Kebenaran dalam Etika dan Filsafat Komunikasi Secara etimologi
Kebenaran dalam Etika dan Filsafat Komunikasi Secara etimologi (bahasa) kata “benar” mempunyai arti: 1. Tidak salah, lurus, dan adil. Contohnya dalam kalimat, “hitungannya benar”. 2. Sungguh-sungguh, tidak bohong. Contohnya dalam kalimat, “kabar itu benar”. 3. Sesungguhnya, memang demikian halnya. Contohnya dalam kalimat, “benar ia tidak bersalah, tetapi ia terlibat perbuatan ini”. 4. Sangat, sekali, Contohnya dalam kalimat, “enak benar mangga ini”.
secara epistemologi (istilah), pengertian kebenaran dapat dilihat dari berbagai teori mengenai ke- benaran, yang antara lain (Suhartono Suparlan, 2007: 93): 1. Teori koherensi Menurut teori ini suatu pengetahuan, teori, pernya taan, proposisi atau hipotesis dianggap benar bila ia sejalan dengan pengetahuan, teori, proposisi atau hipotesis lainnya, yakni kalau proposisi itu meneguhkan dan konsisten dengan sebelumnya. Jika “semua manusia pasti akan mati” adalah benar, maka “si A akan mati” adalah benar juga. 2. Teori korespondensi Suatu pernyataan adalah benar jika ia berhubungan dengan objek yang dituju oleh pernyataan itu. Contoh, “Jakarta adalah Ibu Kota Indonesia” adalah benar karena sesuai dengan fakta. 3. Teori pragmatis Suatu pernyataan dinilai benar jika konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia. Contoh, “memakai helm wajib bagi pengendara sepeda motor”, adalah benar karena pernyataan tersebut berguna dalam kehidupan praktis.
KEBENARAN ILMIAH DAN KEBENARAN NON-ILMIAH Diantaranya kebenaran non-ilmiah adalah: • Kebenaran karena kebetulan • Kebenaran karena akal sehat (common sense) • Kebenaran agama dan wahyu • Kebenaran intuitif • Kebenaran karena trial and error • Kebenaran spekulasi • Kebenaran karena kewibawaan • Kebenaran karena kekuasaan
KEBENARAN KEFILSAFATAN Kebenaran kefilsafatan harus memenuhi empat aspek, yakni objek materi, forma, metode dan sistem yang terkait dengan kebenaran (lihat Suhartono Suparlan, 2007: 93 -94)
KEBENARAN SEBAGAI NILAI FUNDAMENTAL Louis Alvin Day dalam bukunya yang berjudul “Ethics in Media Communication”, 2006: 78 mengatakan bahwa lawan dari kebenaran adalah bohong (lying), penipuan (deception), dan ketidakjujuran (dishonesty). Deception menurutnya adalah “pesan komunikasi yang disengaja agar orang lain mendapatkan pemahaman yang salah, atau agar mereka meyakini apa yang kita sendiri tidak yakin akannya”. Deception, dengan demikian dihasilkan tidak hanya dari ucapan, tapi juga perilaku, gerak tubuh, hingga sebuah senyum. Bahkan pada kondisi tertentu, menahan informasi merupakan bagian dari Deception.
MAKNA PENTING KEBENARAN Dalam teori interaksi simbolis hakikat manusia adalah makhluk relasional, Setiap individu pasti terlibat relasi dengan sesamanya. Alasan kedua pentingnya komitmen kebenaran adalah bahwa kebenaran menunjukkan rasa menghargai orang lain sebagai tujuan, bukan sebagai alat (tool). Dalam konteks sosial, kepercayaan merupakan prasyarat terbentuknya ikatan sosial. Kebenaran merupakan unsur yang esensial bagi kelancaran proses demokrasi. Menurut Habermas, negara hukum modern berciri demokratis jika terjadi komunikasi politis intensif antara ruang publik dan sistem politik.
DIKOTOMI KEBENARAN DALAM KOMUNIKASI Teknologi informasi dan komunikasi yang kecepatannya bertumbuh secara eksponensial (semakin cepat, padat, mini) telah mengondisikan pola komunikasi yang juga semakin cepat, ringkas, instan, dan padat. Dalam dorongan kecepatan yang tak kuasa dikendalikan, komunikasi dan informasi menjadi sebuah teror (terror of speed), yang menghasilkan kecemasan (anxiety) dan kondisi panik (panics): kecepatan pergantian citra televisi yang tak sanggup dicerna; serbuan pesan-pesan e-mail, blog, atau spam Internet yang tak mampu dimaknai; kecepatan pergantian perangkat lunak yang tak mampu diikuti; gelombang pergantian gaya dan gaya hidup yang menjadikan orang selalu merasa kurang (lack) dan ketinggalan zaman.
Menuju Teori Disinformasi • Media komunikasi di abad informasi-digital berkem- bang ke arah sebuah titik, yang di dalamnya terjadi pe- lencengan fungsi komunikasi, kesimpangsiuran tanda, pengaburan makna, pendistorsian realitas, dan penisbian kebenaran. • Kebenaran dalam media massa menjadi hal yang krusial karena kebenaran versi media kadang kala berbeda dengan kebenaran versi masyarakat.
dalam jurnalistik sendiri terdapat standar minimum sebagai konsep dari kebenaran dalam mereport kebenaran. • Pertama, report harus akurat, dengan cara melakukan verifikasi fakta sehingga diperoleh bukti yang valid. • Kedua, untuk mendukung kebenaran dalam media seorang jurnalis perlu melakukan upaya pencerdasan dengan cara mendorong pemahaman audiensi • Ketiga, suatu laporan mesti bersifat fair dan seimbang. Prinsip ini menghindari bias yang sangat mungkin timbul dalam suatu laporan.
Paradox in communications • Dikotomi lain pada media adalah kebenaran dalam iklan. Kebenaran dalam iklan, maka sejatinya tidak lebih dari logika ekonomi liberal, yang berujung pada akumulasi keuntungan. • Etika periklanan sendiri mengatakan bahwa pengiklan memiliki tanggung jawab atas kebenaran informasi tentang produk yang diiklankan.
- Slides: 10