KELOMPOK I MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT DAN AGAMA

  • Slides: 21
Download presentation
KELOMPOK I

KELOMPOK I

MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT DAN AGAMA ISLAM

MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT DAN AGAMA ISLAM

PENGERTIAN MANUSIA �Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari

PENGERTIAN MANUSIA �Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.

PENGERTIAN MANUSIA �Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-naas, al-abd,

PENGERTIAN MANUSIA �Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.

PENGERTIAN MANUSIA �Menurut Islam manusia itu terdiri dari dua bagian yang membuatnya menjadi manusia

PENGERTIAN MANUSIA �Menurut Islam manusia itu terdiri dari dua bagian yang membuatnya menjadi manusia sempurna, yaitu terdiri dari Jasmani dan rohani. MANUSIA JASMANI ROHANI

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA (Q. S AL Mu’minun 12: 14)

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA (Q. S AL Mu’minun 12: 14)

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA � A. ‘Sulalah min thin’ (saripati tanah). Saripati tanah yang dimaksud

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA � A. ‘Sulalah min thin’ (saripati tanah). Saripati tanah yang dimaksud – sebagaimana pendapat Thahir Ibn ‘Asyur – adalah zat yang diproduksi oleh alat pencernaan yang berasal dari bahan makanan (baik tumbuhan maupun hewan) yang bersumber dari tanah, yang selanjutnya menjadi darah, kemudian berproses hingga akhirnya menjadi sperma ketika terjadi hubungan sex

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA �B. ‘Nuthfah’ (air mani). Makna asal kata ‘nuthfah’ dalam bahasa Arab

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA �B. ‘Nuthfah’ (air mani). Makna asal kata ‘nuthfah’ dalam bahasa Arab berarti setetes yang dapat membasahi. Penggunaan kata ini sejalan dengan penemuan ilmiah yang menginformasikan bahwa pancaran mani yang menyembur dari alat kelamin pria yang mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, tetapi yang berhasil bertemu dengan ovum wanita hanya satu. Itulah yang dimaksud dengan nuthfah.

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA �C. ‘Alaqah’ (segumpal darah). Dan ‘alaqah diartikan ‘segumpal darah’ atau ‘gumpalan

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA �C. ‘Alaqah’ (segumpal darah). Dan ‘alaqah diartikan ‘segumpal darah’ atau ‘gumpalan darah yang membeku’ karena embrio selama fase ini berkembang melalui saat-saat internal yang diketahui seperti pembentukan darah di pembuluh tertutup sampai dengan putaran metabolis lengkap melalui plasenta (ariari).

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA �D. ‘Mudghah’ (segumpal daging). Mudhghah berasal dari kata madhagha yang berarti

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA �D. ‘Mudghah’ (segumpal daging). Mudhghah berasal dari kata madhagha yang berarti mengunyah. Pada fase ini embrio disebut mudhghah karena bentuknya masih dalam kadar yang kecil seukuran dengan sesuatu yang dikunyah.

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA �E. ‘Idzam (tulang atau kerangka). � Pada fase ini embrio mengalami

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA �E. ‘Idzam (tulang atau kerangka). � Pada fase ini embrio mengalami perkembangan dari bentuk sebelumnya yang hanya berupa segumpal daging hingga berbalut kerangka atau tulang.

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA �F. Kisa al-‘idzam bil-lahm (penutupan tulang dengan daging atau otot). Pengungkapan

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA �F. Kisa al-‘idzam bil-lahm (penutupan tulang dengan daging atau otot). Pengungkapan fase ini dengan kisa yang berarti membungkus, dan lahm (daging) diibaratkan pakaian yang membungkus tulang, selaras dengan kemajuan yang dicapai embriologi yang menyatakan bahwa selsel tulang tercipta sebelum sel-sel daging, dan bahwa tidak terdeteksi adanya satu sel daging sebelum terlihat sel tulang.

