KELOMPOK 1 HUKUMHUKUM PERKEMBANGAN 1 2 3 4
KELOMPOK 1 HUKUM-HUKUM PERKEMBANGAN 1. 2. 3. 4. WALI SARYONO (2014016003) GUNAWAN DWI SUSANTO (2014016014) AHMAD AZIZ LUFI (2014016025) ROLIS ANDERSON SARANDANG (2014016028) 5. PONCOWORO (2014016021)
Pengertian Hukum Perkembangan Selama hayatnya, manusia sebagai individu mengalami perkembangan yang berlangsung secara berangsur-angsur, perlahan tapi pasti, menjalani berbagai fase, dan ada kalanya diselingi oleh krisis yang datangnya pada waktu-waktu tertentu. Proses perkembangan yang berkesinambungan, beraturan, bergelombang naik dan turun, yang berjalan dengan kelajuan cepat maupun lambat, semuanya itu menunjukkan betapa perkembangan mengikuti patokan-patokan atau tunduk pada hukum-hukum tertentu, yang disebut dengan hukum perkembangan.
Lanjutan >>> Hukum perkembangan adalah prinsip-prinsip yang mendasari perkembangan fisik maupun psikis individu. Sebagian ahli psikologi ada yang lebih senang menggunakan istilah “prinsip-prinsip perkembangan” dan tidak mau menggunakan istilah hukum perkembangan. Akan tetapi, di Indonesia yang lebih dikenal adalah istilah hukum perkembangan daripada prinsip perkembangan. Perbedaan istilah tersebut tidak memberikan pengaruh fundamental terhadap makna dasar yang dikandungnya. Oleh karena itu, dalam tulisan ini digunakan istilah hukum perkembangan.
Lanjutan >>> Hukum perkembangan adalah prinsip yang mendasari perkembangan fisik maupun psikis individu. Hukum perkembangan adalah kaidah fundamental tentang realitas kehidupan anak-anak (manusia), yang telah disepakati kebenarannya berdasarkan hasil pemikiran dan penelitian yang seksama. Misalnya, seorang anak baru bisa berkembang, apabila ia dalam keadaan hidup. Ini merupakan hukum yang sudah pasti, sehingga tak mungkin dibantah kebenarannya oleh siapapun jua. Jadi, hidup adalah syarat mutlak bagi terjadinya proses perkembangan. Karena sudah pasti dan mutlak kebenarannya, maka dalam ilmu jiwa perkembangan, susunan kalimat pernyataan seperti itu disebut hukum.
Macam-Macam Hukum Perkembangan 1. Hukum Kesatuan Organis 2. Hukum Tempo Perkembangan 3. Hukum Irama (Ritme) Perkembangan 4. Hukum Masa Peka 5. Hukum Rekapitulasi 6. Hukum Mempertahankan dan Mengembangkan Diri 7. Hukum Predistinasi 8. Hukum Trotzalter (Masa Menentang) 9. Hukum Masa Eksploratif dan Penemuan 10. Hukum Cephalocoundal 11. Hukum Proximodistal 12. Perkembangan Terjadi dari Umum ke Khusus 13. Perkembangan Berlangsung dalam Tahapan-Tahapan Perkembangan 14. Hukum Konvergensi Perkembangan 15. Hukum Hierarki Perkembangan
Hukum Kesatuan Organis Menurut hukum ini anak terdiri dari organ-organ (anggota) tubuh yang merupakan satu kesatuan organis, bukan suatu penjumlahan atau suatu kumpulan unsur yang berdiri sendiri. Di antara organ-organ tersebut antara fungsi dan bentuknya tidak dapat dipisahkan. Pernyataan-pernyataan psikis satu sama lain saling bersangkutpaut, pengaruh-mempengaruhi dan merupakan suatu keseluruhan. Pertumbuhan dan perkembangan adalah diferensiasi atau pengkhususan dari totalitas pada unsur-unsur atau bukan suatu kumpulan dari bagian-bagian. Daya dan fungsi jiwa tidaklah berkembang satu demi satu atau terlepas satu sama lain, melainkan saling bersangkut paut. Misalnya ingatan tidak berkembang dan maju sendiri tanpa hubungan dan sangkut paut dengan pengamatan dan perhatian. Contoh lain misalnya perkembangan kaki yang semakin besar dan panjang, mesti diiringi oleh perkembangan otak, kepala, tangan, dan lain-lainnya.
