IMUNISASI Nuzulul Rahmi S ST M Kes Pertemuan

  • Slides: 53
Download presentation
IMUNISASI Nuzulul Rahmi, S. ST. , M. Kes Pertemuan ke 13

IMUNISASI Nuzulul Rahmi, S. ST. , M. Kes Pertemuan ke 13

IMUNISASI • Definisi Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu antigen, sehingga bila

IMUNISASI • Definisi Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit • Tujuan Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia

 • Macam kekebalan : (cara timbul) 1. Aktif -Dibuat oleh tubuh sendiri akibat

• Macam kekebalan : (cara timbul) 1. Aktif -Dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen, mis: imunisasi aktif, terpajan secara alamiah. -Berlangsung lama ok memori imunologi 2. Pasif -Diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat individu itu sendiri, mis: kekebalan janin yang diperoleh dari ibu, imunisasi pasif. -Tidak berlangsung lama

RESPON IMUN 1. PRIMER Terjadi pada pajanan pertama kalinya dengan antigen Terbentuk antibodi Ig

RESPON IMUN 1. PRIMER Terjadi pada pajanan pertama kalinya dengan antigen Terbentuk antibodi Ig M 2. SEKUNDER Terjadi setelah terpajan ulang dengan antigen yang sama Terbentuk antibodi Ig G

KEBERHASILAN IMUNISASI • Status imun penjamu • Faktor genetik penjamu • Kualitas dan kuantitas

KEBERHASILAN IMUNISASI • Status imun penjamu • Faktor genetik penjamu • Kualitas dan kuantitas vaksin Cara pemberian dosis pemberian frekuensi pemberian ajuvan yang digunakan jenis vaksin : vaksin hidup

1. Imunisasi Aktif • Definisi: pemberian antigen pada inang untuk menginduksi pembentukan antibodi dan

1. Imunisasi Aktif • Definisi: pemberian antigen pada inang untuk menginduksi pembentukan antibodi dan imunitas seluler. • Tujuan: menginduksi perlindungan terhadap berbagai bahan infeksius

 • Bahan: materi yang diinaktivasi (mati) atau bahan hidup yang dilemahkan • Lebih

• Bahan: materi yang diinaktivasi (mati) atau bahan hidup yang dilemahkan • Lebih disukai karena: a. kadar antibodi tinggi dipertahankan dalam jangka lebih lama b. frekuensi pemberian lebih jarang c. secara beriringan membentuk imunitas seluler

2. Imunisasi Pasif • Definisi: pemindahan imunitas pada inang menggunakan produk imunologis yang sudah

2. Imunisasi Pasif • Definisi: pemindahan imunitas pada inang menggunakan produk imunologis yang sudah terbentuk • Tujuan: memberikan perlindungan terhadap antigen • Bahan: Imunoglobulin

 • Sasaran : • Individu yang tidak mampu membentuk antibodi (agammaglobulinemia kongenital) •

• Sasaran : • Individu yang tidak mampu membentuk antibodi (agammaglobulinemia kongenital) • Pencegahan penyakit ketika waktu tidak memungkinkan imunisasi aktif (misal: pasca paparan) • Terapi penyakit tertentu yang secara normal dicegah dengan imunisasi (misal: tetanus) • Terapi dalam kondisi imunisasi aktif tidak tersedia atau tidak dapat dilaksanakan (misal: tergigit ular)

JENIS VAKSIN 1. Vaksin Hidup Attenuated bakteri atau virus hidup yang dilemahkan dengan cara

JENIS VAKSIN 1. Vaksin Hidup Attenuated bakteri atau virus hidup yang dilemahkan dengan cara pembiakan berulang-ulang harus dpt berkembang biak respon imun = infeksi alamiah bersifat labil, rusak oleh panas & cahaya contoh: campak, mumps, rubela, polio (virus) BCG, demam tifoid oral (bakteri)

2. Vaksin Inactivated bakteri, virus/ komponennya yg dibuat tidak aktif dgn pemanasan atau bahan

2. Vaksin Inactivated bakteri, virus/ komponennya yg dibuat tidak aktif dgn pemanasan atau bahan kimia tidak dapat replikasi seluruh dosis ag tidak dapat menyebabkan penyakit tidak dipengaruhi oleh ab yg beredar selalu membutuhkan dosis ganda sedikit atau tidak menimbulkan respon seluler contoh: difteri, tetanus (toksoid) haemophilus influenza(polisakarida)

TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI • Sebelum melakukan imunisasi • memberitahu risiko vaksinasi dan tdk

TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI • Sebelum melakukan imunisasi • memberitahu risiko vaksinasi dan tdk imunisasi • persiapan bila terjadi reaksi ikutan • baca dgn teliti informasi produk • tinjau apakah ada kontraindikasi • periksa pasien dan beri antipiretik bila perlu • periksa kondisi vaksin (warna, kadaluarsa) • pemberian sesuai jadwal • berikan vaksin dengan tehnik yang benar

 • Setelah pemberian imunisasi • berilah petunjuk kpd pengasuh/ortu apa yg harus dikerjakan

• Setelah pemberian imunisasi • berilah petunjuk kpd pengasuh/ortu apa yg harus dikerjakan dalam kejadian reaksi biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat • catat imunisasi dalam rekam medis • laporkan hasil imunisasi ke Dinkes • periksa status imunisasi keluarga yg lain

Penyimpanan Vaksin • Aturan umum: sebagian besar harus didinginkan pada suhu 2 -8 o

Penyimpanan Vaksin • Aturan umum: sebagian besar harus didinginkan pada suhu 2 -8 o C DPT, Hib, hepatitis B, hepatitis A (tdk beku) OPV, Yellow fever (dapat dalam kead. beku) Pengenceran Vaksin kering yang beku harus diencerkan Dengan pelarut khusus Digunakan dalam periode waktu tertentu, mis vaksin campak yg telah diencerkan cepat berubah warna pada suhu kamar.

Pembersihan kulit Tempat suntikan harus dibersiihkan (antiseptik) Pemberian suntikan Sebagian besar secara IM atau

Pembersihan kulit Tempat suntikan harus dibersiihkan (antiseptik) Pemberian suntikan Sebagian besar secara IM atau SK dalam kecuali OPV per oral dan BCG scr intradermal Petugas harus menguasai teknik dasar

Perlu diperhatikan pada anak sebelum imunisasi • • • Pernah mengalami kejadian ikutan yg

Perlu diperhatikan pada anak sebelum imunisasi • • • Pernah mengalami kejadian ikutan yg berat Alergi terhadap bahan dalam vaksin Sedang terapi steroid, radioterapi/kemotx Menderita sakit yg menurunkan imunitas Tinggal serumah dg org lain yg imunitasnya turun atau dalm terapi yg menurunkan imun • Bulan lalu mendapat vaksin virus hidup (campak, poliomielitis, rubela) • Pada 3 bln lalu mendpt imunoglobulin/ transfusi darah

Pemberian Paracetamol sesudah imunisasi • Mengurangi ketidaknyamanan pasca imunisasi • Dosis 15 mg/kgbb kepada

Pemberian Paracetamol sesudah imunisasi • Mengurangi ketidaknyamanan pasca imunisasi • Dosis 15 mg/kgbb kepada bayi/anak, 3 -4 X/hr Reaksi KIPI § Reaksi lokal di tempat suntikan atau reaksi umum § Derajat ringan selama 1 -2 hari § Lokal: kemerahan, gatal, nyeri kompres hangat teraba benjolan kecil agak keras beberapa minggu atau lebih tidak perlu tindakan

 • BCG • 2 -6 mgg dapat timbul papula semakin besar ulserasi selama

• BCG • 2 -6 mgg dapat timbul papula semakin besar ulserasi selama 2 -4 bln sembuh perlahan dgn menimbulkan jaringan parut. • Bila ulkus keluar cairan kompres antiseptik • Bila cairan tambah banyak, koreng semakin besar ditambah pembesaran kelenjar regional (aksila) dibawa ke dokter

 • Hepatitis B jarang terjadi, demam yg agak tinggi lokal seperti pada umumnya

• Hepatitis B jarang terjadi, demam yg agak tinggi lokal seperti pada umumnya (sementara) • DPT demam tinggi, rewel lokal seperti pada umumnya • DT lokal seperti pada umumnya

