KEMITRAAN KELUARGA SEKOLAH DAN MASYARAKAT DALAM MEMBANGUN KARAKTER
KEMITRAAN KELUARGA, SEKOLAH, DAN MASYARAKAT DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA ELIH SUDIAPERMANA
BIOGRAFI SINGKAT Nama Lengkap : Dr. Drs. H. Elih Sudiapermana, M. Pd Tempat/Tgl Lahir : Ciamis, 14 Nopember 1961 Alamat : Bumi Panyileukan F-3 No. 10 RT. 02 RW 05. Kel. Cipadung Kidul. Kec. Panyileukan, Kota Bandung Pendidikan : S. 1 Jurusan Pendidikan Luar Sekolah FIP IKIP Bandung, Lulus 1984 S. 2 Jurusan Penelitian dan Evaluasi Pendidikan IKIP Jakarta di KPK IKIP Yogyakarta, Lulus 1992 S. 3 Jurusan Penelitian dan Evaluasi Pendidikan IKIP Jakarta/Universitas Negeri Jakarta, Lulus 2005 Pekerjaan : • PNS, Dosen Jurusan PLS FIP IKIP Bandung, sejak Tahun 1987, Jabatan Lektor Kepala sejak Tahun 2005 • Penugasan : a. Kasubdit Kesetaraan Pendidikan Menengah, Dit. Diktara, Ditjen PLS Kemdiknas 2005 – 2007 b. Kasubdit Pendidikan Keaksaraan, Dit. Dikmas, Ditjen PNFI, Kemdiknas 2008 -2010 C. Kasubdit Pembelajaran dan Peserta Didik, Dit. Dikmas Ditjen PAUDNI Kemdiknas 2011 -2012 d. Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Tahun 2014 - sekarang
Sistematika Pembahasan • Karakter Bangsa (Indonesia) • • • Pengertian Wawasan Kebangsaan Alur Pikir Pengembangan Karakter Bangsa Revolusi Pancasila sbg Strategi Pengembangan Karakter Bangsa Tantangan Pembangunan Karakter Bangsa • Penguatan Pendidikan Karakter • Pengembangan Nilai-nilai Karakter • Proses Penguatan Pendidikan Karakter • Pendekatan Ekosistem Anak (Pendidikan) • Model Kemitraan Keluarga-Sekolah-Masyarakat
KARAKTER BANGSA • Karakter bangsa adalah unsur penting bagi penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. • Karakter bangsa bersifat kolektif yaitu akumulasi dari karakter pribadi seluruh warga bangsanya. James Madison, salah satu peletak dasar konstitusi Amerika Serikat, pernah menyatakan bahwa, “the character of a nation is determined by the character of its people” atau karakter yang dimiliki suatu bangsa ditentukan oleh karakter warga bangsanya. • Komponen utama dari karakter bangsa adalah tata nilai atau values yang dibangun dan ditumbuhkembangkan oleh para warga bangsanya. Oleh karena itu, keberhasilan atau kegagalan sebuah bangsa menjadi sangat tergantung pada upaya pembinaan dan pembangunan karakter warga bangsanya
INDONESIA
VIDEO KASIH SAYANG
Yudi Latif, 2015
TANTANGAN • pembangunan karakter bangsa (nation character building) sering hanya bergerak pada tahap knowing (mengetahui) saja, belum benar menjadi doing/acting (dilakukan). Sehingga esensi pembangunan karakter belumlah tercapai secara efektif. • ketidakmampuan seseorang berlaku baik meskipun ia telah memiliki pengetahuan tentang kebaikan itu (moral knowing) karena ia tidak terlatih (terbiasa) untuk melakukan kebaikan (moral doing). • faktor penguat negatif tentang keteladanan sikap berbudi luhur yang semakin luntur menjadikan pembangunan karakter bangsa seolah telah bergerak maju namun secara tiba-tiba mengalami degradasi.
