HUKUM ISLAM OLEH H ABDUL HALIM S Pd
HUKUM ISLAM OLEH H. : ABDUL HALIM, S. Pd. , SH. , M. Hum
Bab 1 Asas-asas Hukum Islam A. B. C. D. Hablum Minallah Hukum Publik Hukum Privat Hukum Formil (Hukum Aqdliyah) E. Hukum Ittiqodiyah/Akidah (Hablum Minallah)
Asas-asas Hukum Islam F. G. H. I. Beberapa Asas Hukum Perdata Islam Beberapa asas Hukum Pidana Islam Pembuktian Keaslian Al Qur’an Istilah Dan Pengertian Hukum Islam
Asas-asas Hukum Islam J. Pengertian Syariat K. Pengertian Ilmu Fikih L. Dasar-dasar Ilmu Fikih M. Pengertian Tentang Al Ahkam, Al Khomsah
HABLUM MINALLAH I. Ittiqoddiyah atau ibadat (akidah) atau Ketauhidan Syahadatain (dua kalimat syahadat) Salat Saum (puasa) Zakat Haji Rukun Islam, taharoh (bersuci), rukun iman, dan lain-lain.
II. Sejarah Masa Lalu (Tarikh) Sejarah Rasul-Rasul: 1) Adam Alaihissalam, 2) Nuh Alaihissalam, 3) Hud Alaihissalam, 4) Ibrahim Alaihissalam,
5) 6) 7) 8) 9) Daud Alaihissalam, Idris Alaihissalam, Ishak Alaihissalam, Sulaiman Alaihissalam, Yakub Alaihissalam,
10) 11) 12) 13) 14) Yusuf Alaihissalam, Musa Alaihissalam, Harun Alaihissalam, Isa Alaihissalam, dan lain-lain.
Ada 25 Rasul yang wajib diketahui dan Muhammad sebagai Rasul penutup.
III. Hal yang ghaib-ghaib dan hari yang akan datang Tentang surga dan neraka Tentang adzab kubur Tentang malaikat-malaikat
Tentang hari kiamat (yaumil mahsyar) Tentang hari pengadilan di yaumil mahsyar (Al-Qur’an Surah Yasin ayat 65)
IV. Tentang Urf ( Budi Pekerti) a. Akhlak b. Moral c. Etika
V. Tentang Muamalah (Hablumminannas) Hukum Publik Hukum Tata Negara Hukum Internasional Hukum Pidana Hukum Privat ada 30 macam Hukum Formil (Hukum acara)
HUKUM PUBLIK Babul Aqdiyah Sultaniyah : Hukum Tata Pemerintahan Babul Al Khlifah : Hukum Tata Negara Babul Difaiyyah : Hukum Pertahanan Babul Jihad : Hukum Peperangan
Babul Qodhaiyah : Hukum Peradilan Babus Sha’id : Hukum Perburuhan Babus Sulhu al Khilafah : Hukum Internasional Babul Al Dhabaiyah : Hukum Penyembelihan Ternak
Babul Qotilu al Diyata Badala: Hukum Benda Rampasan Perang Babul al BAhri : Hukum Laut Babul Ma’al Ardhi wal Sama’I : Hukum Air, Bumi dan Ruang Angkasa Babul Hudud : Hukuman
Babul Jinayah : Hukum Pidana/Militer Babus Shodiqu : Hukum Pencurian (QS. Surat An Nisa; ayat 38) Babus Qishos : Hukum Pembunuhan (QS. Al Baqoroh ayat 178 (Qishos) jo. QS, An Nisa’ ayat 179) Babus Zina : Hukum Berzina ( QS. An Nur ayat 4), Hukum Menuduh Berzina (Kadzab QS. An Nur ayat 4)
Babus Syahadah : Hukum Persaksian (Syahadah QS. Al Baqoroh ayat 282) Babul Fasada fil Ardhi: Hukum Merampok dan Teror (QS. Al Maidah ayat 33) Babul Syahadah wal Wasyiah: Saksi (QS. Al Maidah ayat 106) Babul Bayyinah : Hukum Pembuktian dengan Contoh Kasus Yusuf dengan Zulaiha (QS. Yusuf ayat 25, 28)
HUKUM PRIVAT Babul Buyu’ : Hukum Jual Beli Babul Riba : Hukum Riba Babul Khiyar : Hukum Wewenang Memilih Babus Salam (Hadis Rosul): Hukum Jual Beli Salam artinya Ba’s Salam (Bayar Lebih Dulu)
Babul Khafalah : Hukum Pertarungan Badan Babul Wakalah : Hukum Pemberian Kuasa Babul Ariyah : Hukum Pinjaman Benda Tak Habis Dipakai Babul Ikrar : Hukum Pengakuan
Babus Syuf’ah : Hukum Hak yang Dipunyai Pemilik Barang untuk Menarik Kembali Barangnya (QS. Al HAsyr ayat 7) (QS. Al Kahfi ayat 46) (QS. Al Anfaal Ayat 28) (QS. At Thaghabun ayat 15) Babul Qirodh : Hukum Pemberian Modal Babul Musaqoh : Hukum Pemilik Pohon
Babur Rahn : Hukum Gadai Babus Sulhu : Hukum Perikatan/Perdamaian/Perjanjian Babul Khilawah : Hukum Wesal Babul Dhoman : Hukum Pertanggungan
Babul Ijaroh : Hukum Sewa menyewa Babul Ji’ala : Hukum Pemberian Ganti Rugi Jasa Tertentu Babul Mukhabaroh : Hukum Bagi Hasil Babul Mawat : Hukum Menghidupkan Tanah Mati (Tidak Produktif) Babul Waqof : Hukum Wakaf
Babul Hibah : Hukum Hibah Babul Luqthah: Hukum Menemukan Barang Hilang Babul Lagith : Hukum Anak Hilang Babul Wadi’ah : Hukum Penitipan BArang Babun Nikah ( mu shaharoh): Hukum Pernikahan
Babul Wirasah : Hukum Kewarisan Babul Infaq dan Shodaqoh : Hukum Infaq dan Shodaqoh Babur Rodha’ah : Hukum Penyusuan Babul Ja’ Kulu Wasyrabu : Hukum Makanan dan Minuman Babul Juba’u Khilfah : Hukum Perdagangan Nasional/Internasional