 • Polio oral sangat jarang terjadi reaksi KIPI • Campak dan MMR ü

• Polio oral sangat jarang terjadi reaksi KIPI • Campak dan MMR ü lokal: rasa tidak nyaman ü 5 -12 hr setelah imunisasi dapat timbul : demam tidak tinggi atau erupsi kulit halus yg berlangsung kurang dari 48 jam ü 3 mgg pasca imunisasi dapat timbul: pembengkakan KGB di belakang telinga

Vaksinasi BCG • BCG adlh vaksin hidup dari M. bovis yang dibiakkan berulang selama

Vaksinasi BCG • BCG adlh vaksin hidup dari M. bovis yang dibiakkan berulang selama 1 -3 tahun basil yg tidak virulen tapi masih punya imunogenitas • Menimbulkan sensitivitas terhdp tuberkulin • Vaksin BCG Biofarma Bandung • Tidak mencegah infeksi TB tapi mengurangi risiko TB berat seperti meningitis TB, TB milier • Efek proteksi 8 -12 mgg pasca imunisasi, bervariasi antara 0 -80% tergantung vaksin, lingkungan dengan M. atipik dan faktor penjamu (umur, gizi dll)

 • Diberikan scr intradermal 0, 10 ml (anak) 0, 05 ml (bayi baru

• Diberikan scr intradermal 0, 10 ml (anak) 0, 05 ml (bayi baru lahir) • Sebaiknya pada deltoid kanan (bila ada limfadenitis (aksila) lebih mudah terdeteksi. • Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada 2 -8 o C, tidak boleh beku, yang telah diencerkan hrs dibuang dlm 8 jam. • Diberikan pada umur kurang atau tepat 2 bulan. • Sebaiknya diberikan pada anak dengan uji Mantoux (tuberkulin) negatif.

KIPP • Penyuntikan BCG yang benar menimbulkan ulkus lokal yg superfisial. Ulkus yg biasanya

KIPP • Penyuntikan BCG yang benar menimbulkan ulkus lokal yg superfisial. Ulkus yg biasanya tertutup krusta sembuh dlm 2 -3 bln meninggalkan parut bulat dgn diameter 4 -8 mm. • Apabila dosis terlalu tinggi ulkus yang timbul lebih besar, namun apabila penyuntikan terlalu dalam parut yg terjadi tertarik ke dalam Limfadenitis supuratif kadang dijumpai (aksila/ leher) sembuh sendiri.

Kontraindikasi BCG • • Reaksi uji tuberkulin > 5 mm Sedang menderita HIV, imunokompromise

Kontraindikasi BCG • • Reaksi uji tuberkulin > 5 mm Sedang menderita HIV, imunokompromise Anak menderita gizi buruk Sedang menderita demam tinggi Menderita infeksi kulit yang luas Pernah sakit tuberkulosis Kehamilan

Rekomendasi BCG • BCG diberikan pada bayi <= 2 bulan • Pada bayi yg

Rekomendasi BCG • BCG diberikan pada bayi <= 2 bulan • Pada bayi yg kontak erat dgn px TB dg BTA(+3) sebaiknya diberikan INH profilaksis dulu, kalau kontaknya sudah tenang dapat diberi BCG • BCG jangan diberikan pada bayi atau anak dengan imunodefisiensi, mis HIV, gizi buruk dan lain-lain

Vaksinasi Hepatitis B • Imunisasi Pasif Ø Pemberian imunoglobulin (sebelum/sesudah) Misal: IG/ISG (Immune Serum

Vaksinasi Hepatitis B • Imunisasi Pasif Ø Pemberian imunoglobulin (sebelum/sesudah) Misal: IG/ISG (Immune Serum Globulin) atau HBIG (Hepatitis B Immune Globulin) Ø Indikasi utama: -Paparan darah yg mgandung Hbs. Ag -Paparan seksual dgn pengidap Hbs. Ag (+) -Paparan perinatal, ibu Hbs. Ag(+), <48 jam

