ILMU PEMULIAAN TERNAK Bertujuan untuk meningkatkan produktifitas sifatproduksi
ILMU PEMULIAAN TERNAK Bertujuan : untuk meningkatkan produktifitas (sifatproduksi dan reproduksi) suatu ternak melalui peningkatan mutu genetiknya dengan jalan melakukan seleksi dan perkawinan (breeding). Cara memanipulasinya yaitu dengan 2 cara yaitu : 1. Seleksi dan 2. Breeding Seleksidan. Breeding Seleksi dilakukan untuk meningkatkan rataan dalam suatu sifat kearah yang lebih baik dan diikuti oleh peningkatan keseragaman atau dengan kata lain mengalami penurunan keseragaman atau simpangan baku. Breeding dapat kita ketahui perbaikan genetic ternak yang telah dikawinkan, baik yang nampak Homozigot Dominan atau Homozigot Resesif. Secara umum, ilmu ini berusaha menjelaskan dan menerapkan prinsip- prinsip genetika ( dengan bantuan cabang- cabang biologi lain ) dalam kegiatan pemuliaan.
Akhirnya, Kambing Sumatera Itu Mati di Kebun Binatang Medan was first posted on January 19, 2014 at 3: 14 pm.
seleksi Fungsi dari seleksi dalam suatu populasi adalah mengubah frekuensi gen yang ada dalam populasi tersebut. Seleksi yang konsisten untuk suatu sifat yang diinginkan seperti laju pertambahan bobot badan per hari akan meningkatkan frekuensi gen yang menentukan pertambahan bobot badan yang tinggi dan tentunya frekuensi gen tsb sehingga rata-rata populasi akan berubah. Secara umum seleksi dapat dibagi atas dua macam, yaitu : Seleksi alam (natural selection) dimana seleksi terjadi secara spontan akibat pengaruh alam. Seleksi buatan (artificial selection) seleksi terhadap ternak/hewan yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Metode Seleksi Dalam melaksanakan seleksi untuk tujuan pemuliaan ternak ada beberapa metode yang dikenal dan dilaksanakan oleh para pemulia ternak untuk memperoleh performans yang maksimum dari populasinya baik untuk ternak bibit maupun ternak komersial. Ada empat buah metode seleksi yaitu : 1. Tandem method 2. Independent culling Level 3. Indeks 4. MPPA/ERPA 1. Tandem method Seleksi dilaksanakan secara bertahap dari bebrapa sifat/performans yang dipertimbangkan. Seleksi suatu sifat tertentu dilaksanakan dari generasi ke generasi berikutnya secara kontinyu, sampai sifat tersebut mencapai performans maksimal. Lalu dihentikan, lanjut dengan seleksi sifat yang lain, juga secara kontinyu dari generasi ke generasi, begitu seterusnya. Efektif apabila dilihat dari segi progress masing-masing sifat yang dikehendaki. Efisiensinya tergantung pada korerlasi genetic antara sifat yang dikehendaki. Kebaikan : efektif dan efisien (tergantung korelasi) Keburukan : waktu lama Metode ini jarang dipergunakan
2. Independent culling Level Seleksi dilakukan terhadap beberapa sifat yang dianggap ekonomis secara bersamaan. Contoh : seleksi calon induk babi berdasar jumlah anak yang dilahirkan (litter size) dan berat lahir anaknya. Dari 50 ekor induk yang tersedia dipilih 20 ekor induk Setiap induk dicatat data jumlah anak yang dilahirkan Setiap anak yang lahir ditimbang bobot badannya (dilihat performans berat lahirnya) Diadakan ranking terhadap 50 ekor induk berdasarkan jumlah anak yang dilahirkan Diadakan pemilihan 35 ekor induk dengan ranking teratas, 15 ekor diculling. Diranking lagi berdasarkan rata-rata bobot lahir anaknya Dipilih 20 ekor induk ranking teratas, 15 ekor diculling Keburukan : 1. Improvement lebih rendah/lambat dari tandem method 2. Terjadi kehilangan kesempatan memperoleh performans sifat kedua (berat lahir), karena mungkin saja yang masuk 15 terbawah berat lahir anak lebih tinggi daripada yang masuk 35 ranking atas berdasarkan jumlah anak. Begitu juga sebaliknya dari yang dipilih sebanyak 20 ekor ranking atas, kemungkinan 15 ranking bawah jumlah anak lebih banyak. Kebaikan : efisiens karena menyeleksi sifat sekaligus secara bersamaan.