VIDEO DISIPLIN
(Kemdikbud, 2016)
Proses Aktualisasi Nilai menjadi Karakter Nilai yang dihidupi PERBUATAN NILAI MELAKUKANNYA LAGI Sifat yang sangat menonjol, melekat pada diri (pola pikir, pola rasa, pola laku) KEBIASAAN Perilaku yang dilakukan terusmenerus membentuk kebiasaan (habit) S I F A T Kebiasaan yang sangat menonjol, diulangi pada berbagai kondisi dan situasi. KARAKTER (Fidelis W, 2015)
(Kemdikbud, 2016)
STRATEGI EFEKTIF PENDIDIKAN KARAKTER • Merujuk hasil-hasil riset • sekolah secara eksplisit mendorong nilai-nilai etika inti yang membentuk karakter dasar. • siswa dihadapkan langsung dengan kondisi-kondisi sosial yang terjadi disekitarnya • Pendidikan karakter dan kebangsaan bukan mata pelajaran tersendiri namun harus terintegrasi dengan mata pelajaran yang lain, • pengembangan karakter dan tindakan kewarganegaraan secara sadar disertakan dalam pelajaran harian siswa. • Pendidikan karakter tidak berakhir di sekolah dasar, dan pendidikan kewarganegaraan tidak boleh terbatas pada kelas tertentu di sekolah menengah dan Tinggi.
Peran Keluarga/ Orangtua dalam Pendidikan Anak • Kemitraan keluarga, sekolah dan masyarakat di seluruh dunia menjadi lebih formal dan terarah untuk memastikan bahwa semua siswa mendapat dukungan yang diperlukan dari berbagai pihak guna mewujudkan kesuksesan akademis dan pribadi setiap siswa (Mavis G. Sanders & Joyce L. Epstein, 1998). • Keluarga merupakan kunci bagi pengembangan aspirasi pendidikan dalam karir siswa dan pencapaian prestasinya di sekolah, hal ini juga berlaku tidak hanya di kalangan keluarga berpendidikan tinggi, tetapi juga di antara keluarga berpenghasilan rendah, minoritas, dan imigran (Catherine R. Cooper, Gabriela Chavira & Dolores D. Mena, 2005) • Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak mereka sekarang diterima secara luas sebagai hal yang signifikan dalam mendukung prestasi siswa di sekolah (Baker & Soden, 2005) • Sekolah perlu menerima informasi penting dari keluarga tentang bakat khusus siswa, serta tujuan dan kekhawatiran keluarga. Sekolah, keluarga dan masyarakat perlu memahami minat dan persepsi siswa terhadap sekolah. Kegiatan kemitraan tidak hanya menguntungkan siswa sebagai fokus utama namun juga membantu sekolah dan keluarga. Beberapa studi melaporkan bagaimana sikap keluarga terhadap sekolah membaik saat mereka diundang untuk berpartisipasi dalam pendidikan anak-anak mereka (Mavis G. Sanders & Joyce L. Epstein, 1998).
