Kebijakan Fiskal Indonesia Perbedaan Kebijakan Fiskal Terdapat dua
Kebijakan Fiskal Indonesia
Perbedaan Kebijakan Fiskal • Terdapat dua perbedaan fundamental antara kebijakan fiskal sebelum dan sesudah era tahun 1966. 1. Pemerintah berhenti sebagai kontributor utama dan langsung terhadap inflasi 2. Sumbangan pemerintah (APBN) terhadap GDP mengalami peningkatan.
Perbedaan Kebijakan Fiskal • Pemerintah meninggalkan kebiasaan Orde Lama menutup defisit dengan mencetak uang. Pada masa Orde Baru, dianut prinsip Anggaran Berimbang. (Sebenarnya defisit, namun defisit tersebut tidak ditutupi dengan mencetak uang baru). • Pada Orba, Pemerintah meningkatkan penerimaan dan pengeluaran lebih besar. Terutama akibat kenaikkan harga minyak dunia.
Tujuan Kebijakan Fiskal Tujuan dari Kebijakan Fiskal: 1. Untuk memantapkan stabilatas makro ekonomi 2. Mengurangi ketergantungan pada luar negeri 3. Meningkatkan distribusi pendapatan
Pendapatan Pemerintah • Pendapatan pemerintah didominasi oleh: 1. Pendapatan dari minyak dan gas (sebelum 1987) 2. Pendapatan dari non migas (sesudah 1987) 3. Bantuan Luar Negeri
Pengeluaran Negara • Pengeluaran Negara: 1. Gaji/Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Modal 4. Pembayaran Bunga Utang 5. Subsidi 6. Belanja Hibah
Are Expenditure Driven By Revenue? • Pengeluaran Pemerintah dipengaruhi oleh jumlah penerimaannya. • Ada hubungan antara tax ratio dengan tahap pembangunan • Suatu negara cenderung meningkatkan penerimaan dari pajak sehingga dapat meningkatkan pengeluaran pemerintah. Tax ratio Indonesia dari 13 (2004) menjadi 16% (2009)
Peranan Pembiayaan Pemerintah • Pentingnya Pengeluaran Pemerintah 1. Tanggung Jawab untuk memberikan pelayanan publik bagi kota/daerah. 2. Melindungi kondisi kehidupan masyarakat kota/daerah terutama bagi masyarakat miskin 3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Peningkatan Pengeluaran Pemerintah • • • 1. 2. 3. 4. Pengeluaran Pemerintah harus terus meningkat setiap tahun (Warger Law) G 2/Y 2 > G 1/Y 1>G 0/Y 0 Ketika Krisis (Perang) Berlangsung, pengeluaran Pemerintah akan Lebih Besar (Peacock/Wiseman) Mengapa Harus Meningkat? Pemerintah (Pusat dan Daerah) semakin besar Jumlah Penduduk yang Semakin Besar Pelayanan Publik Meningkat Investasi Swasta Meningkat Current Spending Meningkat Subsidi, Social Welfare, dll.
