Ke 3 Kapita Selekta Manajemen Pendidikan PARADIGMA BARU
Ke 3. Kapita Selekta Manajemen Pendidikan PARADIGMA BARU MANAJEMEN PENDIDIKAN
Pengertian paradigma no 1 Para ahli menurut kamus filsafat 2 menurut Patton(1975 3 menurut Robert Friedrichs(1970) 4 menurut George Ritzer(1980) a. Cara memandang sesuatu b. Model, pola, ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari model-model ini fenomena dipandang dan dijelaskan. c. Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem riset. ”(suatu pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara untuk menguraikan kompleksitas dunia nyata). Suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Pandangan yang mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang atau disiplin ilmu pengetahuan. Lebih lanjut Ritzer mengungkapkan bahwa paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan yang harus dijawab, bagaimana harus menjawabnya, serta aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang harus dikumpulkan informasi yang dikumpulkan dalam menjawab persoalan-persoalan tersebut.
Paradigma Baru Manajemen Pendidikan A. PENDAHULUAN • Pada era reformasi, masyarakat Indonesia menginginkan perubahan dalam semua aspek kehidupan bangsa. • Pembaharuan pada sektor pendidikan yang memiliki peran strategis dan fungsional juga memerlukan paradigma baru yang harus menekankan pada perubahan cara berpikir dalam pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan
• Pendidikan yang telah berjalan selama ini belum optimal menjadi penggerak pembangunan di Indonesia, malahan pendidikan telah menghambat pembangunan ekonomi dan teknologi, • buktinya adalah dengan adanya kesenjangan sosial, budaya, dan ekonomi. Berbagai masalah yang timbul tersebut diakibatkan oleh semakin lemahnya pendidikan nasional • Pembaharuan pendidikan nasional yang telah mendasar dan menyeluruh harus dimulai dari mencari penjelasan baru atas paradigma dan peran pendidikan dalam pembangunan (zamroni, 2000: 5 -6 dalam Sudarmiani, 2009: 13).
• Paradigma tersebut harus ber implikasi pada perubahan perspektif dalam pembangunan pendidikan • Mulai dari perspektif yang menganggap pendidikan sebagai sektor pelayanan umum ke perspektif pendidikan sebagai suatu investasi produk yang mampu mendorong pertumbuhan masyarakat di berbagai bidang kehidupan.
2. Permasalahan makro pendidikan 1. Standar pengembangan kurikulum 2. Pemerataan dan persaman serta keadilan 3. Standar mutu 4. Kemampuan bersaing Problematika Manajemen Penddikn 1. Permasalahan mikro pendidikan Solusi yg dapt dilakukan 1. 2. 1. Kualitas Manajemen 2. Pemberdayaan satuan pendidikan 3. Profesionalisme dan. Ketenagaan 4. Relevansi dan kebutuhan 3. 4. 5. Melalui analisis kebutuhn(neet assesment) Institusi hrs managible dg visi dan misi yg konsisten thd 7 an dan target Perlindungan thd profesional guru dan kepemimpinan sekolah Pemberdayaansatuan penddkn dmelakukan desentralisasi, debirokratisasi dan profesionalme Otonomi pengelolaan anggaran pd satuan penddkn
B. langkah 2 untuk melakukan rekonstruksi pendidikan dalam rangka membangun paradigma baru sistem pendidikan nasional : 1. Pendidikan nasional hendaknya memiliki visi yang berorientasi pada demokratisasi bangsa. 2. Pendidikan nasional hendaknya memiliki misi agar tercipta partisipasi masyarakat secara menyeluruh. 3. Pendidikan tidak hanya terfokus dalam penyiapan tenaga kerja, tapi untuk memperkuat kemampuan dasar pembelajar sehingga memungkinkan bagi siswa untuk berkembang lebih jauh dalam konteks kehidupan global.
3. Substansi pendidikan dasar (SD/MI) hendaknya mengacu pada perkembangan potensi dan kreativitas pembelajar. Pendidikan mengengah (SMP/sederajat)dan tinggi hendaknya diarahkan pada membuka kemungkinan pengembangan kepribadian secara vertikal (keilmuan) dan horisontal (keterkaitan antar bidang keilmuan). 4. Pendidikan dasar dan menengah perlu mengembangkan sistem pembelajaran yang egaliter (sama/setingkat/sederajat) tidak ada perbedaan, memiliki persamaan hak antara manusia) dan demokratis agar tidak terjadi pengelompokan kelas atas dasar kemampuan akademik.
5. Pendidikan tinggi harus mempersiapkan dan memperkuat kemampuan dasar mahasiswa untuk memungkinkan mereka berkembang baik secara individu, anggota msyarakat, maupun sebagai warga negara dalam konteks global. 6. Kebijakan kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, harus memperhatikan tahap perkembangan pembelajar dan kesesuaian dengan lingkungan, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, seni serta sesuai dengan jenjang masing-masing satuan pendidikan dengan mengembangkan proses pembelajaran kreatif.