Hukum Tempo Perkembangan Sesuai dengan istilahnya, tempo berarti waktu atau masa. Menurut hukum ini, setiap anak mempunyai tempo kecepatan perkembangan sendiri-sendiri. Artinya, ada anak yang mengalami perkembangan cepat, sedang, dan ada pula yang lambat. Di antara jenis kelamin yang berbeda pun terdapat tempo perkembangan yang berbeda. Kalau kita memperhatikan proses-proses perkembangan dan pertumbuhan pada berbagai anak, akan terdapatlah anak-anak tumbuhnya kelihatan lancar dan cepat. Misalnya, ada anak-anak yang lekas besar badannya, gemuk dan sehat. Perkembangan kemampuannya seperti tengkurab, duduk, berdiri, berjalan, berbicara, dan seterusnya kelihatan lancar dan cepat. Akan tetapi sebaliknya, ada anak-anak yang pertumbuhan fisiknya kelihatan lambat, demikian pula mengenai kemampuan-kemampuan fisiknya dan rohaninya. Pada umumnya bila kemampuan-kemampuan fisik lambat berkembang, maka kemampuan-kemampuan psikisnya akan tertunda. Ada pula anak-anak yang berkembang secara biasa, tidak lambat dan tidak pula cepat.
Lanjutan >>> Mengapa ada perbedaan-perbedaan tempo perkembangan pada anak itu? Pertama-tama dapat dikemukakan adanya faktor-faktor pembawaan yang berbeda satu sama lain pada anak-anak, dan kedua karena pengaruh lingkungan sekitar fisik dan sosio-kulturalnya. Misalnya faktor kesehatan dan gizi, sangat jelas pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Kemudian kemajuan pendidikan, terutama pada orang tua anak. Pada keluarga yang terpelajar atau berpendidikan, biasanya anak-anak mereka akan lebih maju daripada anak-anak dari kalangan yang kurang dalam pendidikannya.
Hukum Irama (Ritme) Perkembangan Di samping memiliki tempo, perkembangan juga berlangsung sesuai dengan iramanya. Sangat erat hubungannya dengan tempo perkembangan, yaitu adanya irama atau ritme di dalam perkembangan. Irama berarti variasi atau fluktuasi naik turunnya kecepatan perkembangan individu. Hukum irama berlaku untuk setiap manusia. Ritme atau irama perkembangan akan semakin jelas tampak pada saat kematangan fungsi-fungsi atau abilitas-abilitas pada seorang anak. Kelajuan atau keterhambatan dalam perkembangan itu tidak sama besar pada setiap anak. Demikian pula proses percepatan maupun perlambatan dalam peralihan perkembangan tidak sama cara berlangsungnya pada setiap anak. Sehubungan dengan perkembangan cepat atau lambat ini, anak dapat dibedakan atas tiga golongan, yaitu : a) Anak yang tidak menunjukkan perkembangan yang cepat ataupun terhambat, melainkan perkembangannya berlangsung mendatar dan maju secara berangsur. Semuanya berlangsung dengan tenang, masa yang satu disambung oleh masa berikutnya dengan tidak menunjukkan peralihan yang nyata. b) Anak yang cepat sekali berkembang pada waktu kecilnya, tetapi sesudah besar kecepatan perkembangannya semakin berkurang sehingga akhirnya berhenti sama sekali. c) Anak yang lambat laju perkembangannya pada waktu kecil, tetapi semakin besar (lama) semakin bertambah cepat kemajuannya.
Hukum Masa Peka Masa peka adalah suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjolkan diri ke luar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang datang. Masa peka ini hanya datang sekali selama hidupnya. Apabila masa peka ini tidak digunakan sebaik-baiknya atau tidak mendapat kesempatan untuk berkembang, maka fungsi-fungsi tersebut akan mengalami kelainan atau abnormal, dan hal ini akan menganggu perkembangan selanjutnya. Apabila masa peka tersebut telah diketahui, layanan pendidikan atau bantuan lain dari orang dewasa akan mudah mencapai hasil yang maksimal. Misalnya, masa peka untuk berjalan adalah pada tahun kedua, masa peka untuk mengingat atau menghapal sesuatu adalah pada tahun ketiga dan keempat, masa peka untuk belajar menggambarkan sesuatu adalah pada tahun kelima, masa peka untuk perkembangan ingatan logis adalah pada tahun kedua belas dan ketiga belas, dan sebagainya.
