumus dinamik digunakan untuk pendekatan perhitungan kekuatan/kapasitas dukung pondasi tiang pancang tunggal, dengan data dari: • • Tipe dan spesifikasi alat pancang Jenis dan spesifikasi tiang pancang Data pemancangan (tinggi jatuh/ram stroke, panjang tiang tertanam, final set dan rebound, dsb) Koefisien empiris yang berbeda untuk tiap rumusan dinamik Seluruh rumus dinamik merupakan rumus-rumus empiris, yang berarti mengandung konstanta-konstanta empiris yang nilainya bergantung pada asumsi dan kondisi pada saat rumus tersebut dibuat dan dikembangkan dari hasil pemantauan perhitungan dan percobaan yang dilakukan dalam rentang waktu tertentu. Sampai saat ini belum ada rumus dinamik yang merupakan rumus analitis murni yang bisa mendekati dan konsisten dalam segala situasi dan kondisi pemancangan. Beberapa rumus dinamik yang banyak dipakai : Modified Engineering News Record (ENR) Formula • Eytelwein Formula • Modified Hiley Formula • Gates Formula • Pacific Coast Uniform Building Code (PCUBC) Formula Beberapa manual atau spesifikasi alat pancang menyertakan rumus dinamik yang direkomendasikan untuk alat yang bersangkutan, dapat dipakai dan dilakukan cross check dengan rumus-rumus lain.
Hitungan Daya Dukung dengan Kalendering (Rumus Hiley) Kapasitas daya dukung tiang pancang dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus dinamis (Hiley). Sebenarnya dalam hitungan kalendering bisa digunakan rumus lain tapi rumus hiley lebih sering digunakan. R = Kapasitas daya dukung batas (ton) W = Berat palu atau ram (ton) P = Berat tiang pancang (ton) H = tinggi jatuh ram (cm) S = Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan terakhir, atau “set” (cm) K = Rata-rata Rebound untuk 10 pukulan terakhir (cm) N = Koefisien restitusi* 0, 4 -0, 5 untuk palu besi cor, tiang beton tanpa helm 0, 3 -0, 4 untuk palu kayu (landasan kayu) 0, 25 -0, 3 untuk tiang kayu
Untuk menentukan berat ram bisa dilihat pada spesifikasi alat. Biasanya dituliskan berat piston misalkan 2, 5 Ton atau 3, 5 Ton. Sedangkan untuk mengetahui tinggi jatuh ram dengan cara melihat ring yang tampak saat pemukulan dan mengkonversikan ke table dan mengetahui jenis hammer yang dipakai misal K 25 atau K 35. Misalkan saat kalendering yang muncul E sedangkan tipe hammer K 25 maka tinggi jatuh ram adalah 2. 197 mm = 219, 7 cm. Note : Ram stroke must not be allowed to excued the following amount in any circumstance. (K 13=2, 850 mm K 25/K 35/K 45=3, 00 mm Operation by max ram stroke should be limited to final set of the pile. For continuous driving except at final penetration, ram stroke should not exceed 2, 500 mm Ram stroke, mm K 13 K 25 K 35 K 45 O 1, 195 1, 067 1, 048 1, 173 A 1, 729 1, 742 1, 716 1, 775 B 1, 804 1, 862 1, 866 1, 950 C 1, 962 1, 992 2, 016 2, 125 D 2, 026 2, 097 2, 066 2, 195 E 2, 118 2, 197 2, 166 2, 295 2, 297 2, 266 2, 395 F G 2, 695 3, 097 2, 966 2, 955 H 2, 787 3, 197 3, 066 3, 055
Menentukan S dan K dari millimeter kalendering: Dari grafik diambil yang 10 pukulan atas. S dari 10 pukulan terakhir adalah 2 cm. jadi S = 2/10 = 0. 2 cm. Sedangkan reboundnya (K) ada 10. Diambilkan rata-rata K. dari grafik terbaca K sekitar : 0. 9 cm.
Setelah itu daya dukung mendapatkan factor koreksi yaitu: Efisiensi palu (ef)** : ef = 0, 8 -0, 9 untuk diesel hammer ef = 0, 7 -0, 9 untuk drop hammer ef= 0, 7 -0, 85 untuk single/double acting hammer Faktor aman (SF)*** : SF = 3 untuk permanen load SF = 1 untuk temporary load Jadi daya dukung yang dipakai: Rpakai = ef. R. (1/SF)
W = Berat palu atau ram = 2 ton P = Berat tiang pancang = 0, 4 x 12 x 2, 4=4, 608 ton H = tinggi jatuh ram = 100 cm S = Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan terakhir, atau “set” = 0, 2 cm K = Rata-rata Rebound untuk 10 pukulan terakhir = 0, 9 cm N = Koefisien restitusi =0, 45 R = Kapasitas daya dukung batas (ton)
PERALATAN PDA TEST terdiri dari : 1. Pile Driving Analyzer ( PDA ), 2. Dua (2) strain transducer. 3. Dua (2) accelerometer 4. Kabel Penghubung.
CAse Pile Wave Analysis Program (CAPWAP®) Adalah suatu program dengan metode yang memadukan persamaan gelombang dan model tanah dengan metode pengukuran CASE (CASE METHODS) yang berfungsi untuk menganalisa dan memperkirakan distribusi dan besarnya gaya perlawanan tanah total disepanjang tiang berdasarkan modelisasi sistem tiang tanah dengan tampilan grafik beban settlement.
- Slides: 76