D. HUKUM FORMIL ( HUKUM AQDLIYAH) Babul Qadhai’iyah : Hukum Acara Perdata Islam Babul Aqdiyah Sulthaniyah : Hukum Tata Usaha Negara Islam Babul Hudud (Jinayah)/ Uqubath : Hukum Acara Pidana
E. HUKUM ITTIQODIYAH/AKIDAH (HABLUM MINALLAH) Babul Iman (Tauhid) : a. Syahadatain b. Salat c. Saum d. Zakat e. Haji f. Rukun iman g. Rukun islam h. Urf (akhlak)
Babul Rasul : Adam s. d Muhammad Babul Malaikat : Malaikat Babus Surga dan Neraka Babus Syirathal Mustaqim
F. BEBERAPA ASAS HUKUM PERDATA ISLAM Asas Kebolehan (halal) Asas Bebas dan Sukarela Asas membawa manfaat dan menghidari mudharat Asas kebajikan Asas adil dan berimbang
Asas kekeluargaan Asas larangan merusak diri sendiri/harta benda sendiri maupun orang lain Asas bersifat mengatur dan memberi petunjuk Asas perlindungan hak milik Asas hak milik fungsi social
Asas kebebasan berusaha mampu berbuat iktikad baik dilindungi mendahulukan kewajiban dari pada hak
Asas perjanjian harus tertulis dan dua orang saksi Asas mendapatkan sesuatu harus dengan berusaha Asas risiko tangung jawab tidak boleh dipikulkan kepada orang lain
G. BEBERAPA ASAS HUKUM PIDANA ISLAM Asas Keadilan hukum Asas kepastian hukum Asas manfaat (kemanfaatan) Asas kebenaran hakiki Asas suka memaafkan
Asas tanggung jawab pidana tidak dapat dipindahkan kepada orang lain (kejahatan orangtua tidak dapat diberatkan kepada anak dan sebaliknya) Asas praduga tak bersalah Asas legalitas
Asas tidak ada hukuman bilamana tidak ada aturan hukumnya lebih dahulu bahwa azab tidak akan diturunkan Allah sebelum diutus seorang Rasul terlebih dahulu yang member petunjuk (Asas Nulum delectum nula Puna sine previa lege punale) Asas hukum tidak boleh berlaku surut, kecuali ada risiko kerugian yang amat besar.
H. PEMBUKTIAN KEASLIAN AL QUR’AN Para ahli sejarah mengakui bahwa seluruh isi Al-Qur’an ditulis dizaman Nabi Muhammad saw, kecuali Surah Al-Alaq dan beberapa ayat lain yang datang atau diturunkan pada waktu nabi Muhammad saw sedang sakit. maka pada saat turunnya ayat Al-Qur’an selalu ada disamping nabi Muhammad saw, juru tulis beliau Zaid Bin Tsabit dan keempat sahabat Nabi: yaitu: Abu Bakar Shidiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib.
Pada waktu Zaid bin Tsabit mendapat perintah dari Khalifah Abu Bakar Shiddiq untuk mengumpulkan dan menyusun pertama kali naskah Al-Qur’an banyak diantara sahabat Rasulullah saw yang masih hidup, mereka menghafal al-Qur’an menurut susunan yang diatur oleh nabi Muhammad saw.
Dalam menyusun (membukukan) Al Qur’an, Zaid bin Tsabit selaku sekretaris nabi Muhammad saw dan ketua panitia selalu meminta tolong kepada sahabat Rasulullah saw yang hafal Al Qur’an untuk menguji menyesuaikan tulisan-tulisan dengan hafalan mereka. Khalifah Abi Bakar Shidiq dalam hal ini secara tegas memerintahkan bahwa tidak boleh menulis satu ayat pun apabila ayat itu tidak ditulis di zaman Nabi Muhammad saw.
Pada zaman Khalifah Utsman bin Affan karena kebutuhan akan memperbanyak naskah Al-Qur’an yang telah dibukukan di zaman Khalifah Abu Bakar Shidiq. Maka apabila terdapat kesalahan-kesalahan menyalin naskah, meskipun kesalahan kecil diperintahkan menyobek kemudian dibakar. Al. Qur’an yang sudah disalin kemudian diuji dengan naskah asli dari zaman Nabi Muhammad saw dengan hafalan sahabat-sahabat Rasulullah saw yang masih hidup antara lain Ali bin Abu Thalib, Siti Aisyah, dan lain-lain.
Al Qur’an yang ada sekarang ini adalah salinan dari Al Qur’an dimasa Khalifah Utsman bin Affan serta ejaan yang ditetapkan pada waktu itu. Kemudian di Mesir diadakan perubahan mengenai cara menuliskannya, supaya sesuai dengan bacaan tanpa mengubah isinya sama sekali.
I. ISTILAH DAN PENGERTIAN HUKUM ISLAM Islam sebagai kata benda berasal dari bahasa Arab jenis masdar , yaitu berasal dari kata kerja (fi’il) kata kerja asal itu adalah sebagai berikut. Pertama: Aslama (aslamtu) Kedua: Salima Berasal dari hadits sahih Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Bukhari dan muslim (muttafaqqunalaihi), larangan dan petunjuk-petunjuk untuk kemaslahatan umat baik untuk kemaslahatan di dunia maupun di akhirat.