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA �G. Insya (mewujudkan makhluk lain). Fase ini mengisyaratkan bahwa ada sesuatu

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA �G. Insya (mewujudkan makhluk lain). Fase ini mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang dianugerahkan kepada manusia yang menjadikannya berbeda dengan makhluk-makhluk lain. Sesuatu itu adalah ruh ciptaannya yang menjadikan manusia memiliki potensi yang sangatbesar sehingga dapat melanjutkan evolusinya hingga mencapai kesempurnaan makhluk.

HAKEKAT MANUSIA 1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi

HAKEKAT MANUSIA 1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. 2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial. 3. Makhluk yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.

HAKEKAT MANUSIA 4. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik

HAKEKAT MANUSIA 4. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat. 5. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT Filsafat manusia adalah bagian filsafat yang mengupas apa arti manusia

MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT Filsafat manusia adalah bagian filsafat yang mengupas apa arti manusia filsafat manusia mengungkapkan sebaik mungkin apakah sebenarnya makhuk yang disebut ”manusia”. Istilah filsafat manusia diterjemahkan dari istilah antropologi filosofis (dalam bahasa Yunani anthropos berarti manusia), yang menggali, memperdalam dan memperkaya pengetahuan tentang manusia dengan memandang manusia sebagai kesatuan roh dan badan, atau jiwa dan daging. Hal tersebut seperti yang digambarkan oleh Rene Descartes, bahwa manusia terbentuk dari badan jiwa sebagai dua substansi yang lengkap masing-masing.

MENURUT PARA AHLI �Edmund Hussler Pandangan Edmund Husler tersebut dipengaruhi tradisi pemikiran filsafat kuno

MENURUT PARA AHLI �Edmund Hussler Pandangan Edmund Husler tersebut dipengaruhi tradisi pemikiran filsafat kuno pendahulunya, yaitu filsafat Plato yang humanis. Pandangan Plato tentang manusia menempatkan manusia sebagai manusia, yang sangat dipengaruhi oleh rasionya. Karena itu, menurut Plato manusia memiliki idealisme

MENURUT PARA AHLI �Lois Leahy, SJ Selanjutnya, dalam kajian filsafat manusia, Louis Leahy (2001

MENURUT PARA AHLI �Lois Leahy, SJ Selanjutnya, dalam kajian filsafat manusia, Louis Leahy (2001 : 17) menjelaskan bahwa demikian banyak para ahli filsafat telah berupaya untuk menjelaskan tentang manusia, namun banyak di antaranya memunculkan keragu-raguan dan pertentangan. Dengan adanya watak-sifat manusia, memungkinkan manusia dapat dibedakan dengan makhuk-makhuk lainnya. Tanpa adanya watak-sifat yang dimiliki manusia, filsafat dan setiap ilmu pengetahuan tentang manusia tidak mungkin akan berjalan.

MENURUT PARA AHLI �Clyde Kluckhohn Penegasan yang bernuansa permisif tentang wataksifat manusia tersebut didukung

MENURUT PARA AHLI �Clyde Kluckhohn Penegasan yang bernuansa permisif tentang wataksifat manusia tersebut didukung oleh pernyataan Clyde Kluckhohn (dalam Louis Leahly, 2001: 21), sebagai berikut : ”Para anggota dari semua masyarakat manusiawi, mendapati persoalan-persoalan sulit dan sama dimana-mana, yang tidak bisa dihindari dan ditimbulkan oleh biologi manusia serta fakta-fakta lain dari pada keadaan manusia itu. ”

KESIMPULAN �Manusia Sebagai makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingan dengan makhluk lain,

KESIMPULAN �Manusia Sebagai makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingan dengan makhluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugrah tersebut dengan berbagai cara, diantaranya dengan memaksimalkan semua potensi yang ada pada diri kita. Kita juga dituntut untuk terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan tanggung jawab manusia sebagai makhluk dan khalifah di bumi.