Ø Dosis: • Kecelakaan jarum suntik: 0, 06 ml/kg, maks 5 ml, IM, harus

Ø Dosis: • Kecelakaan jarum suntik: 0, 06 ml/kg, maks 5 ml, IM, harus diberikan dlm jangka 24 jam, diulang 1 bulan kemudian. • Paparan seksual: dosis tunggal 0, 06 ml/kg, IM, harus diberikan dalam jangka waktu 2 mgg, maks 5 ml. • Paparan perinatal: 0, 5 ml IM

Imunisasi Aktif Hepatitis B • Pemberian partikel Hbs. Ag yang tidak infeksius • 3

Imunisasi Aktif Hepatitis B • Pemberian partikel Hbs. Ag yang tidak infeksius • 3 jenis : -Berasal dari plasma -Dibuat dengan tehnik rekombinan (rek. genetik) -Polipeptida

 • Vaksin yang beredar beserta dosis: • Hevac-B (Aventis Pasteur), dws 5 ug,

• Vaksin yang beredar beserta dosis: • Hevac-B (Aventis Pasteur), dws 5 ug, anak 2, 5 ug, pada ibu Hbe. Ag (+) dosis 2 X • Hepaccine (Cheil Sugar), dws: 3 ug, anak 1, 5 ug. • B-Hepavac II (MSD), dws: 10 ug, anak 5 ug. • Hepa-B (Korean green Cross), dws; 20 ug, anak 10 ug. • Engerix-B (GSK), dws 20 ug, anak 10 ug. Penyuntikan scr IM pada deltoid/paha anterolat

JADWAL PEMBERIAN HEP. B • Vaksinasi awal (primer) 3 X • Jarak antara suntikan

JADWAL PEMBERIAN HEP. B • Vaksinasi awal (primer) 3 X • Jarak antara suntikan I dan ke II 1 -2 bln, suntikan ke III diberikan 6 bln dari yang ke I. • Pemberian booster 5 tahun kemudian masih belum ada kesepakatan. • Pemeriksaan Anti-HBs pasca imunisasi setelah 3 bulan dari suntikan terakhir • Skrining pravaksinasi (pada praktek swasta perorangan)

Reaksi KIPI • Umumnya ringan, nyeri, bengkak, panas mual, nyeri sendi & otot Kontra

Reaksi KIPI • Umumnya ringan, nyeri, bengkak, panas mual, nyeri sendi & otot Kontra Indikasi Belum ada, terkecuali ibu hamil Tanggap kebal rendah dapat ok: Usia tua, pemberian di bokong, anak gemuk, pasien hemodialisis/ transplantasi, obat imunosupresif, lekemia/ keganasan, DM tipe I, HIV, peminum alkohol.

Difteri, Pertusis dan Tetanus • Toksoid Difteria, vaksin aseluler, toksoid tetanus • Kadar antibodi

Difteri, Pertusis dan Tetanus • Toksoid Difteria, vaksin aseluler, toksoid tetanus • Kadar antibodi protektif setelah DTP 3 kali mencapai 0, 01 IU atau lebih • Reaksi lokal: merah, bengkak, nyeri Reaksi umum: demam ringan, jarang hiperpireksia, kejang.

 • DPT dasar diberikan 3 X sejak umur 2 bln dg interval 4

• DPT dasar diberikan 3 X sejak umur 2 bln dg interval 4 -6 mgg, ulangan (DPT 4) diberikan 1 thn setelah DPT 3. • DPT 5 pada umur 5 -7 tahun • DPT 6 pada umur 12 tahun • Dosis DPT/DT 0, 5 ml, IM baik untuk imunisasi dasar dan ulangan.

VAKSIN VIRUS POLIO ORAL • Virus hidup tetapi sudah dilemahkan. • Virus polio tipe

VAKSIN VIRUS POLIO ORAL • Virus hidup tetapi sudah dilemahkan. • Virus polio tipe 1, 2, 3 • Digunakan scr rutin sjk bayi lahir dg dosis 2 tts per oral. • Virus ini menempatkan diri di usus dan memacu pembentukan antibodi dlm darah, maupun epitel usus sebagai pertahanan lokal. • Penerima vaksin terlindungi setelah dosis tunggal pertama, tiga dosis berikutnya memberikan imunitas jangka lama (3 tipe)