Hukum Rekapitulasi Hukum rekapitulasi berpendapat bahwa perkembangan psikis individu akan pengulangan urutan tingkah laku dari perkembangan nenek moyang suatu bangsa. Perkembangan jiwa anak adalah ulangan kembali secara singkat dari perkembangan manusia di dunia. Oleh karena itu, sesuai dengan hukum rekapitulasi, ada semacam perilaku kolektif atau meminjam istilah Carl Gustaf Jung adalah semacam “ketidaksadaran kolektif (Bischof, 1983). Sebagian besar ahli psikologi perkembangan mengakui adanya persamaan di antara kehidupan kebudayaan mulai dari bangsa-bangsa primitif sampai pada kehidupan kebudayaan bangsa yang modern dewasa ini. Contoh pengulangan ini dapat dilihat dari fase-fase perkembangan anak yang sesuai dengan perkembangan kehidupan bangsa-bangsa sejak zaman dahulu, yaitu:
Lanjutan >>> a) Masa berburu dan menyamun. Masa ini dialami ketika anak berusia sekitar 8 tahunyang ditandai dengan kesenangan anak untuk menangkap binatang (berburu), bermain panah, bermain untuk saling mengintai, bermain kejar-kejaran, dan perang-perangan. Dalam antropologi memang ada masa kehidupan manusia untuk berburu, yaitu ketika manusia masih hidup nomaden.
Lanjutan >>> b). Masa berternak (menggembala) Masa ini dialami anak sekitar usia 8 sampai 10 tahun, yang ditunjukkan dengan kesenangan anak memelihara binatang, seperti ayam, burung merpati, kucing, kelinci, dan lain-lain. Periode ini mirip dengan kehidupan manusia setelah sedentair yaitu mulai menetap.
Lanjutan >>> c). Masa bercocok tanam (bertani) Masa ini dialami anak ketika berusia sekitar 10 sampai 12 tahun. Pada masa ini terlihat kegemaran anak untuk bercocok tanam, seperti senang menanam tanam-tanaman, memeliharanya, menyiramnya, dan sebagainya. Hal ini mirip dengan kelanjutan masa sedentair, yaitu manusia mulai mengenal menanam tanaman yang buah dan daunnya enak dimakan.
Lanjutan >>> d). Masa berdagang Masa ini dialami anak ketika ia berusia sekitar 12 sampai 14 tahun. Pada masa ini terlihat kesenangan anak untuk beraktivitas yang mirip dengan perdagangan, seperti kesukaan anak untuk jual beli dengan uang dari kertas atau daun, tukarmenukar barang (perangko bekas, gambar, dan lain-lain), berkirim-kirim foto dengan sahabat pena, dan sebagainya.
Lanjutan >>> e). Masa industri Masa ini timbul di usia sekitar 15 tahun ke atas. Pada masa ini terlihat kesenangan anak membuat permainannya sendiri dengan bahan-bahan yang ada di sekelilingnya dan keasyikan anak mengerjakan pekerjaan tangan, seperti menyulam, membuat layang-layang, membuat seruling bambu, ketapel, gasing, dan sebagainya.
Hukum Mempertahankan dan Mengembangkan Diri Dalam diri anak terdapat hasrat dasar untuk mempertahankan dan mengembangkan diri. Hasrat mempertahankan diri terlihat dalam bentuk-bentuk nafsu makan dan minum, menjaga keselamatan diri. Pertahanan yang dimaksudkan adalah suatu respons dalam bentuk sikap atau perilaku individu yang dimunculkan ketika dirinya merasa mendapatkan stimulus yang tidak sesuai atau tidak menyenangkan. Pertahanan diri tersebut ada pada setiap individu. Bentuk pertahanan diri ini berbeda-beda antara individu satu dengan yang lain. Contoh bentuk pertahanan diri yang sederhana adalah pada saat anak merasa lapar, haus, takut, sakit, dan sebagainya kemudian anak akan menangis. Dengan menangis, sebenarnya terkandung maksud agar orang lain segera datang untuk memenuhi kebutuhannya.