Ketiga: Salama sebagai kata benda (masdar) adalah salam berarti menyelamatkan, menenteramkan, dan mengamankan. artinya diselamatkan di sini adalah diri sendiri atau batin manusia (bertolak belakang dari kata kerja transitif, di sini kata kerja intransitif tidak mempunyai objek keluar, tetapi kedalam yaitu batin manusia sendiri). Dengan arti kata lain, islam itu harus dapat menimbulkan perasaan aman damai (kedamaianya batinya sendiri).
Lima tujuan hukum islam terdiri atas: Menyelamatkan jiwa, Menyelamatkan akal, Menyelamatkan agama, Menyelamatkan harta benda, dan Menyelamatkan, mendamaikan, dan menenteramkan keluarga.
pengertian etimologis, Islam itu menjadi dasar dalam tiga aspek kemanusiaan, yaitu sebagai berikut. ‘Aqaid (iman/tauhid). Syari’at yang meliputi ibadah dan muamalah. Ihsan dan tasawuf.
Al-Qur’an Sunah atau Hadist Ijmak (kesepakatan ulil amri) Qias (analogische interpretatie)
Pengertian syariat Menurut Logat (bhs) berarti = Jalan Outlines of Muhammadan Law – menurut logat (bhs) berarti : Jalan kemata air Jalan ketempat bersiram Jalan yang harus diturut oleh umat Islam
Canon Law of Islam – keseluruhan dari perintah-perintah Tuhan. Tiap-tiap perintah dinamakan hukum (jamaknya ahkam, dalam hk. Islam dikenal alahkam al khamsah)
Menurut Ilmu Fiqih terdapat dua pandangan dlm mengartikan syariat : 1. Imam Abu Hanifah pendiri Madzab Hanafi, mengatakan: “Syari’at adalah semua yang diajarkan oleh Nabi besar Muhammad saw. , yang bersumber pada wahyu Alloh. Hal ini adalah tidak lain sebagai bagian dari ajaran Islam” 2. Menurut Imam Idris As-Syafi’I, pendiri Mazhab Syafi’I mengemukakan pendapatnya: “Syari’atnya merupakan peraturan-peraturan lahir batin bagi umat islam yang bersumber pada Wahyu Alloh, dan sebagainya. Peraturan–peraturan lahir itu mengenai cara bagaimana manusia berhubungan dengan Allah dan dengan sesama makhluk lain selain manusia. ”
Syari’at merupakan sasaran (objek) dari ilmu pengetahuan yang khusus disebut ilmu al fiqh. Ilmu al fikih ialah ilmu yang mempelajari syari’at. Orang yang mengerti ilmu fiqih disebut Faqih, jamaknya fukaha; jurist. Bagi umat islam syari’at adalah satu ilmu pengetahuan yang suci, sehingga orang harus berhati-hati dalam melakukan pendekatan (approach) menganalisis dan menarik kesimpulan. Kesalahan analisis untuk syari’at dapat berakibat dosa. Oleh karena itu, perlu alat bantuan, yaitu ilmu fikih dan ilmu ushul al fikih.
Sebaliknya, Ilmu Ushul al Fikih, akan di uraikan di bawah setelah ilmu fikih ini. sebelumnya menguraikan tentang ilmu fikih, ada baiknya terlebih dahulu dikenal perbedaan antara syari’at dan hukum, norma atau kaidah. Perbedaan yang perlu diketahui tentang syariat dan ilmu hukum atau norma atau kaidah, yaitu berbeda dalam objek, berbeda dalam sumber pokok, dan bereda dalam sanctum (sanksi).
L. DASAR-DASAR ILMU FIKIH Al-Qur’an. Sunah Nabi Besar Muhammad SAW (Hadis). Rasio (Ra’yu) atau akal, seperti qiyas dan ijma’ adalah alat yang dipergunakan oleh pikiran manusia untuk membuat hukum. Akan tetapi dalam perkembangan kemudian, hasil dari pada pemikiran rasio (akal) berupa qias dan ijma’itu diakui sebagai dasar ke-3 dan ke-4, dalam membentuk hukum
M. PENGERTIAN TENTANG AL AHKAM, AL KHOMSAH Hakam dalam bahasa arab berarti norma atau kaidah, jamaknya ahkam. jadi, bila dirumuskan hukum dalam bahasa Arab ialah rangakaian garis-garis hukum yang menentukan hak dan kewajiban manusia dalam masyarakat.
K. PENGERTIAN ILMU FIKIH Menurut pengertian fikaha (fakih), fikih merupakan pengertian zhanni (sangkaan = dugaan) tentang hukum syariat yang berhubungan dengan tingkah laku manusia. Pengertian mana yang dibenarkan dari dalil-dalil hukum syariat tersebut terkenal dengan ilmu fikih (orang yang ahli fikih disebut fakih, jamaknya fukaha). Sebagaimana diketahui bahwa dalil-dalil umum (generale) dari fikih itu adalah tafshily yang statusnya zhanni tentu ada tali penghubungnya. Tali pengikatnya adalah ijtihad, yang akhirnya orang berpendapat fikih itu sama dengan ijtihad.
Kata hakam lebih luas pengertiannya dari pada hukum: karena hakam meliputi juga bidang–bidang kesusilaan dan agama yang dianut oleh anggota masyarakat. sebagaimana diketahui bahwa dalam bahasa Indonesia hukum dapat diterjemahkan dengan kaidah adalah duduk atau tempat duduk atau kaidah itu dapat dikatakan basis atau lembaga.