7. Perlu meng aktualisasikan enam unsur kapasitas belajar, yaitu: a. Kepercayaan (confidence) (nganggur) b. Keingin tahuan (curioucity) c. Sadar tujuan (intensionality) d. Kendali diri (self control) e. Mampu bekerja sama (work together) f. Kemampuan bergaul secara harmonis dan saling pengertian (relatedness) • (Ibrahim Musa: from: http: //202. 159. 18. 43/jp/22 ibrahim. htm dalam Sudarmiani; 2009, 15)
8. Pendidikan nasional hendaknya mendapatkan proporsi alokasi dana yang cukup memadai. 9. Realisasi pendidikan dalam konteks lokal diperlukan badan pembantu dalam dunia pendidikan. Misalnya saja ‘Dewan Sekolah’ yang memiliki peran untuk memberi masukan-masukan dalam berbagai aspek. 10. > Menetapkan model rekruitmen pejabat pendidikan secara profesional. >. Kompetensi dan sertifikasi guru dan dosen juga harus dilakukan dengan profesional. > Pemerintah harus membentuk badan ‘independen’ profesi guru dan dosen yang anggotanya terdiri dari tenaga kependidikan profesional, terpercaya, dan bertanggung jawab yang akan menilai kompetensi profesional, keilmuan, personal dan sosial dari guru dan dosen
c. Perubahan Paradigma Manajemen Pendidikan • Undang-undang no. 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah memberikan kewenangan kepada daerah termasuk kewenangan dalam pengelolaan pendidikan di sekolah. • Berdasarkan hal tersebut maka manjeman pendidikan perlu melakukan revitalisasi dan penyesuaian dari manajemen paradigma lama yang bersifat sentralistik menuju manajemen pendidikan paradigma baru yang lebih bersifat demokratis dan desentralistik.
• Teknologi informasi telah mengubah paradigma baru pendidikan berbasis teknologi informasi. Perubahan ini meliputi dua konteks yaitu konteks pengajaran dan konteks manajemen pendidikannya. • Karakteristik pengajaran berbasis teknologi informasi :
Karakteristik pengajaran berbasis teknologi informasi : Aspek model No pembelajaran Lama Baru yang berubah 1 Instruksi Guru Siswa 2 Stimulasi Single-sense Multisensory 3 Pengembangan Single path Multi path 4 Media Single Multi Isolasi Kolaborasi 5 6 Informasi Sepihak Pertukaran 7 Proses belajar Pasif Aktif 8 Pola pikir Bersifat faktual Berfikir kritis 9 Tujuan Pengetahuan Pengambilan keputusan 10 Respon Reaktif Proaktif dan tindakan terencana 11 Konteks Artificial (buatan) Dunia nyata
Perubahan dalam Aspek Manajemen Penddidikan No Lama Baru 1 Belajar sekali seumur hidup Belajar seumur hidup 2 Menara gading Pasar yang kompetitif 3 Sekolah single mode Sekolah multi mode Sekolah dengan profil 4 Sekolah berlingkup melebar 5 Sekolah isolatif Sekolah kooperatif 6 Broad basic studies Just in time basic studies 7 Lulusan berorientasi kurikulum Sertifikasi ilmu pengetahuan 8 9 Pembelajaran berorientasi cermin Kurikulum linear khas/spesifik Learning on demand Ruang pembelajaran
D. Upaya untuk menyikapi perubahan paradigma : 1. Konten dan kurikulum harus berbasis pada penciptaan kompetensi siswa 2. Proses pembelajaran harus berorientasi pada pemecahan riil dalam kehidupan 3. Teknologi informasi harus dioptimalkan guna menciptakan jejaring pendidikan antar sekolah atau lembaga pendidikan lainnya 4. Individu yang terlibat dalam proses pendidikan harus memiliki kemampuan multidimensi agar bisa mengoptimalkan multi-intelejensi peserta didik
5. Manajemen sekolah harus terpadu secara administrasi maupun akademis 6. Kebijakan keuangan harus bersifat otonom dengan memanfaatkan kemampuan potensi lokal
Perbedaan Manajemen paradigma lama • Tugas dan fungsi sekolah terbatas hanya melaksanakan program, tanpa ada inisiatif untuk merumuskan program dan melaksanakan sendiri tugas pendidikan di sekolahnya. Manajemen paradigma baru : • • Sekolah memiliki wewenang dalam lembaganya, pengambilan keputusan dilakukan secara bersama dan peran masyarakat makin besar. Sekolah dituntut untuk lebih profesional dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan kegiatan sekolah liannya, karena tidak perlu menunggu perintah dari lembaga diatasnya. sekolah juga lebih mengutamakan kebersamaan dan sumber daya, informasi lebih terbuka, serta struktur organisasinya berubah menjadi horisontal, sehingga lebih efisien.
• Sudah dulu !!! 19
- Slides: 19