Hukum Predistinasi berarti nasib atau takdir. Pada setiap umat beragama ada kepercayaan terhadap nasib atau takdir yang telah ditetapkan Tuhan baginya. Meskipun mungkin saja terdapat perbedaan penafsiran mengenai hukum takdir ini sesuai dengan paham agama dan kepercayaan masing-masing, tetapi pada umumnya semua umat beragama mengakui bahwa segala yang terjadi atas diri manusia, baik secara kelompok maupun perseorangan, tidak terlepas dari kodrat dan iradat. Dengan kata lain, segala sesuatu terjadi atas takdir Tuhan, yang harus diterima manusia sebagai nasib baginya. Berdasarkan hukum ini berarti betapapun sempurnanya pembawaan, bakat dan sifat-sifat keturunan, betapapun baiknya lingkungan dan pemeliharaan anak, serta betapapun lengkapnya sarana dan sumber penghidupan, tetapi proses dan jalan perkembangan itu tidak akan berlangsung sebagaimana yang dikehendaki manusia seandainya nasib tidak membawanya demikian atau jika tidak ada izin Tuhan. Jadi perkembangan itu juga sangat bergantung pada apa yang telah ditakdirkan oleh-Nya.
Hukum Trotzalter (Masa Menentang) Hukum trotzalter berpandangan bahwa perkembangan individu tidak selalu berlangsung dengan tenang dan teratur, tetapi pada masa-masa tertentu terjadi data guncangan yang membawa perubahan secara radikal.
Hukum Masa Eksploratif dan Penemuan Sesuai dengan istilahnya, yaitu eksploratif yang berarti penjelajahan, hukum masa eksploratif yang dipelopori oleh seorang sarjana psikologi dan pendidikan dari Belanda yang bernama M. J. Langeveld berpandangan bahwa perkembangan individu merupakan suatu proses yang berlangsung sebagai suatu penjelajahan dan penemuan pada individu yang bersangkutan. Individu yang lahir merupakan warga baru yang belum mengenal dunia sekelilingnya. Oleh karena itu, perlu dikenal dan dipelajari tentang segala sesuatu yang ada di dunia sekelilingnya, dia perlu melakukan penjelajahan agar kemudian menemukan bermacam-macam kehidupan duniawi dan nilai-nilai kemanusiaan. Melalui proses penjelajahan dan penemuan-penemuan dunianya itulah individu mengalami perkembangannya.
Hukum Cephalocoundal Hukum ini berlaku pada pertumbuhan fisik yang menyatakan bahwa pertumbuhan fisik dimulai dari kepala ke arah kaki. Bagianbagian pada kepala tumbuh lebih dahulu daripada bagian-bagian lain. Hal ini sudah terlihat pada pertumbuhan pranatal, yaitu pada janin. Seorang bayi yang baru dilahirkan mempunyai bagian-bagian dan alat-alat pada kepala yang lebih “matang” daripada bagian tubuh lainnya. Bayi bisa menggunakan mulut dan matanya lebih cepat daripada anggota badan lainnya. Baik pada masa perkembangan pranatal, neonatal, maupun anak-anak, proporsi bagian kepala dengan rangka batang tubuhnya mula-mula kecil dan makin lama perbandingan ini makin besar.
Hukum Proximodistal adalah hukum yang berlaku pada pertumbuhan fisik, dan menurut hukum ini pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan mengarah ke tepi. Alat-alat tubuh yang terdapat di pusat, seperti jantung, hati dan alat-alat pencernaan lebih dahulu berfungsi daripada anggota tubuh yang ada di tepi. Hal ini tentu saja karena alat-alat tubuh yang terdapat pada daerah pusat itu lebih vital daripada misalnya anggota gerak seperti tangan dan kaki. Anak masih bisa melangsungkan kehidupannya bila terjadi kelainan-kelainan pada anggota gerak, akan tetapi bila terjadi kelainan sedikit saja pada jantung atau ginjal bisa berakibat fatal. Ditinjau dari sudut biologis, sudut anatomis, dan sudut ilmu faal masih banyak lagi ketentuan yang berhubungan dengan pertumbuhan, struktur dan fungsi, serta kefaalan anggota tubuh. Misalnya dalam hal kematangan, anggota tubuh akan tumbuh, berkembang, dan berfungsi yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Contohnya terlihat pada kelenjar-kelenjar kelamin, yang baru mulai berfungsi (matang) ketika anak memasuki masa remaja. Pada saat ini terjadi perubahan besar pada bentuk tubuh, yang bahkan juga mempengaruhi perubahan pada kehidupan psikisnya.
