KEWAJIBAN dan HAK HAK DAN KEWAJIBAN Hak dan
KEWAJIBAN dan HAK
HAK DAN KEWAJIBAN �Hak dan kewajiban selalu dalam hubungan resiprositas, diadik, komplementer (hak menimbulkan kewajiban, kewajiban menimbulkan hak)
HAK �Kewenangan; �Kekuasaan; �Pemaksa; �Imunitas; �Terbebas dari gangguan pihak ketiga; �Bukan tdk tak terbatas (dibatasi hak orang lain); serta �Bertanggungjawab (sesuai dgn maksud dan tujuan diberikannya hak)
KEWAJIBAN �Perbuatan (aktif/pasif) yg harus dilakukan; �Berbanding lurus sekaligus berbanding terbalik dengan hak; �Tataran praktik: hak lebih diutamakan pemenuhannya dibandingkan kewajiban; � Manusia lebih suka menuntut hak; �Secara asasi, hak dan kewajiban harus dipenuhi secara proporsional.
MAKNA HAK �Salmond: ü Hak: kepentingan yg diliindungi oleh hukum ü Memenuhi kepentingan adlh kewajiban, sedang melalaikannya adlh kesalahan �Allen: ü Hak: suatu kekuasaan berdsrkan hkm, shg seseorang dpt melakukan kepentingannya
MAKNA HAK �Ihering: ü Hak: kepentingan yg dilindungi oleh hukum �Holland: ü Hak: kemampuan seseorang utk mempengaruhi perbuatan orang lain tanpa menggunakan wewenang yg ada padanya tetapi didsrkan atas suatu paksaan masyarakat yg terorganisir
HAK DAN KEWAJIBAN Hak Dalam Perspetif Moral dan Hukum �Pelanggaran atasnya merup pelanggaran moral dan hukum. �Sedang pentaatannya merup kewajiban moral dan hukum
KARAKTERISTIK HAK � 1. 2. 3. 4. 5. Salmond: Melekat pada seseorang (pemegang hak); Seseorang yg terkena akan terikat kewajiban tertentu; Mewajibkan seseorang utk melakukan atau tdk melakukan sesuatu (isi hak); Melakukan atau tdk melakukan berkaitan dgn obyek tertentu; Memiliki alas hak.
LINGKUP (ISI) HAK 1. 2. 3. 4. Kewenangan (Hak dalam arti sempit); Kebebasan (liberties) vs tanpa hak; Kekuasaan (power) vs pertanggungjawaban; Kekebalan (immunities) vs ketidakmampuan.
BATAS BERLAKUNYA HAK HAK ORANG LAIN
MAKNA HAK (Kontemporer) � 1. 2. 3. 4. Roscoe Pound: Pembatasan penggunaan hak milik Pembatasan atas kebebasan melakukan kontrak Pembatasan thdp kekuasaan kreditur utk mendapatkan jaminan yg memuaskan Transformasi ke arah pertanggungjawaban yg lebih obyektif
FUNGSI SOSIAL DARI HAK KEPENTINGAN SOSIAL Makhluk ‘dua muka’ (monodualistik) HAK KEPENTINGAN SOSIAL Aspek individualitas dan sosiabilitas manusia
FUNGSI SOSIAL DARI HAK INDIVIDUALISME � � � Hak individual sangat utama; Kepentingan kolektif diposisikan sbg hal elementer; Perlindungan hukum lebih ditujukan kepada hak individual KOLEKTIVISME � � � Hak kolektif sangat utama; Kepentingan kolektif diposisikan sebagai hal utama; Perlindungan hukum lebih diutamakan terhadap hak kolektif
GAGASAN PARA PEMIKIR � PLATO: Hidup dalam negara (baca: masyarakat) mencakup seluruh hidup manusia. Manusia dapat hidup dan berkembang menurut hakikatnya melalui negara. � ARISTOTELES: Manusia hanya dapat berkembang dan mencapai kebahagiaan, kalau dia hidup dalam ‘polis’ (negara). Manusia adalah warga polis, seperti halnya bagian dari suatu keseluruhan. Manusia, pada hakikatnya, adalah ‘makhluk polis’ (zoon politicon). Keberadaan dan peran manusia baru mempunyai arti jika berada dalam suatu masyarakat. Pada hakekatnya, manusia adalah ’makhluk yang bermasyarakat’.
GAGASAN PARA PEMIKIR � CICERO: � Negara (baca: masyarakat) merupakan kumpulan orang banyak yang dipersatukan melalui suatu aturan hukum berdasarkan kepentingan bersama. Namun supaya benar, negara harus berpedoman pada hukum alam dan memajukan ‘kepentingan umum’; � Bagi Cicero, masyarakat merupakan suatu kolektifitas dan ditujukan untuk memajukan kepentingan bersama (umum). Jelas, bahwa dalam suatu masyarakat, kepentingan sosial lebih penting artinya dibandingkan kepentingan individual.
