Jamur dan Bakteri pada Infeksi Kulit Blok 14
Jamur dan Bakteri pada Infeksi Kulit (Blok 14) Mikrobiologi dr. Seshy Tinartayu, MSc Prodi Pendidikan Dokter FKIK UMY
Mahasiswa mampu mengetahui struktur dan fungsi tingkat molecular, selular, jaringanm dan organ. Learning Outcome Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penyebab penyakit Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami patomekanisme penyakit
INFEKSI JAMUR PADA KULIT
Organisme eukariotik Berinti Sifat Jamur Tidak fotosintetik Tidak memiliki pigmen klorofil Mensekresi enzim utk mencerna jaringan (inang) & menggunakan zat gizi terlarut utk tumbuh
Usia Sosial ekonomi Jenis kelamin Faktor yg mempengaruhi infeksi jamur Keutuhan kulit Suhu & kelembaban Imunitas
Plasmalema /membrane sel Struktur & Pertumbuhan Dinding sel Manan & glukan Membungkus sitoplasma Sisi luar plasmalema Polisakarida yg bergabung membentuk kompleks dg protein permukaan Terdiri dari : glikoprotein, lipid, ergosterol Terdiri dari : kitin (polimer N-asetil glukosamin) Mengelilingi & sebabkan kaku dinding sel, bbrp spesies membentuk kapsul
Ragi Pengelompokan jamur menurut morfologi Kapang Hifa Sel tunggal Bersel banyak Bersekat (septat) & tanpa sekat (non septat) penentu diagnosis Berkembang biak dg pertunasan Berbentuk filamentosa (spt benang) Tumbuh pd suhu kamar 25⁰C Tumbuh pd suhu jaringan yg terinfeksi 37⁰C Filamen bercabang : hifa membentuk jalinan massa : miselium / kapang
Patogenesis Mekanisme petogenesus jamur tdk begitu diketahui Manotrotein di permukaan jamur memediasi perlekatan pd sel inang pd bbrp sp jamur Kekebalan inang thd jamur : asam lemak, p. H, pergantian sel epitel, flora bakteri normal
Patogenesis Fungsi neutrophil : memfagosit & mematikan jamur Polisakarida kapsul (pd bbrp jamur) bersifat fagositik Imunitas seluser T : penentu utama system kekebalan tubuh inang Monoprotein jamur mencetuskan respon kuat sel -T dan Sel-B
Kelembaban membantu proliferasi jamur Keratinisasi menghalangi jamur masuk lebih dalam (hanya di epidermis) Patofisiologi Dermatofitosis Jamur memiliki enzim khusus untuk menembus stratum korneum Penetrasi jamur dipengaruhi pertahanan tubuh non- spesifik (komplemenm, PMN, aktivasi serum inhibitor Masa inkubasi 1 -3 mgg
Mikosis Superficialis Diagnosis. Klinis Jamur penyebab Pitiriasis versicolor Malasszi furfur Gambaran “mie bakso” ragi & hifa Tinea nigra Exophilia werneckii Sel ragi & hifa berpigmen coklat, biakan dg koloni warna hitam Piedraia hortae Mikroskopik dr rambut : nodul putih sd coklat muda, hifa bersekat pd batang rambut Trichosporon asahii Mikroskopik dr rambut : nodul putih sd coklat muda, hifa bersekat pd batang rambut Mikosis superfisialis Piedra hitam Piedra putih
Definisi : penyakit kulit akibat jamur (infeksi dermatofit), menyerang permukaan yang mengandung zat tanduk / stratum korneum (epidermis, rambut, kuku) Dermatofitosis (Tinea / kurap/ ringworm) Dikategorikan secara klinis menurut anatomi yg terinfeksi (T. corporis, T. capitis, T. cruris, dll) Penularan : Langsung : kontak dengan kulit yg terinfeksi jamur Tidak langsung : kontak dg barang / benda yg terkontaminasi