Contoh yg diambil dr perbendaharaan hukum adat Minangkabau ada peribahasa yg mengatakan : Adat dituang, lembaga diisi, Terbang manumpu, hinggap mancekam, Dimana air disauk disitu ranting dipatah Dimana bumi diinjak disitu langit dijunjung.
Artinya : setiap orang yg menjadi anggota masyarakat harus hidup menurut tata cara atau ukuran tertentu yg ada dalam masyarakat tersebut. Kesimpulannya : kaidah itu bukanlah pengertian lahir saja, tetapi juga sesuatu yg tdk terlihat. ia adalah ukuran baik buruk manusia yg akan dinilai dlm masyarakat setempat
Kaidah itu gunanya untuk menilai baik buruknya perbuatan seseorang. Baik buruknya Perbuatan seseorang itu mempunyai berbagai tingkatan yang bebeda – beda dan tergantung pada perasaan orang di suatu masa menurut perkembangan kebudayaannya.
Lapangan hubungan baik buruk dan baik : Kesusilaan Hukum dan, Agama
1. Lapangan Kesusilaan Sunah dan makruh termasuk dalam kesusilaan masyarakat. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan tentang bentuk kaidah kesusilaan , yaitu: Yang berlaku bagi perseorangan = jaiz (mubah); Yang berlaku bagi masyarakat=sunah dan makruh.
2. Lapangan Hukum Larangan melaksanakan perbuatan buruk; Suruhan melaksanakan perbuatan baik. sanctum (sanksinya). sanksi (sanctum) atau penguat itu merupakan sustu penderitaan bagi orang yang melakukan kejahatan, mungkin penderitaan diri pribadi, harta benda, jiwa, atau kemerdekaan dari orang yang melakukan perbuatan tersebut.
3. Lapangan Agama Pertama, Fardh atau wajib adalah perintah atau suruhan apabila dikerjakan mendapat pahala, apabila tidak dikerjakan mendapat siksa atau dosa.
Kedua, Sunnah atau madzub, yaitu suatu anjuran untuk mengerjakan apabila dikerjakan mendapat pahala, manakala tidak dikerjakan tidak apa-apa. Contohnya, salat sunah sesudah salat maghrib atau sebelum shalat ashar.
Ketiga, Jaiz, mubah atau ibadah atau halal, dikerjakan mendapat kepuasan sendiri bagi yang mengerjakannya, misalnya makan, minum, bisa juga nikah.
Keempat, Makruh, yaitu perbuatan dicela, misalnya merokok bila dikerjakan berbahaya bagi dirinya, jika di tinggalkan berfaedah untuk dirinya. Makruh berarti juga berdosa kecil bila dikerjakan.
Kelima, Haram, larangan untuk dikerjakan, ditinggalkan sanctum-Nya pahala. Misalnya merampok, membunuh, berzina, dan sebagainya.
Perbedaan Syariat dan Fiqh dilihat dari: 1. Berbeda dalam objek Syariat : Objeknya bukan hanya batin manusia saja ttp juga lahiriah manusia dgn Tuhan (Hablumminallah) atau Ittiqaddiyah atau ibadah Hk. (Fiqih) : Objeknya peraturan lahir mns, yaitu hubungan lahir antara mns dgn mns, hubungan mns dgn makhluk lain selain mns. Ex: planet bumi, ruang angkasa, hewan, tumbuhan dll
2. Berbeda Sumber Pokok Syariat : Sumber pokoknya berasal dari wahyu Ilahi dan atau deduction atau kesimpulan yg diambil dr wahyu (deduction of wahyu). Baik wahyu yg langsung maupun tdk langsung. (ijtihat)- Hadist HK (Fiqih) : Sumber pokoknya berasal dr rasio atau hasil pemikiran mns, kebiasaan-kebiasaan yg terdpt dlm masyarakat, atau hasil ciptaan mns dlm bentuk peraturan dan uu
3. Berbeda dalam Sanktum (sanksi) Syariat sanksinya pembalasan Tuhan di Yaumul Mahsyar (hari akhirat kelak) ttp juga di dunia Hk. (Fiqih) : semua norma hukum sanksinya bersifat sekuler (keduniaan) dgn menunjuk sbg pelaksana alat perlengkapan negara. Ex : polisi, jaksa, hakim dan L P sbg pelaksana sanksinya (hukuman)
Syariat disebut Islamic Law Fiqih disebut Jurisprudence mempelajari syariat (ilmu yang
Perbedaan pokok Syariah dan Fiqih Syariah 1. Berasal dari wahyu Ilahi (Al-Qur’an) dan sunah rasul (Hadist) 2. Bersifat fundamental 3. Hk nya bersifat qath’i (tetap tidak berubah) 4. Hk syariat hanya satu (universal) 5. Menunjukkan kesatuan Fiqih 1. Karya manusia yg dpt berubah dari masa ke masa 2. Bersifat instrumental 3. Hk nya Zhanni (dpt berubah) 4. Banyak berbagai ragam (insidendal) 5. Menunjukkan keragaman
6. Langsung dari Allah yg terdapat dalam Al. Qur’an dan penjelasannya dalam Hadist bila kurang dapat dipahami 7. Disebut Islamic Law 6. Berasal dari ijtihat para ahli hukum sebagai hasil pemahaman manusia yang dirumuskan oleh mujtahid 7. Disebut Islamic Jurisprudence
Bab 2 Hubungan Hukum Adat, Hukum Barat dan Hukum Islam A. Pendahuluan B. Pada Fase Pra Pemerintahan Hindia Belanda C. Hubungan Hukum Adat Dengan Hukum Islam Di Indonesia D. Politik Hukum Di Zaman Prapemerintahan Hindia Belanda E. Kedudukan Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Di Indonesia Pada Masa Setelah Indonesia Merdeka
Ilmu pengetahuan tentang hukum Islam baru muncul lebih kurang seabad sesudah Nabi Muhammad saw. meninggal dunia. Jadi kira-kira pada permulaan abad ke-8 Masehi dan terus berkembang sampai ke penghujung pemerintahan Khalifah Abbasiyah (abad ke-13 Masehi).