GAGASAN PARA PEMIKIR THOMAS AQUINAS: Negara adalah masyarakat yang sempurna (societas perfecta). Dalam suatu masyarakat, manusia mendapat perlengkapannya sebagai makhluk sosial. Orang yang tidak memperhatikan kepentingan umum, tidak berlaku sebagai makhluk sosial dan tidak sampai kepada kesempurnaan hidup; � Bagi Thomas Aquinas, manusia sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan eksistensi masyarakat demi memperoleh segala kepentingan dan kebutuhannya. Aspek sosiabilitas manusia dan kepentingan sosial mempunyai gradasi lebih tinggi dari aspek individualitas dan kepentingan individual. � � �
GAGASAN PARA PEMIKIR � � � HUGO DE GROOT: Semua manusia mempunyai alam yang sama dan kecenderungan-kecenderungan alam yang sama. Oleh karena itu, semua manusia berhubungan satu sama lain dan berkecenderungan untuk membentuk hidup bersama. Kecenderungan ini disebut ’kecenderungan untuk bermasyarakat’ (appetitus societatis). Masyarakat yang dibentuk secara demikian adalah dinamakan ’masyarakat manusia’ (societas humana). Akhirnya, menurut Hugo de Groot mengatakan, masyarakat terbentuk karena adanya kecenderungan setiap orang untuk hidup bersama secara damai; Bagi Hugo de Groot, sosiabilitas merupakan karakter utama manusia, dimana manusia mempunyai kecendrungan untuk hidup bersama.
GAGASAN PARA PEMIKIR � SAMUEL PUFENDORF: � Aksioma dasar hukum alam adalah ‘manusia harus mewujudkan diri sebagai makhluk sosial, agar dapat hidup di dunia dalam damai’. Aspek sosiabilitas manusia merupakan suatu keharusan, jika manusia ingin mendapatkan kedamaian hidup di dunia. Eksistensi masyarakat merupakan suatu entitas yang harus ada dalam kehidupan, terlepas dari kerelaan atau ketidakrelaan masing-masing individu. � Gagasan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakat menempati tempat yang lebih penting daripada kepentingan individu.
GAGASAN PARA PEMIKIR � ROUSSEAU: � Dalam suatu masyarakat sipil, manusia dan harta bendanya tidak lagi bersifat individual, melainkan menjadi bagian dari suatu kolektivitas. Kolektivitas menjamin suatu kesatuan yang sempurna antara orang-orang, sedemikian rupa sehingga dalam situasi baru tersebut semua orang akan sederajat, semua orang akan sama. Ini berarti, tidak ada orang yang lebih berkuasa dari orang lain; � Rousseau sebenarnya juga menegaskan bahwa dalam suatu masyarakat, kolektifitaslah yang lebuh utama dibandingkan individualitas. Dengan demikian jelas, bahwa kepentingan sosial lebih penting dibandingkan kepentingan individu.
GAGASAN PARA PEMIKIR � JOHN RAWLS: � Tertarik pada konsep ’kontrak sosial’ menegaskan, bahwa sejak jaman dulu telah terdapat pemikir (misalnya: Aristoteles) yang memandang manusia sebagai makhluk sosial. Karena bersifat sosial, manusia harus hidup dalam masyarakat; � Hanya dalam suatu kesatuan sosial, manusia dapat menjadi utuh (only in social union is the individual complete). Masyarakat merupakan suatu hidup bersama dimana tercapailah keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama, sehingga saling melengkapi.
GAGASAN PARA PEMIKIR �HEIDEGGER: �‘Sein ist Meitsein’ (ada selalu juga ada bersama); �‘Das mitsein is ein existenziales konstituens des in-der-Welt-Sein’ (Ada bersama merupakan sifat eksistensial daripada berada di dunia).
GAGASAN PARA PEMIKIR � � 1. 2. 3. HEIDEGGER: Terdapat 3 (tiga) tingkatan dalam ko-eksistensi, yaitu: ‘Ko-eksistensi biologis-psikis’, yang berdasarkan kebutuhan ‘aku’. Dalam keadaan ini, aku dipandang sebagai lebih tinggi daripada ‘sesama’; ‘Ko-eksistensi etis’ berdasarkan ‘kesamaan hak’. Dalam keadaan ini, ‘aku’ dipandang sama tinggi dengan sesama. Prinsip rasional ini menjadi sumber hukum; dan ‘Ko-eksistensi etis’ berdasarkan ‘kewajiban’. Dalam hal ini, ‘sesama’ dipandang lebih tinggi daripada ‘aku’. Prinsip ini menjadi sumber moral hidup, dan sumber hidup bersama bermoral, yakni ‘aku’ mau tunduk kepada ‘sesama’ manusia demi suatu kehidupan yang luhur sesuai dengan kehendak Tuhan.
- Slides: 22