Etiologi dermatofit Microsporum Trichophyton Epidermophyton
Mikosis Kulit Infeksi dermatofit Diagnosis. Klinis Jamur penyebab Tinea Kapitis Microsporum Tinea kruris Tricophyton rubrum, Epidermophyton floccosum Tinea pedis T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum Tinea barbae T. Verrucosum zoofilik Tinea unguium (onikomikosis) T. rubrum Mikroskopik langsung kulit, rambut, kuku dg KOH hifa & konidia, berfluoresensi dg sinar UV
Mikosis superfisialis Tebatas di lapisan terluar kulit Hanya menyebabkan sedikit kerusakan jaringan Umumnya tanpa peradangan
Deteksi & identifikasi jamur dpt ditegakkan dg biakan atau bukan biakan Pembenihan Sabouraud, bersifat selektif (utk jamur) karena p. H yg asam & gula yg tinggi Diagnosis Laboratorium Infeksi Jamur Cara non biakan : mikroskopik langsung atau aglutinasi lateks & deteksi asam nukleat dg PCR Pulasan perak metamin Gomori & asam periodic Schiff (khusus utk deteksi sel ragi & hifa dalam jaringan) Bahan pemeriksaan klinis yg diolah dg KOH 10% mencerna materi jaringan (membiarkan sel jamur utuh) px dg mikroskop (sediaan basah utk deteksi jamur)
INFEKSI BAKTERI PADA KULIT
Infeksi : pertumbuhan & perkembangbiakan bakteri di tubuh manusia dengan/tanpa manifestasi klinis/timbul penyakit Patogen : mikroorganisme yg dpt menyebabkan penyakit Patogenesis Patogenensis : kemampuan agen infeksi utk menimbulkan penyakit Virulensi (= patoginitas suatu mikroba) : kemampuan kuantitatif agen infeksi utk menimbulkan penyakit / menghindari sist. imun
Terjadinya suatu penyakit akibat mikroorganisme dipengaruhi : 1. Host (manusia) : status fisik (energy & nutrisi), system pertahanan/imun 2. Potensial pathogen Kondisi seimbang Kondisi normal, imun/mekanisme defans turun disease 3. Virulensi Patogen oportunistik = flora normal “serangan” pathogen dg virulensi kuat disease
Patogenesis Kapsul dapat mencegah fagositosis Protein ( misal listeriolisin O) bakteri mampu bertahan hidup intrasel dlm fagosom Enzim perusak molekul imun : protease Ig. A, leukosidin Variasi antigenic & variasi fase perubahan Ag permukaan (efektif membantu bakteri bersembunyi dr Ab yg terbentuk) Serangan intrasel bateri dpt menghindari respon imun humoral Faktor perlekatan : flagel, pili, protein di dinding sel, lapisan lender & enzim (hyaluronidase) Toksin bakteri
Penyebab Staphilococcus Pioderma • Staphilococcus aureus • Staphilococcus epidermidis (FN) Streptococcus • Streptococcus B hemoliticus Keduanya pionikia Klasifikasi Impetigo (pioderma superfisial) • I. Krustosa Streptococcus B hemolitikus • I. Bulosa S. aureus • I. Neonatorum S. aureus
Penyebab Pionikia Staphilococcus aureus Streptococcus B hemoliticus Definisi Radang pada kuku akibat piococcus
Staphilococcus aureus Folikulitis Furunkel / karbunkel Abses multiple pd kelenjar keringat (anak -anak) Hidradenitis (kelenjar apokrin, remaja) Staphylococcal scalded skin sundrome / SSSS (diduga ec imaturitas ginjal anak)
Streptococcus B hemoliticus Ektima Erisipelas
Penegakan diagnosis dari anamnesia dan pemeriksaan fisik (UKK) Diagnosis Laboratorium Pemeriksaan penunjang dengan specimen dari lesi Uji sensitivitas antibiotik
Terima Kasih
- Slides: 27