1. Berlakunya Hukum Adat, Hukum Islam, Hukum Barat a. Hukum Adat Berlakunya hukum adat, tidak dapat diketahui secara pasti, mungkin sejak 3000 tahun yang lalu. Akan tetapi, yang pasti hukum adat lebih dahulu berlaku di Indonesia, sebelum hukum lainya.
b. Hukum Islam sudah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi atau abad pertama Hijriyah. Pada masa itu telah di anut dan berkembang Mazhab Hanafi, Maliki, Hambali, dan terakhir Madzhab Imam Syafi’I, yang dewasa ini di anut oleh sebagian besar umat Islam di Indonesia (dominan).
c. Hukum Barat, dimulai dengan kedatangan orang Belanda, yang memberlakukan hukum Eropa, Timur Asing, dan hukum adat untuk bumiputra sejak zaman VOC dalam abat ke-16 -17 (S. 1917 nomor 12). lebih dikenal dengan istilah Reseptio In Complexu Theorie S. 1854 No. 129 di Belanda S. 1855 Nomor 2 di Indonesia, Receptie Theorie S. 1929 No. 221 lebih di kenal dengan pasal 134 ayat (2) I. S.
BAB 4 SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM A. Sumber- sumber hukum Islam adalah sebagai berikut : Alquran (30 juz, 114 surat, 6. 236 ayat, 324, 345 huruf). Hadis Rasulullah SAW. Ijtihad Ulil Amri.
Berdasarkan Al-qur’an Surat An. Nisaa’ ayat 59 ijtihad ulil amri dapat diperluas menjadi : 1. Qias 2. ijmak 3. istisaan 4. istishhab 5. musalah wal mursalah 6. urf.
B. ALQURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM Al Quran berasal dari kata qura’a artinya, telah membaca. Alquran adalah kumpulan wahyu (kata-kata) Allah yang disampaikan kepada Muhammad saw. dengan perantaraan Malaikat Jibril selama Muhammad menjadi Rasul. Al Quran berisi perintah dan larangan, ayat pertama turun adalah di Gua Hira pada Permulaan Muhammad diangkat menjadi Rasul dengan Surah Al-‘Alaq.
Pokok-Pokok Isi Alquran mengandung persoalan-persoalan pokok sebagai berikut. Rukun Iman (percaya kepada Allah, Rasulrasul, Malaikat, kitab Allah, hari kiamat, dan percaya pada qada dan qadar), yaitu hal-hal yang tetap berlaku dan telah mempunyai aturan tertentu.
Rukun Islam (syahadat, salat, puasa, zakat dan fitrah, haji dan umrah) Munakahat (perkawinan), muamalah (hukum pergaulan dalam masyarakat atau hukum privat), jinayat (hukum pidana, aqdiyah (hukum mengenai mendirikan pengadilan), khalifah (hukum mengenai pemerintahan), ath’imah (makanan dan minuman), jihad (hukum peperangan).
C. SUNAH ATAU HADIS RASULULLAH SAW Sunnah adalah orang hidup (kebiasaan) dan hadis adalah cerita. Maksud sunah atau hadis dalam fikih adalah himpunan ucapan, perbuatan, dan hal-hal yang didiamkan Rasulullah SAW. Hadis dapat dibagi dalam 3 macam, yaitu perkataan (qaul), perbuatan (fiil), dan hal-hal yang didiamkan (taqrir atau sukut ) Nabi Muhammad SAW.
D. IJMAK (KESEPAKATAN ULIL AMRI) Menurut ilmu bahasa, ijmak artinya, mengumpulkan. Menurut ilmu fikih ijmak artinya, kesatuan pendapat dari ahli-ahli hukum (ulama-ulama fikih) Islam dalam satu masalah dalam satu masa dan wilayah tertentu (teritorial tertentu)
Ijmak Bayani Ijmak ini dilakukan dengan ijtihad, yaitu berfikir sugguh-sungguh dengan mempergunakan intelektual atau akal. Hal ini dilakukan dengan cara mempelajari sumber hukum islam sumber hukum Islam yang asli (murni), yaitu Alquran dan Hadis Rasul kemudian mengalurkan garis hukum baru dari padanya. Misalnya, ijmak wajib mengerjakan puasa pada bulan Ramadhan.
Ijmak Sukuti Maksudnya adalah suatu pendapat dari seorang atau beberapa ahli hukum, tetapi ahli-ahli hukum lainnya tidak membantah.
E. QIAS (ANALOGISCHE INTERPRETATIE) Pemikiran secara analogi deduktif di sebut qias maksudnya suatu hukum yang belum diketahui dengan hukum yang belum diketahui karena persaman illat (sebab).
Bab 4 Hukum Perkawinan A. Arti Nikah B. Rukun Nikah Dan Syaratnya Masing C. Perkawinan Dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 D. Syarat-Syarat Perkawinan E. Usia Perkawinan (Pasal 7)
F. Perkawian Dilarang Antara Dua Orang (Pasal 8) G. Nafkah H. Thalaq I. Khulu’ J. Faskh
K. Bilangan Thalaq L. Thalaq Raj’i Dan Thalaq Bain N. Ruju’
HUKUM PERKAWINAN ISLAM Oleh Abdul Halim, SH. , M. Hum
PERKAWINAN PERNIKAHAN ? ? ?