3. Indeks - Selection Index Metode ini menyangkut penentuan nilai masing-masing sifat yang diseleksi dan nilai ini akan memberikan sejumlah score (nilai) yang menjadi indeks ternak yang bersangkutan. Ternak dengan total score tertinggi (indeks) tertinggi dipilih untuk tujuan seleksi. Penting diperhatikan adalah masing-masing sifat memiliki koefisien (bobot) yang berbeda-beda tergantung pada nilai ekonominya. Penentuan koefisien masing-masing sifat dipengaruhi oleh banyak factor menyangkut demand konsumen, harga pasaran, biaya produksi, dsb. Sehingga penentuan koefisien secara kasar dapat diperkirakan berdasarkan atas persentase saja dengan mengingat total koefisien semau sifat yang dipakai untuk menentukan indeks adalah 1 atau 100%. Contoh : seleksi calon pejantan sapi Bali dari populasi berdasarkan berat lahir dan berat sapih. Penentuan indek bobot sapih lebih tinggi dari berat lahir karena berat sapih berhubungan dengan laju pertumbuhan sampai dewasa. Misal koefisien berat lahir = 0, 4 dan koefisien berat sapih = 0, 6 Indeks = a. X 1 + b. X 2 X 1 = berat lahir X 2 = berat sapih a = koefisien berat lahir b = koefisien berat sapih Maka indeks masing-masing sapi dapat dihitung : I = 0, 4 X 1 + 0, 6 X 2 Contoh indeks pada beef cattle menurut Rice et. al (1970) adalah I = X 1 + 7, 72 X 2 X 1 = berat sapih X 2 = score tipe/konformasi
4. MPPA (Most Probable Producing Ability) / ERPA (Estimated Real Producing Ability) Adalah suatu cara untuk menduga kemampuan berproduksi seekor sapi perah betina. Kedua metode ini pada prinsipnya adalah sama. a. Metode MPPA Rumus MPPA = - ) Keterangan : MPPA = Most Probable Producing Ability n = Jumlah pengamatan (laktasi) r = Angka pengulangan = rataan produksi sapi yang diukur = rataan produksi populasi b. Metode ERPA Rumus ERPA = - H) Keterangan ERPA = Estimated Real Producing Ability H = Rataan produksi herdmatenya Jadi perbedaan MPPA dan ERPA adalah bahwa pada MPPA, rataan produksi sapi betina diperbandingkan dengan produksi populasinya. Sedangkan pada ERPA dibandingkan dengan produksi herdmatenya. Herdmate adalah semua induk dalam suatu peternakan yang sama, yang beranak dalam waktu relative bersamaan, tetapi bukan saudara tiri sebapak.
PARAMETER GENETIK A. B. C. D. E. Pengertian Heritabilitas Repitabilitas Korelasi Genetik Nilai Pemuliaan
Pengertian Parameter Genetik Besaran yang menggambarkan kondisi genetik organisme, sehingga dapat dipredisksikan dalam nilai tertentu.
Pengertian Parameter Genetik l l l Parameter genetik untuk karakteristik tertentu dapat diukur dan diprediksikan besarnya. Sangat terkait dengan seleksi untuk meningkatkan mutu genetik ternak. Paling banyak diterapkan untuk sifat kuantitatif. Jika diterapkan pada sifat kualitatif, maka perlu SCORING, yaitu : dari data kualitatif dikuantitatifkan. Pendugaan parameter genetik mutlak diperlukan untuk melakukan seleksi. Tanpa parameter gentik, kita tidak dapat melakukan seleksi dengan baik.