 • harus disimpan tertutup pada suhu 2 -8 o C • Vaksin sangat

• harus disimpan tertutup pada suhu 2 -8 o C • Vaksin sangat stabil, akan kehilangan potensi bila dibuka krn perubahan PH setelah terpapar dengan udara. • Dapat disimpan pada 20 o C. Dicairkan dg cara ditempatkan antara dua telapak tgn, dijaga agar tidak berubah warna (merah muda-oranye muda) sbg indikator PH

 • Imunisasi dasar (polio 0, 1, 2, 3) diberikan 2 tetes per oral

• Imunisasi dasar (polio 0, 1, 2, 3) diberikan 2 tetes per oral dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. • Polio 0 diberikan saat bayi baru pulang dari rumah sakit. • Imunisasi ulangan diberikan 1 tahun setelah polio 4, selanjutnya saat 5 -6 tahun

 • KIPI dapat berupa pusing, diare ringan, sakit otot, jarang sekali poliomielitis (tapi

• KIPI dapat berupa pusing, diare ringan, sakit otot, jarang sekali poliomielitis (tapi tetap waspada) • Indikasi kontra Penyakit akut/demam > 38, 5 o. C, muntah/ diare Terapi KS, imunosupresif, radiasi, keganasan ibu hamil < 4 bln, bersama vaksin tifoid oral, Pada penderita imunosupresi beri IPV

Vaksinasi Campak • 2 Jenis : - virus hidup dan dilemahkan - virus yang

Vaksinasi Campak • 2 Jenis : - virus hidup dan dilemahkan - virus yang dimatikan • Reaksi KIPI : Biasanya terjadi pada imunisasi ulangan. Dapat berupa demam >39, 5 o. C pada hari ke 5 -6 berlangsung 2 hari. Ruam pada hari ke 7 -10, berlangsung 2 -4 hari

 • Campak diberikan pada umur 9 bln, dgn dosis 0, 5 ml SK

• Campak diberikan pada umur 9 bln, dgn dosis 0, 5 ml SK dalam/ IM. Diulang usia 5 -7 tahun. • Diulang juga, bila: -imunisasinya pada usia < 1 thn -terjadi KLB (diberikan pada SD, SMP, SMA) -imunisasinya vaksin inaktif, imunoglobulin -catatan imunisasi tidak ada Kontra indikasi: demam tinggi, tx imunosupresi, hamil, alergi, tx imunoglobulin

VAKSIN NON - PPI • • Haemophilus Influenzae tipe b Measles, Mumps, Rubella (MMR)

VAKSIN NON - PPI • • Haemophilus Influenzae tipe b Measles, Mumps, Rubella (MMR) Varisela Demam tifoid Hepatitis A Influenza Pneumokokos

HASIL PENELITIAN • Prayogo dkk di tahun 2009 tentang kelengkapan imunisasi dasar pada anak

HASIL PENELITIAN • Prayogo dkk di tahun 2009 tentang kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 1 -5 tahun di RW 04 kelurahan Jati Jakarta Timur yaitu tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada anak. Namun kecenderungan yang terlihat anak kelompok responden dengan tingkat pengetahuan yang kurang memiliki kemungkinan lebih besar mengalami ketidaklengkapan imunisasi dasar.

 • Hasil penelitian Rahmi (2018) pengetahuan ibu tidak mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap

• Hasil penelitian Rahmi (2018) pengetahuan ibu tidak mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi karena ibu dengan pengetahuan rendah tetap mengimunisasi bayinya dan status imunisasi bayinya lengkap.

 • Hasil penelitian Pamungkas (2016) dengan judul hubungan jumlah anak dalam keluarga dengan

• Hasil penelitian Pamungkas (2016) dengan judul hubungan jumlah anak dalam keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar anak di desa Sukowiryo Kecamatan Jelbuk kabupaten Jember dengan hasil p value 1, 00 yaitu tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan kelengkapan status imunisasi pada anak. Hal ini dikarenakan sebagian besar ibu telah melengkapi imunisasi anaknya dan telah merencanakan jumlah anak yang dimiliki sehingga mempengaruhi korelasi antara jumlah anak dalam keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar anak.