HUKUM PERKAWINAN ISLAM ARTI NIKAH Nikah dalam bahasa Arab Nikahun kata asal dari kata kerja Nakaha sinonimnya tazawwaja. Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan.
Nikah : Menurut Bhs berarti adh-dhammu wattadaakhul (bertindih dan memasukkan) Dalam kitab lain diartikan adh-dhammu wal jam’u (bertindih dan berkumpul) Menurut ilmu fiqih Nikah berarti suatu akad (perjanjian) yg mengandung kebolehan melakukan hubungan seksual dgn memakai kata-kata (lafazh) nikah atau tazwij
Dalam fiqih klasik perkawinan masuk dalam bab Munakahat mengandung dua interaksi dua pelaku/lebih sebab perkawinan tidak pernah terjadi dengan pelaku tunggal yg berlainan jenis kelamin.
Ulama mutaakhirin menjelaskan Nikah “sesuatu akad yg menyebabkan kebolehan bergaul antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan dan saling menolong diantara keduanya serta menentukan batas hak dan kewajiban diantara keduanya”. Ini mengandung definisi : 1. kebolehan hubungan seksual 2. menyiratkan bahwa perkawinan mengandung aspek hukum
3 Aspek ta’awun (gotong royong) pelaku dihadapan pada tanggung jawab serta hakhak yang dimilikinya.
HUKUM NIKAH 1. Wajib : bagi orang yg mampu melaksanakan pernikahan dan kalau tidak menikah ia akan terjerumus dalam perzinaan 2. Sunah : Bagi orang yg berkehendak dan baginya mempunyai biaya sehingga dapat memberi nafkah kepada istrinya dan keperluan-keperluan lain
3. Makruh : bagi orang yg tidak mampu untuk melaksanakan pernikahan karena tidak mampu memberi belanja kepada istrinya atau kemungkinan lain karena lemah syahwat 4. Mubah : bagi orang yg tidak terdesak oleh hal-hal yg mengharuskan segera nikah atau yang mengharamkannya 5. Haram : bagi orang yg ingin menikahi seseorang dengan niat untuk menyakiti istrinya atau menyia-nyiakannya
RUKUN NIKAH & SYARAT MASING-MASING A. Calon suami 1. Islam 2. Tidak dipaksa 3. Bukan mahram calon istri 4. Tidak sedang melaksanakan ibadah haji atau umrah
B. Calon istri 1. Islam 2. Bukan mahram calon suami 3. Tidak sedang melakukan ibadah haji atau umrah
C. Wali 1. Islam 2. Baligh (dewasa) 3. Berakal sehat 4. Laki-laki 5. Mempunyai hak untuk menjadi wali Susunan Wali 1. Bapaknya 2. Kakeknya (bapak dari mempelai perempuan)
4. Saudara laki-laki yg sebapak saja dengannya 5. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yg seibu -sebapak dengannya 6. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yg sebapak saja dengannya 7. Saudara bapak yg laki-laki (paman dari pihak bapak) 8. Anak laki-laki pamannya dari pihak bapaknya 9. Hakim
D. Dua orang saksi 1. Islam 2. Baligh (dewasa) 3. Berakal sehat 4. Laki-laki 5. Mengerti maksud nikah E. Ijab Qobul
PERKAWINAN DALAM UU NO. 1 TAHUN 1974 Pasal 1 Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pasal 2 Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan Perundang-Indangan yang berlaku.
SYARAT-SYARAT PERKAWINAN (Pasal 6) Perkawinan harus didasarkan atas persetujaun kedua calon mempelai Untuk melangsungkan perkawinan yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin bermaksud ayat (20 pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya.
USIA PERKAWINAN (Pasal 7) 1. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. 2. Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispesasi kepada pengadilan atau pejabat lain, yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita.
PERKAWINAN DILARANG ANTARA DUA ORANG (Pasal 8) Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun ke atas Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan sudara neneknya. dst
Yang dimaksud dengan nafkah adalah semua kebutuhan dan keperluan yang berlaku menurut keadaan dan tempat, seperti makanan, pakaian, rumah, dsb. Banyaknya nafkah yang diwajibkan adalah sekedar mencukupi keperluan dan kebutuhan serta mengingat keadaan dan kemampuan orang yang berkewajiban menurut kebiasaan masing-masing tempat.
Kata thalaq dari bahasa Arab artinya menurut bahasa adalah melepaskan ikatan.
Khulu’ ialah thalaq yang dijatuhkan suami karena mengabulkan permintaan istrinya dengan cara membayar tebusan dari pihak istri kepada suami. setelah terjadi khuluk antara suami istri
FASKH Fasakh ialah terjadinya thalaq yang dilakukan oleh hakim atas pengaduan istri atau suami. Hukum menjatuhkan thalaq antara suami istri setelah mempertimbangkan dari berbagai segi, sementara suami tidak bersedia menjatuhkan thalaq atau tidak dapat melakukannya.
Bilangan thalaq ada 3 macam yaitu: thalaq satu, thalaq dua, thalaq tiga. Thalaq satu dan thalaq dua disebut dengan thalaq raj’i yaitu thalaq yang terjadi antara suami dan istri boleh ruju’ ketika dalam masa iddah.
Iddah menurut bahasa artinya jumlah atau sejumlah. Iddah menurut itilah syariat Islam masa menunggu bagi seorang wanita karena dithalaq atau ditinggal mati oleh suaminya, agar dapat diketahui kandungannya apakah masih kosong atau berisi. Masa menunggu ini ada kemungkinan tiga kali suci, beberapa bulan atau melahirkan anak.