Faktor Pendukung Kemitraan Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat Adanya visi/tujuan yang jelas dan dipahami oleh semua mitra; Pemerintahan yang demokratis; Adanya kebijakan pendukung, lingkungan organisasi dan kepemimpinan; Keterampilan dan peran yang jelas didalam kemitraan; Kegiatan berkumpul bersama momentum proyek antara keluarga, sekolah dan masyarakat, yang diprakarsai oleh pihak sekolah sebagai manajer kemitraan; • Pihak sekolah sebagai manajer kemitraan berperan sebagai penjaga visi, penjaga keharmonisan kemitraan, dan menjaga partisipasi kemitraan; • Mereview kembali apa saja yang telah dilaksanakan dalam proses kemitraan; • Pendanaan yang dilakukan secara bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat. • • • (Magarita Frederico & Mary Whiteside, 2016)
Model Pengembangan Strategi Kemitraan • Dukungan dan bantuan dari pemerintah negara bagian dan pemerintah pusat kepada pihak sekolah sebagai pelaku kemitraan; • Pendanaan Pemerintah bagi sekolah – sekolah yang sudah menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat sekitar; • Melaksanakan lokakarya atau konferensi yang mendorong dialog antara keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk saling mendukung dalam pemecahan masalah mengenai prestasi belajar anak yang rendah; • Pengembangan kemitraan keluarga, sekolah dan masyarakat dilakukan jangka panjang diawali selama 3 -5 tahun; • Mengkombinasikan hasil penelitian praktik baik keluarga dan penelitian tentang sekolah; • Melakukan percakapan berkelanjutan antara keluarga, sekolah dan masyarakat dengan pemangku kebijakan sehingga kekhawatiran, kendala – kendala mereka dapat didengar secara langsung dan ditangani; • Kolaborasi pendidikan antara keluarga, sekolah dan masyarakat mengenai asumsi sifat integral pendidikan sehingga pendidikan yang diberikan pada anak bisa selaras; • Kegiatan evaluasi secara berkelanjutan. (Janet Chrispeels, 1996)
8 Langkah Model Kemitraan Keluarga-Sekolah • Administrator distrik menganalisis kebutuhan sekolah, mengembangkan kebijakan tertulis mengenai keterlibatan orang tua, dan menyediakan dana yang cukup untuk mendukung program kemitraan ini; • Sebuah komite guru, orang tua, dan administrator mengidentifikasi kebutuhan yang dapat dipenuhi melalui kolaborasi antara orang tua dan staf pengajar; • Komite mengembangkan rencana untuk peningkatan keterlibatan keluarga secara bertahap. Kegiatan komite harus mencakup perencanaan bersama, menetapkan tujuan, menentukan peran, dan menetapkan standar; • Komite menentukan pelatihan orang tua dan staf pengajar yang dibutuhkan untuk kemitraan yang sukses, dan administrator harus memastikan bahwa pelatihan telah dilaksanakan; • Upaya berkelanjutan dipelihara untuk memberitahu staf pengajar, orang tua, dan anak-anak tentang manfaat dari kemitraan tersebut; • Panitia memiliki strategi untuk mengajak anggota keluarga yang tidak bisa datang ke sekolah sebagai mitra; • Panitia mengembangkan rencana untuk pengakuan dan apresiasi terhadap upaya kemitraan; • Evaluasi kolaboratif kemitraan harus terus berlanjut. (Galen, 1991; Williams & Chavkin, 1989)
Kesimpulan • Kemitraan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat dalam menjamin kepastian berjalannya pembangunan karakter bangsa pada siswa harus menjadi sebuah kebijakan formal dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah. • Model Kemitraan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat perlu memberi ruang leluasa kepada masing-masing pihak untuk mengambil inisiatif berkomunikasi dan berkolaborasi memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembangunan karakter siswa. • Isu-isu Kebangsaan dan Pembangunan Karakter (Bangsa) harus menjadi tema dalam berbagai aktifitas Keluarga dan Masyarakat, khususnya dalam kegiatan bersama kemitraan dengan sekolah.
Arah Kajian Ke Depan • Bagaimana agar keluarga tidak merasa menitipkan anaknya ke sekolah, tetapi merasa harus bermitra dengan sekolah dengan penuh inisiatif? • Bagaimana keluarga melakukan komunikasi efektif dengan kelompok masyarakat, sehingga pergaulan sosial anak-anak di lingkungan masyarakat sejalan dengan pendidikan karakter yag dilakukan di rumah, sekolah, dan masyarakat? • Penguatan keluarga seperti apa yang perlu dilakukan agar keluarga memiliki mindset kemitraan dengan sekolah dan masyarakat, dalam rangka menjaga konsistensi pendidikan karakter yag dilakukan di rumah, sekolah, dan masyarakat? • Bentuk kebijakan seperti apa yang perlu dibangun di daerah agar kemitraan keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadi sangat produktif untuk pembangunan karakater bangsa ?
- Slides: 21