Pengeluaran Pemerintah Distribusi APBN 2001 - 2008 (dalam miliar Rp) Anggaran 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Belanja Pemerintah Pusat 260, 50 8 247, 79 6 253, 71 4 300, 03 6 - Pengeluaran Rutin 218, 92 3 200, 38 2 188, 58 4 228, 08 8 - Pengeluaran Pembangunan 41, 58 5 47, 41 4 65, 12 9 71, 94 8 Subsidi 77, 44 3 42, 63 5 25, 46 5 69, 85 5 81, 05 94, 03 107, 49 123, 15 Dana Perimbangan * Termasuk dalam Komponen Pengeluaran Rutin 4 8 1 0 Surplus/Defisit Pembiayaan Anggaran (40, 48 5) (40, 45 4) (34, 43 6) (26, 27 2) 364, 1 15 495, 9 93 498, 1 72 573, 4 30 96, 6 37 109, 7 02 105, 0 73 97, 8 75 147, 8 03 243, 8 67 254, 2 01 281, 2 30 (20, 33 0) (33, 09 8) (58, 28 5) (73, 30 6) a. Dalam Negeri 30, 21 8 24, 19 0 22, 45 0 50, 05 0 27, 8 56 51, 3 04 b. Luar Negeri (utang netto) 10, 26 7 16, 26 4 11, 98 6 (23, 77 8) 7, 52 (18, 20 5) 6) 70, 8 26 (12, 54 0) 89, 9 75 (16, 66 9)
Pengeluaran Pemerintah Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Dana Perimbangan Surplus/Defisit Peruba 2010 han (%) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 260. 50 8 247. 79 6 253. 71 4 300. 03 6 364. 11 5 495. 99 3 504. 62 3 693. 35 725. 20 178, 716. 376 5 0 4 81. 054 94. 038 107. 49 1 123. 15 147. 80 3 243. 86 7 253. 26 3 292. 43 322. 40 320. 691 3 0 297, 8 40. 485 40. 454 34. 436 26. 272 -20. 33 33. 098 49. 843 -4. 121 -51. 342 -98. 000 142, 1 30. 218 24. 190 22. 450 50. 050 27. 856 51. 304 69. 032 102. 47 7 60. 790 10. 267 16. 264 11. 986 23. 778 -7. 525 18. 206 26. 575 18. 405 -9. 448 -9. 900 Pembiayaan Anggaran a. Dalam Negeri b. Luar Negeri (utang netto) 107. 90 0 257, 1 (196, 4)
Rasio utang Indonesia tetap menurun sejalan dengan semakin meningkatnya laju perekonomian nasional 31 12 12
DANA PERIMBANGAN 2004 - 2010 Otsus dan Penyesuaian Triliun Rp DAK DAU DBH 400 300 292, 4 309, 3 322, 4 253, 3 226, 2 200 150, 8 129, 7 100 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 APBNP 2010 APBN
Tahun Perkembangan DAU Provinsi dan Kab/Kota di Sumut 2001 2004 2010 Pertumbuhan (%) Provinsi Sumatera Utara Kab. Asahan Kab. Dairi Kab. Deli Serdang Kab. Tanah Karo 264. 420 206. 140 102. 970 335. 180 92. 490 302. 047 813. 233 274. 447 479. 299 131. 494 336. 865 485. 416 793. 142 179. 845 401. 710 208 133 227 137 334 * * * Kab. Labuhan Batu Kab. Langkat Kab. Mandailing Natal Kab. Nias 173. 630 200. 700 132. 040 191. 400 268. 127 273. 583 168. 144 155. 786 315. 309 628. 952 398. 482 644. 611 82 213 202 237 * * Kab. Simalungun 260. 300 299. 970 334. 748 29 * Kab. Tapanuli Selatan 226. 000 252. 889 313. 958 Kab. Tapanuli Tengah 105. 450 134. 817 313. 958 Kab. Tapanuli Utara 178. 420 139. 276 369. 275 Kab. Toba Samosir 119. 470 159. 848 280. 450 Kota Binjai 114. 600 132. 050 293. 537 Kota Medan 266. 810 404. 990 784. 140 Kota Pematang Siantar 95. 200 140. 229 313. 942 Kota Sibolga 40. 570 93. 121 220. 077 Kota Tanjung Balai 46. 400 103. 860 241. 922 Kota Tebing Tinggi 70. 660 110. 041 228. 058 Kota Padang Sidimpuan 110. 115 270. 129 Kab. Pakpak Bharat 25. 942 167. 780 Kab. Nias Selatan 66. 466 277. 887 Kab. Humbang Hasundutan 71. 368 279. 893 Kab. Serdang Bedagai 404. 836 Kab. Samosir 243. 042 Kab. Batu Bara 337. 663 Kab. Labuhan Batu Utara 303. 658 Kab. Labuhan Batu Selatan 253. 282 Kab. Padang Lawas Utara 243. 566 Kab. Padang Lawas 241. 107 J U M L A H 3. 222. 850 4. 483. 871 11. 528. 511 Dana Perimbangan 81. 054. 000 82. 130. 940 322. 400. 000 Persentase 3, 98 5, 46 3, 58 * Pertumbuhan dalam 10 tahun terakhir ** Pertumbuhan dalam 6 tahun terakhir 39 198 107 135 156 194 230 442 421 223 145 547 318 292 258 298 * * ** **
- Slides: 14