KETOASIDOSIS DIABETIKUM Oleh kelompok 2 PENGERTIAN Keadaan yang
KETOASIDOSIS DIABETIKUM Oleh kelompok 2
PENGERTIAN Keadaan yang mengancam hidup komplikasi dari diabetes mellitus tipe 1 tergantung insulin dengan criteria diagnostic yaitu: üglukosa > 250 mg/dl üp. H = < 7. 3 üserum bikarbonat <18 m. Eq/L üketoanemia atau ketourinia (Urden Linda, 2008)
ETIOLOGI DM Tipe I tergantung insulin, Pada beberapa orang tua dengan diabetes melitus tipe II bisa juga mengakibatkan DKA
Tanda & Gejala ØPoliuria ØPolidipsi ØPenglihatan kabur ØLemah ØSakit kepala ØHipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik 20 mm. Hg atau > pada saat berdiri) ØAnoreksia, Mual, Muntah ØNyeri abdomen
ØHiperventilasi ØPerubahan status mental (sadar, letargik, koma) ØKadar gula darah tinggi (> 240 mg/dl) ØTerdapat keton di urin ØNafas berbau aseton ØBisa terjadi ileus sekunder akibat hilangnya K+ karena diuresis osmotic ØKulit kering ØKeringat ØKusmaul ( cepat, dalam ) karena asidosis metabolic
PATOFISIOLOGI Insulin menurun Glukosa sel menurun Hiperglikemia Ginjal mensekresi glukosa(glukosuria) dan elektrolit Dehidras Akibat defisiensi insulin lipolisis meningkat menjadi asm lemak bebas dan gliserol, dan diubah memjadi benda keton oleh hati, benda keton meningkat dalam sirkulasi darah menyebabkan asidosis metabolik
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Analisa Darah ü Kadar glukosa darah bervariasi tiap individu ü p. H rendah (6, 8 -7, 3) ü PCO 2 turun (10 – 30 mm. Hg) ü HCO 3 turun (<15 m. Eg/L) ü Keton serum positif, BUN naik ü Kreatinin naik ü Ht dan Hb naik ü Leukositosis ü Osmolalitas serum meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m. Osm/l
2. Elektrolit üKalium dan Natrium dapat rendah atau tinggi sesuai jumlah cairan yang hilang (dehidrasi). üFosfor lebih sering menurun 3. Urinalisa üLeukosit dalam urin üGlukosa dalam urin 4. EKG gelombang T naik 5. MRI atau CT-scan 6. Foto toraks
PENATALAKSANAAN Fase I/Gawat : a. Rehidrasi �Berikan cairan isotonik Na. Cl 0, 9% atau RL 2 L loading dalam 2 jam pertama, lalu 80 tpm selama 4 jam, lalu 30 -50 tpm selama 18 jam (4 -6 L/24 jam) �Atasi syok (cairan 20 ml/kg BB/jam) �Bila syok teratasi berikan cairan sesuai tingkat dehidrasi
�Rehidrasi dilakukan bertahap untuk menghindari herniasi batang otak (24 – 48 jam). �Bila Gula darah < 200 mg/dl, ganti infus dengan D 5% �Koreksi hipokalemia (kecepatan max 0, 5 m. Eq/kg. BB/jam) �Monitor keseimbangan cairan
b. Insulin �Bolus insulin kerja cepat (RI) 0, 1 iu/kg. BB (iv/im/sc) �Berikan insulin kerja cepat (RI) 0, 1/kg. BB dalam cairan isotonic �Monitor Gula darah tiap jam pada 4 jam pertama, selanjutnya tiap 4 jam sekali �Pemberian insulin parenteral diubah ke SC bila : AGD < 15 m. Eq/L ³ 250 mg%, Perbaikan hidrasi, Kadar HCO 3
c. Infus K (tidak boleh bolus) �Bila K+ < 3 m. Eq/L, beri 75 m. Eq/L �Bila K+ 3 -3. 5 m. Eq/L, beri 50 m. Eq/L �Bila K+ 3. 5 -4 m. Eq/L, beri 25 m. Eq/L �Masukkan dalam Na. Cl 500 cc/24 jam
d. Infus Bicarbonat �Bila p. H 7, 1, tidak diberikan e. Antibiotik dosis tinggi �Batas fase I dan fase II sekitar GDR 250 mg/dl atau reduksi
Fase II/Maintenance: a. Cairan maintenance �Nacl 0. 9% atau D 5 atau maltose 10% bergantian �Sebelum maltose, berikan insulin reguler 4 IU b. Kalium Perenteral bila K+ 240 mg/d. L atau badan terasa tidak enak. c. Saat sakit, makanlah sesuai pengaturan makan sebelumnya. Bila tidak nafsu makan, boleh makan bubur atau minuman berkalori lain. d. Minumlah yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
Komplikasi 1. ARDS (adult respiratory distress syndrome) Patogenesis terjadinya hal ini belum jelas, kemungkinan akibat rehidrasi yang berlebihan, gagal jantung kiri atau perubahan permeabilitas kapiler paru. 2. DIC (disseminated intravascular coagulation) 3. Edema otak Adanya kesadaran menurun disertai dengan kejang yang terjadi terus menerus akan beresiko terjadinya edema otak.