Mengapa parameter genetik penting?
Parameter Genetik Yang Penting Heritabilitas l Repitabilitas l Korelasi Genetik l Nilai Pemuliaan (EBV) l MPPA, dll. l
BY: Ir. Suyatno, M. Si. Program Studi Peternakan Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang
Heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bagian dari keragaman total (yang diukur dengan ragam) dari suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik. Ragam fenotipik (�p) adalah jumlah dari ragam genetik (�g) dan ragam lingkungan (�E). Ragam genetik merupakan penjumlahan dari ragam genetik additif (�A), ragam genetik dominan (�D) dan ragam genetik epistasis (�I). Akan tetapi, taksiran pengaruh genetik additif biasanya lebih penting dari pengaruh genetik total. Oleh karena itu, sekarang dalam pustaka dan penelitian pemuliaan ternak, istilah heritabilitas biasanya menunjukkan taksiran bagian ragam genetik aditif terhadap ragam keturunan.
Estimasi nilai heritabilitas beberapa sifat ekonomis penting pada ternak domba diungkapkan Lasley (1978) yang meliputi: nilai heritabilitas jumlah anak yang dilahirkan adalah 0, 10 – 0, 15; bobot lahir 0, 30 – 0, 35; bobot sapih 0, 30 – 0, 35 ; bobot umur satu tahun 0, 40 – 0, 45; pertambahan bobot badan setelah disapih 0, 40 – 0, 45; tipe tubuh 0, 20 – 0, 25 dan skor kondisi 0, 10 – 0, 15. Sifat-sifat ekonomi yang penting pada ternak ayam antara lain: mortalitas ayam dara, mortalitas ayam petelur, produksi telur, konversi ransum, dan bobot badan. Sifat-sifat ekonomi penting pada ayam broiler antara lain: fertilitas telur, daya tetas, produksi telur dan ukuran telur. Rendahnya nilai heritabilitas bukan hanya disebabkan olah rendahnya variasi genetik namun lebih banyak ditentukan oleh tingginya variasi lingkungan. Heritabilitas merupakan salah satu pertimbangan paling penting dalam melakukan evaluasi ternak, metode seleksi dan sistem perkawinan. Secara lebih spesifik heritabilitas merupakan bagian dari keragaman total pada sifat-sifat yang disebabkan oleh perbedaan genetik diantara ternak-ternak yang diamati. Heritabilitas merupakan perbandingan antara ragam genetik terhadap ragam fenotipik.
Pengertian Heritabilitas Pewarisan Sifat Berapa Tingkat Pewarisan suatu Sifat? ? ? ? HERITABILITAS (Koefisien Pewarisan Sifat)
Arti Heritabilitas : Ada 2 arti Arti Luas (H 2) Proporsi ragam genetik terhadap fenotip. Arti Sempit (h 2) Proporsi ragam aditif terhadap ragam fenotip.
A: Gen Aditif D : Gen Dominan I : Epistasi
2 2 2 H = 2 HERITABILITAS (H 2) : merupakan proporsi antara Ragam Genetik terhadap Ragam Fenotip
2 2 2 h = 2 2 2 Heritabilitas (h 2) : merupakan proporsi antara Ragam Aditif terhadap Ragam Fenotip
Kepentingan Heritabilitas : Heritabilitas memberikan gambaran bbrp hal sbb: • Berapa besar kemampuan meariskan suatu sifat. • Bagaimana faktor genetik menentukan produktivitas sifat yang dpt diukur. • Berapa proporsi fenotipik yang disebabkan oleh variasi Nilai Pemuliaan.