Perkembangan Terjadi dari Umum ke Khusus Pada setiap aspek terjadi proses perkembangan yang dimulai dari hal-hal yang umum, kemudian secara sedikit demi sedikit meningkatkan ke hal-hal yang khusus. Terjadi proses diferensiasi seperti dikemukakan oleh Werner. Anak lebih dahulu mampu menggerakkan lengan atas, lengan bawah, tepuk tangan terlebih dahulu daripada menggerakkan jari-jari tangannya. Anak akan mampu lebih dahulu menggerakkan tubuhnya sebelum ia bisa mempergunakan kedua tungkainya untuk menyangga batang tubuhnya, melangkahkan kaki dan berjalan.
Perkembangan Berlangsung dalam Tahapan-Tahapan Perkembangan Dalam perkembangan terjadi penahapan yang terbagi-bagi ke dalam masaperkembangan. Pada setiap masa perkembangan terdapat ciri-ciri perkembangan yang berbeda antara ciri-ciri yang ada pada suatu masa perkembangan dengan ciri-ciri yang ada pada masa perkembangan yang lain. Sebenarnya, ciri-ciri yang ada pada masa perkembangan terdahulu dapat diperlihatkan pada masa-masa perkembangan berikutnya, hanya dalam hal ini terjadi dominasi pada ciri-ciri yang baru. Jadi, bila seseorang sudah mencapai suatu tahap dalam perkembangannya, maka mungkin saja ia masih memperlihatkan ciri-ciri yang sebenarnya merupakan ciri-ciri masa perkembangannya yang terdahulu, hanya saja apa yang diperlihatkan itu dalam “jumlah” yang kecil. Justru apabila ciri-ciri pada masa-masa perkembangan sebelumnya banyak diperlihatkan dalam perkembangan baru berarti ia belum meningkat ke tahap perkembangan berikutnya.
Lanjutan >>> Ada aspek-aspek tertentu yang tidak berkembang dan meningkat lagi, yang hal ini disebutfiksasi. Aspek intelek pada anak-anak tertentu yang memang secara konstitusional terbatas, pada suatu saat akan relatif berhenti, tidak bisa atau sulit berkembang dan dikembangkan. Masalah penahapan (periodisasi) perkembangan ini biasanya juga merupakan masalah yang banyak dipersoalkan oleh para ahli, pendapat mereka mengenai dasar-dasar penahapan itu serta panjang masing-masing tahap juga bermacam-macam, yang umumnya lebih bersifat teknis daripada konsepsional.
Hukum Konvergensi Perkembangan Pandangan pendidikan tradisional di masa lalu berpendapat bahwa hasil pendidikan yang dicapai anak selalu dihubung-hubungkan dengan status pendidikan orang tuanya. Menurut kenyataan yang ada sekarang ternyata bahwa pendapat lama itu tidak sesuai lagi dengan keadaan. Pandangan lama iu dikuasai oleh aliran nativisme yang dipelopori Schopen Hauer yang berpendapat bahwa “manusia adalah hasil bentukan dari pembawaannya”. Sejak anak lahir ia membawa bakat, kesanggupan (potensi) untuk dikembangkan, dan sifat bawaan tertentu. Pembawaan itu akan berkembang sendiri, dalam hal ini pendidikan tidak mampu untuk mengubahnya. Aliran dalam pendidikan yang menganut paham nativisme ini disebut aliran yang pesimis.
Lanjutan >>> Paham nativisme tidak lama menguasai dunia pendidikan, sebab pada abad ke-19 lahir paham empirisme yang berasal dari John Locke. Ia memperkenalkan teori tabularasa yang mengatakan bahwa child born like a sheet of white paper a void of all characters. Ketika anak lahir, ia diumpamakan sebagai kertas yang putih belum ada ditulisi atau digoresi dengan bakat apapun. Jiwanya masih bersih dari pengaruh keturunan sehingga pendidik dapat membentuknya menurut kehendaknya. Aliran dalam pendidikan yang menganut paham empirisme ini disebut aliran yang optimis. William Stern menggabungkan kedua pendapat di atas ke dalam hukum konvergensi yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak adalah pengaruh dari unsur lingkungan dan pembawaan.
Hukum Hierarki Perkembangan Bahwa perkembangan anak tidak mungkin akan mencapai suatu fase tertentu dengan cara spontan atau sekaligus, akan tetapi harus melalui tingkat-tingkat atau tahapan tertentu yang telah tersusun sedemikian rupa. Sehingga perkembangan diri seseorang menyerupai derat perkembangan. Contoh : perkembangan pikiran / intelek anak, mesti didahului dengan perkembangan pengenalan dan pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan
THANK YOU
- Slides: 30