 • Menurut Rahmi (2018) walaupun tidak ada pengaruh antara jumlah anak terhadap status

• Menurut Rahmi (2018) walaupun tidak ada pengaruh antara jumlah anak terhadap status imunisasi namun dapat disimpulkan bahwa ibu yang memiliki anak lebih dari 2 orang lebih banyak tidak mengimunisasi anaknya dengan lengkap sedangkan ibu yang memiliki jumlah anak kurang dari 2 mengimunisasi anaknya lebih lengkap.

 • Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismet (2013) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang

• Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismet (2013) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita di Desa Botubarani Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango didapatkan hasil p value 0, 00 yang artinya ada hubungan sikap/pelayanan petugas kesehatan terhadap kelengkapan imunisasi dasar bayi.

 • Hasil penelitian Rahmi (2018) nilai p 0, 001 yang artinya ada pengaruh

• Hasil penelitian Rahmi (2018) nilai p 0, 001 yang artinya ada pengaruh sikap petugas kesehatan terhadap kelengkapan status imunisasi sikap petugas kesehatan dalam meberikan pelayanan imunisasi berkontribusi untuk kelengkapan imunisasi dasar pada anak. Sikap petugas yang ramah dan professional akan memberikan dampak yang positif bagi keluarga sehingga keluarga termotivasi untuk mengimunisasi bayinya dengan lengkap. dasar pada bayi.

 • Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Umbul (2014) dengan judul faktor yang

• Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Umbul (2014) dengan judul faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar di kelurahan Krembangan Utara dengan hasil p value 0, 001 yang bermakna ada hubungan dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar.

 • Hasil penelitian Rahmi (2018) didapatkan nilai p 0, 001 yang artinya ada

• Hasil penelitian Rahmi (2018) didapatkan nilai p 0, 001 yang artinya ada pengaruh dukungan keluarga untuk imunisasi dengan kelengkapan status imunisasi pada bayi. Dukungan dari keluarga terutama yang serumah dengan Ibu menjadi kekuatan emosional tersendiri bagi ibu untuk mengimunisasi anaknya secara lengkap. Keluarga tidak hanya menemani saat imunisasi tetapi juga merawat bayi yang demam dan rewel akibat imunisasi. Ibu menjadi tidak khawatir dan tidak disalkahkan apabila anak demam dan rewel setelah imunisasi.

 • Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Prayogo, dkk (2009) menyatakan

• Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Prayogo, dkk (2009) menyatakan tidak adanya hubungan jarak tempat pelayanan imunisasi dengan kelengkapan imunisasi pada anak.

 • Hasil penelitian Rahmi (2018) didapatkan nilai p 0, 50 yang artinya tidak

• Hasil penelitian Rahmi (2018) didapatkan nilai p 0, 50 yang artinya tidak ada pengaruh antara jarak rumah Ibu dengan kelengkapan status imunisasi pada bayi. Ibu yang tinggalnya jauh dari puskesmas dan posyandu malah lengkap mengimunisasi bayinya hal ini disebkan karena pengetahuan Ibu yang tinggi tentang imunisasi, pendidikan Ibu juga sarjana dan sangat didukung oleh keluarganya.

 • Penelitian Rahmi (2018) pada analisis multivariat didapatkan bahwa faktor yang paling dominan

• Penelitian Rahmi (2018) pada analisis multivariat didapatkan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar adalah dukungan keluarga dengan nilai OR 12, 73, artinya keluarga yang mendukung program imunisai 12 kali lebih lengkap status imunisasi dasar anaknya dibandingkan dengan keluarga yang tidak mendukung program imunisasi.

 • Dukungan dari keluarga terutama yang serumah dengan Ibu menjadi kekuatan emosional tersendiri

• Dukungan dari keluarga terutama yang serumah dengan Ibu menjadi kekuatan emosional tersendiri bagi ibu untuk mengimunisasi anaknya secara lengkap. Keluarga tidak hanya menemani saat imunisasi tetapi juga merawat bayi yang demam dan rewel akibat imunisasi. Ibu menjadi tidak khawatir dan tidak disalakahkan apabila anak demam dan rewel setelah imunisasi.

SELAMAT BELAJAR

SELAMAT BELAJAR