Nilai Heritabilitas 2 (h ) Nilai heritabilitas SUATU SIFAT berkisar antara : • 0 – 0. 1 atau 0 – 10% : RENDAH atau • 0, 1 -0, 3 atau 10 -30% : SEDANG • > 0, 3 atau >30% : TINGGI • Semakin mendekati 0 : suatu sifat makin ditentukan lingkungan. • Semakin mendekati angka 1 atau 100% semakin ditentukan faktor genetik.
Beberapa Nilai Heritabilitas Ternak Sapi Perah Sifat Prod. Susu 0, 2 – 0, 3 % Protein 0, 4 – 0, 5 % Lemak 0, 5 – 0, 6 Interval Beranak Kambing Perah h 2 0 – 0, 1 Prod. Susu 0, 3 – 0, 4 % Protein 0, 4 – 0, 6 % Lemak 0, 4 – 0, 6
Ternak Sapi Potong Sifat Berat Lahir 0, 35 – 0, 45 Berat Sapih 0, 25 – 0, 35 Berat Dewasa % Karkas Domba h 2 0, 5 – 0, 7 0, 35 – 0, 45 Interval Beranak Berat Lahir 0 – 0, 15 0, 1 – 0, 3 Berat Sapih 0, 1 – 0, 3 Berat Dewasa 0, 2 – 0, 4
Metode Penaksiran h 2 1. Metode Regresi Anak-Tetua (Parent-Offspring Regression) 2. Korelasi Saudara Tiri Sebapak (Paternal halfsib correlation) 3. Analisis Saudara Kandung (Fullsib Analysis)
Regresi Tetua-Anak (Perent-Offspring Regression) l l l Data karakteristik tertentu dari anak diregresikan terhadap tetua. Metode yang banyak digunakan dan relatif sederhana. Ketelitian cukup tinggi. Secara teoritis anak memperoleh separoh gen dari kedua orang tuanya, oleh karena itu kovarian antara tetua dan anak diharapkan untuk memasukkan setengah dari ragam genetik aditif untuk suatu sifat. Apabila hubungan hanya terjadi pada satu dari kedua orang tuanya , maka regresi harus dikalikan dua untuk menghitung heritabilitas.
company name organization • Data suatu karakteristik dikumpulkan dari ANAK dan Salah satu Orangtua. • Data anak sebagai variabel Y, dan data Orangtua sebagai variabel X. • Mengikuti persamaan garis regresi linier : Y = a + b. X b : Koefisien Regresi
Rumus h 2 = 2 x b b : Koefisien Regresi Dari Tabel ANAKOVA
Tabel Anakova Sumber Komponen db xy Ragam Peragam x 2 Keragaman Antar Kelompok Tnk 257 22, 16 7, 34 Dalam 556 33, 38 0, 53 Kelompok Tnk b = 0, 0189/0, 06 = 0, 315 h 2 = 2 x 0, 315 = 0, 63 0, 06 0, 0189
Data X dan Y n n n Misalnya : Terdapat 10 pejantan kambing PE. Tiap pejantan mempunyai anak 1 ekor. Data Berat Lahir Pejantan dan ANak ditimbang (kg) Data BL Pejantan sebagai variabel X dan BL anak sebagai variabel Y. Hasil penimbangan sbb. :
Data BL Pejantan dan Anak BL Pejantan (X) BL Anak (Y) 3. 6 2. 8 3 3 2. 2 2 2. 5 2. 9 3. 4 3. 2 3. 1 2. 7 3. 4 2. 6 2. 3 3 2. 9 2. 4 2. 7 2
X Y X 2 Y 2 XY 3. 6 2. 8 3 2. 5 2. 9 3. 4 3. 2 3. 1 2. 7 3. 4 3 2. 2 2 2. 6 2. 3 3 2. 9 2. 4 2. 7 2 12. 96 7. 84 9 6. 25 8. 41 11. 56 10. 24 9. 61 7. 29 11. 56 9 4. 84 4 6. 76 5. 29 9 8. 41 5. 76 7. 29 4 10. 8 6. 16 6 6. 5 6. 67 10. 2 9. 28 7. 44 7. 29 6. 8 30. 6 25. 1 94. 72 64. 35 77. 14