4. Gagal ginjal akut Dehidrasi berat dengan syok dapat mengakibatkan gagal ginjal akut. 5. Hipoglikemia dan hiperkalemia Terjadi akibat pemberian insulin dan cairan yang berlebihan dan tanpa pengontrolan.
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Ketoasidosis Diabetik
Pengkajian Anamnesis : �Riwayat DM �Poliuria, Polidipsi �Berhenti menyuntik insulin �Demam dan infeksi �Nyeri perut, mual, mutah �Penglihatan kabur �Lemah dan sakit kepala
Pemeriksan Fisik �Ortostatik hipotensi (sistole turun 20 mm. Hg atau lebih saat berdiri) �Hipotensi, Syok �Nafas bau aseton (bau manis seperti buah) �Hiperventilasi : Kusmual (RR cepat, dalam) �Kesadaran bisa CM, letargi atau koma �Dehidrasi
Pengkajian gawat darurat �Airways : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau benda asing yang menghalangi jalan nafas �Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan otot bantu pernafasan �Circulation : kaji nadi, capillary refill
Pengkajian head to toe Data subyektif : �Riwayat penyakit dahulu �Riwayat penyakit sekarang �Status metabolik
Data Obyektif : 1) Aktivitas / Istirahat �Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan istrahat/tidur �Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas, letargi /disorientasi, koma
2) Sirkulasi �Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, takikardia. �Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung.
3) Integritas/ Ego �Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi �Tanda : Ansietas, peka rangsang
4) Eliminasi �Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare. �Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
5) Nutrisi/Cairan �Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid) �Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
6) Neurosensori �Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi, gangguan penglihatan �Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut), gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendon dalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
7) Nyeri/kenyamanan �Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat) �Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8) Pernapasan �Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak) �Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat
9) Keamanan �Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit �Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
10) Seksualitas �Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi) �Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
11) Penyuluhan/pembelajaran �Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah) �Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. �Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
Diagnosa Keperawatan �Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kemampuan bernapas �Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebihan (diuresis osmotic) akibat hiperglikemia �Risiko tinggi terjadinya ganguan pertukaran gas b/d peningkatan keasaman ( p. H menurun) akibat hiperglikemia, glukoneogenesis, lipolisis
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kemampuan bernapas Intervensi: �Kaji status pernafasan dengan mendeteksi pulmonal. �Berikan fisioterapi dada termasuk drainase postural. �Penghisapan untuk pembuangan lendir. �Identifikasi kemampuan dan berikan keyakinan dalam bernafas. �Kolaborasi dalam pemberian therapi medis
Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebihan (diuresis osmotic) akibat hiperglikemia Intervensi : � Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan setiap jam � Observasi kepatenan atau kelancaran infus � Monitor TTV dan tingkat kesadaran tiap 15 menit, bila stabil lanjutkan untuk setiap jam � Observasi turgor kulit, selaput mukosa, akral, pengisian kapiler � Monitor hasil pemeriksaan laboratorium : o Hematokrit o BUN/Kreatinin o Osmolaritas darah o Natrium o Kalium � Monitor pemeriksaan EKG � Monitor CVP (bila digunakan) � Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam : � Pemberian cairan parenteral � Pemberian therapi insulin � Pemasangan kateter urine � Pemasangan CVP jika memungkinkan
Risiko tinggi terjadinya ganguan pertukaran gas b/d peningkatan keasaman ( p. H menurun) akibat hiperglikemia, glukoneogenesis, lipolisis �Intervensi : � 1. Berikan posisi fowler atau semifowler ( sesuai dengan keadaan klien) � 2. Observasi irama, frekuensi serta kedalaman pernafasan � 3. Auskultasi bunyi paru � 4. Monitor hasil pemeriksaan AGD � 5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam : Pemeriksaan AGD � Pemberian oksigen � Pemberian koreksi biknat ( jika terjadi asidosis metabolik) �
- Slides: 36