SKEMA IDDAH
Ruju’ menurut bahasa artinya kembali. Adapun ruju’ menurut istilah syari’at Islam adalah kembalinya mantan suami kepada istri yang telah dithalaqnya dengan thalaq raj’I untuk kumpul kembali pada masa iddah tanpa mengadakan akad nikah yang baru.
Bab 5 Hukum Waris A. Pengertian Dan Hukum Ilmu Waris B. Pembagian Waris
Ilmu Waris adalah ilmu tentang warisan juga disebut ilmu faraid, yaitu ilmu yang membahas tentang pengaturan dan pembagian harta warisan bagi ahli waris menurut bagian yang telah ditentukan oleh Al -Qur’an.
Pembagian waris Apabila semua kewajiban untuk si mayat sudah dipenuhi, maka seluruh ahli waris dicatat kemudian diteliti siapa yang berhak menerima menurut ilmu Faraid, selain itu juga harus diketahui secara pasti apakah mereka mendapat bagian tertentu (furudul muqaddarah) seperti ½, 1/4 atau 1/8 dsb. Atau mereka dapat menerima seluruh sisa (ashabah).
Bab 6 Hukum Jinayat A. Pengertian Jinayat B. Cara -cara Pembunuhan C. Syarat-Syarat Wajib Qisas (Hukum Bunuh) D. Diyat
Yang dimaksud dengan jinayat meliputi beberapa hukum, yaitu membunuh orang, melukai, memotong anggota tubuh, dan menghilangkan manfaat badan, misalnya menghilangkan salah satu panca indra.
Cara-cara pembunuhan Betul-betul disengaja, yaitu dilakukan oleh yang membunuh guna membunuh orang yang membunuhnya itu dengan perkakas yang biasanya dapat digunakan untuk membunuh orang. Hukum ini wajib di qisas. Berarti dia wajib dibunuh pula, kecuali apabila diamaafkan oleh ahli waris yang terbunuh dengan membayar diyat (denda) atau dimaafkan sama sekali.
Kesengajaan semata-mata. Misalnya seseorang melontarkan suatu barang yang tidak disangka akan kena pada orang lain sehingga menyebebkan orang itu mati, atau seseorang jatuh menimpa orang lain sehingga orang yang di timpanya itu mati,
Seperti sengaja, yaitu engaja memukul orang, tetapi dengan alat yang enteng (biasanya tidak untuk membunuh orang) misalnya dengan cemeti, kemudian orang itu mati dengan cemeti itu. Dalam hal ini tidak wajib pula qisas, hanya diwajibkan membayar diyat (denda) yang berat atas keluarga yang membunuh, diangur dalam tiga tahun.
SYARAT-SYARAT WAJIB QISAS (HUKUM BUNUH) Orang yang membunuh itu sudah baligh dan berakal Yang membunuh bukan bapak dari yang dibunuh
Orang yang dibunuh tidak kurang derajatnya dari yang membunuh. Yang dimaksud dengan derajat disini ialah agama dan merdeka atau tidaknya, bagi orang Islam yang membunuh orang kafir tidak berlaku qisas; begitu juga orang merdeka, tidak dibunuh sebab membunuh hamba, dan bapak tidak dibunuh sebab membunuh anaknya.
Yang terbunuh itu adalah orang yang terpelihara darahnya, dengan Islam atau dengan perjanjian.
Yang dimaksud dengan diyat ialah “ denda pengganti jiwa yang tidak berlaku atau tidak dilakukan padanya hukum bunuh”. Diyat ada dua macam: (1) denda berat, (2) denda ringan. Denda berat, yaitu seratus ekor unta, dengan perincian: 30 ekor unta betina umur tiga masuk empat tahun, 30 ekor unta betina umur empat masuk lima tahun, 40 ekor unta betina yang udah bunting.
Denda ringan, banyaknya seratu ekor unta juga, tetapi dibagi lima; 20 ekor unta betina umur satu masuk dua tahun, 20 ekor unta betina umur dua masuk tiga tahun, 20 ekor unta jantan dua
Bab 7 Hukum Perdata Islam A. Pengertian Hukum Perdata Islam Di Indonesia B. Sejarah Berlakunya Hukum Perdata Islam Di Indonesia
”Hukum Perdata Islam” adalah sebagian dari hukum Islam yang telah berlaku secara yuridis formal atau menjadi hukum positif dalam tata hukum Indonesia, yang isinya hanya sebagian dari lingkup mu’amalah, bagian hukum Islam ini menjadi hukum positif berdasarkan atau karena ditunjuk oleh peraturan perundang-undangan. Contohnya adalah hukum perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, zakat dan perwakafan.
1. Hukum Islam Pada Masa Kerajaan/kesultanan Islam di Nusantara Pada masa ini hukum Islam dipraktekkan oleh masyarakat dalam bentuk yang hampir bisa dikatakan sempurna (syumul), mencakup masalah mu’amalah, ahwal alsyakhsiyyah (perkawinan, perceraian dan warisan), peradilan, dan tentu saja dalam masalah ibadah.
2. Hukum Islam Pada Masa Penjajahan Belanda Perkembangan hukum Islam di Indonesia pada masa penjajahan Belanda dapat diklasifikasi kedalam dua bentuk, Pertama, adanya toleransi pihak Belanda melalui VOC yang memberikan ruang agak luas bagi perkembangan hukum Islam. Kedua, adanya upaya intervensi Belanda terhadap hukum Islam dengan menghadapkan pada hukum adat.
3. Hukum Islam Pada Masa Penjajahan Jepang Menurut Daniel S. Lev Jepang memilih untuk tidak mengubah atau mempertahankan beberapa peraturan yang ada. Adat istiadat lokal dan praktik keagamaan tidak dicampuri oleh Jepang untuk mencegah resistensi, perlawanan dan oposisi yang tidak diinginkan.