= 77, 14 = 0. 334 30. 6 x 25. 1 10 b= 0. 334 1. 084 = 0. 308 = 94. 72 = 1. 084 (30. 6)2 10 h 2 = 2 x 0, 308 = 0. 616 = 61. 6%
Soal Latihan di Rumah: n n n Percobaan dilakukan dengan menimbang Berat Sapih (BS) DEG. BS ditimbang pada pejantan dan anaknya. Data BS anak sudah dikoreksikan ke arah BS 100 hari. Hitung koefisien pewarisan dan artikan. Data penimbangan BS (kg) sbb. :
BS Pejantan (X) 17. 5 16 18. 1 15. 7 14. 7 16. 2 17. 1 18. 2 18. 5 16. 8 17. 7 18. 1 15. 6 15. 2 16. 4 17. 5 BS Anak (Y) 17. 8 19. 1 15. 3 18 14. 7 17. 2 18. 3 19 19. 5 17. 5 18 12 13 19. 5 17 19
REPITABILITAS
PENGERTIAN DAN MANFAAT REPITABILITAS Setiap hasil pengamatan produksi menggambarkan hasil kerja sama antara faktor genetik (G) dan faktor lingkungan (E). Apabila pengamatan dilakukan berulang kali (produksi susu, jumlah anak per induk, berat wol dst) maka pengamatan pada E yang pertama berbeda dengan E pada pengamatan kedua, demikian pula selanjutnya tidak akan sama di bawah E pada pengamatan berikutnya. Hubungan antara produksi pertama dengan produksi berikutnya pada individu tersebut diamati sebagai pengulangan penampilan produksi yang biasa disebut repitabilita s (angka pengulangan) disimbolkan dengan huruf t. repitabilitas merupakan parameter genetic yang penting dalam ilmu pemuliaan ternak selain heritabilitas. Repitabilitas dapat didefinisikan sebagai berikut : 1. repitabilitas merupakan bagian dari ragam total (Vp) suatu populasi yang disebabkan oleh karena perbedaan antar individu yang berkarakter permanen. 2. korelasi fenotipik antara performans di waktu mendatang pada satu individu. 3. menggambarkan derajat kesamaan antar pengamatan (pengukuran) yang dilakukan berulang selama masa hidup produktif seekor ternak.
Apabila repitabilitas tinggi, maka ternak tersebut menunjukan keunggulan pula pada produksi berikutnya, begitu juga sebaliknya. Repitabilitas meliputi semua pengaruh genetik ditambah pengaruh faktor lingkungan yang berkarakteristik permanen. secara lengkap rumus t dapat ditulis : t = Va + Vd + Vi + Vep + Vet MANFAAT REPITABILITAS SUATU KARAKTERISTIK 1. Dapat digunakan untuk menaksir nilai maksimum yang dapat dicapai heritabilitas 2. Dapat digunakan untuk menaksir kemampuan produksi dalam masa produktif seekor ternak. 3. Dapat digunakan untuk meningkatkan ketelitian seleksi. 4. Apabila nilai repitabilitas suatu karakteristik tinggi, maka dalam seleksi calon bibit, ternak dapat dipilih berdasarkan fenotipiknya (karakteristik yang kita ukur).
PENAKSIRAN REPITABILITAS Karena genotip seekor ternak tidak berubah selama hidupnya, maka dalam pengamatan berulang pengaruh genotype yang sama berlaku, sedang perubahan (keragaman) yang timbul antara beberapa pengamatan disebabkan oleh perubahan dalam pengaruh factor lingkungan yng berbeda. Apabila tersedia lebih dari dua catatan produksi per individu, maka repitabilitas ditaksir dengan menghitung korelasi antara semua pasangan catatan, kemudian dirata-ratakan. Pada umumnya repitabilitas lebih mudah penaksirannya karena dapat dilakukan (dibandingkan heritabilitas) atas dasar catatan produksi yang diulang dalam satu generasi yang sama tanpa menunggu generasi berikut berproduksi seperti pada penaksiran heritabilitas. Dengan menghitung korelasi antar catatan telah daoat ditaksir repitabilitas, tanpa ada catatan silsilah ternak. Oleh karena hal inilah maka sementara menunggu terkumpulnya data, heritabilitas ditaksir nilai maksimumnya melalui penaksiran ripitabilitas. Perbedaan ripitabilitas dengan heritabilitas dapat digambarkan dengan grafik yang digunakan untuk menerangkan heritabilitas dengan garis regresi. Apabila hanya ada pengaruh faktor lingkungan permanen maka repitabilitas akan lebih tinggi dibandingkan dengan heritabilitas. Repitabilitas tinggi artinya pengaruh faktor lingkungan temporer tiak dipentingkan. Dalam keadaan demikiandimungkinksn menggunakan satu catatan produksi akan cukup hemat untuk menaksir produksi di waktu yang akan datang, demikian juga untuk repitabilitas rendah.
Ripitabilitas n Ripitabilitas berarti suatu kemampuan seekor individu/kelompok ternak untuk mengulang produksi selama hidupnya. Secara statistik repitabilitas merupakan korelasi/kemiripan antara catatan. KEGUNAAN Untuk mengetahui penambahan respon dengan catatan berulang Untuk mengetahui batas nilai heritabilitas Untuk menduga performans yang akan datang berdasarkan catatan masa lalu
r vs 2 h ? ? ? n Nilai ripitabilitas selalu lebih besar atau sama dengan nilai heritabilitas Nilai Repitabilitas Beberapa Sifat pada Beberapa Ternak Jenis Ternak Sapi Perah Sapi Daging Domba Sifat Produksi Susu Persentase lemak susu Berat lahir Berat sapih Berat panen Berat lahir Berat wol Ovulation Rate Nilai Ripitabilitas 0. 40 -0. 60 0. 40 -0. 70 0. 20 -0. 30 -0. 55 0. 25 0. 30 -0. 40 0. 60 -0. 80
Heritabilitas vs Ripitabilitas Kemiripan catatan: Popula si Catatan Anak Heritabilitas h 2 Individu Sama, Catatan Berulang selama hidup Ripitabilitas (r) Perbedaan h 2 r Penurunan Pengulangan Nilai: 0 - 1 Nilai: 0 -1 : r ≥ h 2
Korelasi Genetik dan Fenotipik n Suatu perubahan sifat yang tidak diseleksi akibat sifat lain yang diseleksi disebut Respon Berkorelasi. Besarnya respon berkorelasi tergantung pada korelasi genetik antara dua sifat tersebut. Korelasi genetik kebanyakan disebabkan karena gena-gena Pleiotropi yang bekerja saling berlawanan, sedangkan korelasi fenotipik adalah total korelasi genetik dan korelasi lingkungan • Merupakan pengertian dasar suatu kekuatan respon berkorelasi, misal : bila korelasi genetik negatif, artinya ? • Berguna untuk meningkatkan suatu sifat yang sulit diseleksi, misal : pengingkatan feed intake ? • Parameter-parameter ini sangat penting dalam menduga nilai pemuliaan.
Korelasi Genetik pada beberapa Sifat Jenis Ternak Sifat yang berkorelasi Sapi Perah Unggas Produksi susu/persentasi lemak Produksi susu/persentasi protein Produksi susu/produksi lemak Berat lahir/berat sapih Berat telur/berat badan Jumlah telur/berat telur Korelasi Genetik -0. 1 s/d -. 06 -0. 1 s/d -0. 5 0. 6 s/d 0. 9 0. 2 s/d 0. 4 0. 25 s/d 0. 50 -0. 20 s/d -0. 60 -0. 25 s/d -0. 50
- Slides: 45