4. Hukum Islam Pada Masa Kemerdekaan Salah satu makna terbesar kemerdekaan bagi bangsa Indonesia adalah terbebas dari pengaruh hukum Belanda, menurut Prof. Hazairin, setelah kemerdekaan, walaupun aturan peralihan UUD 1945 menyatakan bahwa hukum yang lama masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan UUD 1945, seluruh peraturan pemerintahan Belanda yang berdasar teori receptie (Hazairin menyebutnya sebagai teori iblis) tidak berlaku lagi karena jiwanya bertentangan dengan UUD 1945.
5. Masa Orde Banyak produk hukum Islam (tepatnya Hukum Perdata Islam) yang menjadi hukum positif yang berlaku secara yuridis formal, walaupun didapat dengan perjuangan keras umat Islam.
6. Hukum Islam Pada Masa Reformasi Era reformasi dimana iklim demokrasi di Indonesia membaik dimana tidak ada lagi kekuasaan repsesif seperti era orde baru, dan bertambah luasnya keran-keran aspirasi politik umat Islam pada pemilu 1999, dengan bermunculannya partai-partai Islam dan munculnya tokoh-tokoh politik Islam dalam kancah politik nasional sehingga keterwakilan suara umat Islam bertambah di lembaga legislatif maupun eksekutif.
Bab 8 Hukum jual beli A. Arti Definisi / Pengertian Muamalat B. Arti Definisi / Pengertian Jual Beli C. Rukun Jual Beli D. Hal-Hal Terlarang / Larangan Dalam Jual Beli E. Hukum-hukum Jual Beli
Jual beli adalah suatu kegiatan tukar menukar barang dengan barang lain dengan tata cara tertentu. Termasuk dalam hal ini adalah jasa dan juga penggunaan alat tukar seperti uang.
Rukun jual Beli 1. Ada penjual dan pembeli yang keduanya harus berakal sehat, atas kemauan sendiri, dewasa/baligh dan tidak mubadzir alias tidak sedang boros. 2. Ada barang atau jasa yang diperjualbelikan dan barang penukar seperti uang, dinar emas, dirham perak, barang atau jasa. Untuk barang yang tidak terlihat karena mungkin di tempat lain namanya salam. 3. Ada ijab qabul yaitu adalah ucapan transaksi antara yang menjual dan yang membeli (penjual dan pembeli).
HUKUM-HUKUM JUAL BELI 1. Haram Jual beli haram hukumnya jika tidak memenuhi syarat/rukun jual beli atau melakukan larangan jual beli. 2. Mubah Jual beli secara umum hukumnya adalah mubah. 3. Wajib Jual beli menjadi wajib hukumnya tergantung situasi dan kondisi, yaitu seperti menjual harta anak yatim dalam keadaan terpaksa.
Pengertian jual beli kredit secara istilah adalah menjual sesuatu dengan pembayaran tertunda, dengan cara memberikan cicilan dalam jumlah-jumlah tertentu dalam beberapa waktu secara tertentu, lebih mahal dari harga kontan.
Dalil jual beli kredit Pertama : Dalil-dalil yang memperbolehkan jual beli dengan pembayaran tertunda. Kedua : Dalil-dalil yang menunjukkan dibolehkannya memberikan tambahan harga karena penundaan pembayaran atau karena penyicilan.
Ketiga : Dalil Ijma’ Sebagian Ulama’ mengklaim bahwa dibolehkannya jual beli dengan kredit dengan perbedaan harga adalah kesepakatan para ulama’.
Keempat : Dalil qiyas Sebagaimana yang telah lewat bahwasannya jual beli kredit ini dikiaskan dengan jual beli salam yang dengan tegas diperbolehkan Rosululloh, karena ada persamaan, yaitu sama-sama tertunda. hanya saja jual beli salam barangnya yang tertunda, sedangkan kredit uangnya yang tertunda. Juga dalam jual beli salam tidak sama dengan harga kontan seperti kredit juga hanya bedanya salam lebih murah sedangkan kredit lebih mahal.
Kelima : Dalil Maslahat Jual beli kedit ini mengandung maslahat baik bagi penjual maupun bagi pembeli. Karena pembeli bisa mengambil keuntungan dengan ringannya pembayaran karena bisa diangsur dalam jangka waktu tertentu dan penjual bisa mengambil keuntungan dengan naiknya harga, dan ini tidak bertentangan dengan tujuan syariat yang memang didasarkan pada kemaslahatan ummat.
Adab yang harus diperhatikan tatkala seseorang itu melakukan jual beli sistem kredit, yaitu : Pertama : Adab penjual 1. Tidak memanfaatkan kebutuhan masyarakat terhadap kredit dan sejenisnya dengan melipat gandakan keuntungan.
2. Bisa memahami keadaan pembeli secara kredit Terkadang seseorang membeli secara kredit karena memang dalam kedaaan kepepet, sangat membutuhkan barang tersebut padahal dia tidak memiliki harga tunai. Maka dalam kondisi saat ini si penjual harus bisa memahaminya.
Kedua : Adab pembeli 1. Tidak nekad melakukan pembelian secara kredit kecuali bila bertekad kuat menyelesaikan cicilanya karena memiliki kelebihan penghasilan dari kebutuhan primernya. Karena hukum orang yang membeli kredit adalah hukum orang yang berhutang, yang mana jangan sampai melakukannya kecuali kalau terpaksa.
2. Tidak menggampangkan urusan jual beli kredit fenomena yang berkembang bahwasannya ada sebagian orang yang membeli secara kredit barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu dia butuhkan. 4. Melunasi angsuran kredit dengan baik serta tidak mengulur-ulurnya.
- Slides: 149