HIV AIDS DALAM GERAKAN PEREMPUAN RR Agustine Koalisi

  • Slides: 14
Download presentation
HIV & AIDS DALAM GERAKAN PEREMPUAN RR. Agustine Koalisi Perempuan Indonesia

HIV & AIDS DALAM GERAKAN PEREMPUAN RR. Agustine Koalisi Perempuan Indonesia

RESIKO TERINFEKSI IMS & HIV/ AIDS Data UNAIDS (2004) menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang

RESIKO TERINFEKSI IMS & HIV/ AIDS Data UNAIDS (2004) menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang terinfeksi HIV & AIDS terus meningkat setiap tahunnya. Tercatat 39, 4 juta orang di dunia hidup dengan HIV & AIDS yang diperkirakan separuhnya adalah perempuan. Di Asia diperkirakan sekitar 8, 2 juta orang hidup dengan HIV & AIDS dimana 2, 3 juta adalah perempuan. Sedangkan di Indonesia diperkirakan jumlah perempuan yang hidup dengan HIV & AIDS mencapai 21% dari 5, 701 kasus HIV & AIDS yang dilaporkan. Perempuan beresiko paling tinggi untuk terinfeksi baik itu IMS maupun HIV/ AIDS

KENAPA PEREMPUAN RENTAN/ BERESIKO TERINFEKSI IMS & HIV/ AIDS? Biologis: Alat kelamin tersembunyi sehingga

KENAPA PEREMPUAN RENTAN/ BERESIKO TERINFEKSI IMS & HIV/ AIDS? Biologis: Alat kelamin tersembunyi sehingga tidak mudah terdeteksi bila ada keluhan Selaput mukosa (penampang) yang luas pada alat kelamin perempuan menyebabkan mudah luka bila terjadi penetrasi dengan paksaan/ kekerasan serta lebih rentan terinfeksi IMS dan HIV & AIDS Bersifat menampung cairan/ sperma

KETIDAKADILAN GENDER Posisi tawar tidak setara dengan laki-laki (dikonstruksikan bersikap penurut, pasif, sabar dan

KETIDAKADILAN GENDER Posisi tawar tidak setara dengan laki-laki (dikonstruksikan bersikap penurut, pasif, sabar dan setia) sementara laki-laki dikonstruksikan untuk berperan sebaliknya yaitu dominan, agresif, mengambil inisiatif dalam hubungan seksual dan dianggap wajar bila mempunyai pasangan lebih dari satu

SOSIAL Pelecehan seksual dan kekerasan seksual Pendidikan rendah Kurangnya akses informasi dan layanan kesehatan

SOSIAL Pelecehan seksual dan kekerasan seksual Pendidikan rendah Kurangnya akses informasi dan layanan kesehatan Tabu-tabu seksualitas Perempuan dituntut untuk menjalankan fungsi sebagai pengasuh, perawat (pacar, suami, anak-anak). Ketika dirinya sakit dan membutuhkan perawatan justru terabaikan

EKONOMI Perempuan tidak memiliki penghasilan sendiri (tergantung pada suami/ keluarga) Upah rendah Sulit mengakses

EKONOMI Perempuan tidak memiliki penghasilan sendiri (tergantung pada suami/ keluarga) Upah rendah Sulit mengakses modal atau kredit usaha Hak waris lebih diutamakan pada laki-laki KULTURAL Perempuan tidak mempunyai ruang untuk mendiskusikan keinginan dan keselamatan tubuhnya. Adanya tradisi yang merugikan perempuan seperti dijodohkan, kawin paksa, pernikahan dini, poligami, trafiking

Maraknya Perda-Perda Inkonstitutional (Data KPI tercatat ada 106 Perda, 27 diantaranya perda yang mengatur

Maraknya Perda-Perda Inkonstitutional (Data KPI tercatat ada 106 Perda, 27 diantaranya perda yang mengatur kesusilaan seperti anti maksiat, pelacuran, pelarangan keluar malam terhadap perempuan, dll yang pasal-pasalnya justru mengontrol seksualitas perempuan, dimana perempuan dianggap sebagai rusaknya moral bangsa. Dari Permasalahan diatas nampak bahwa permasalah HIV & AIDS pada perempuan amatlah kental dengan diskriminasi gender dimana perempuan tidak memiliki kekuatan sosial dan ekonomi serta posisi tawar yang memadai untuk melindungi dirinya.

Gerakan Perempuan mengatasi kerentanan perempuan terhadap HIV/AIDS Melihat persoalan HIV & AIDS bukan sekedar

Gerakan Perempuan mengatasi kerentanan perempuan terhadap HIV/AIDS Melihat persoalan HIV & AIDS bukan sekedar persoalan medis tetapi persoalan sosial Wacana Gender, seksualitas dan HIV dan AIDS Melakukan rekonstruksi dan reinterpretasi pandangan keagamaan yang bias gender. Melakukan program pemberdayaan Hak Kesehatan Seksual/ reproduksi, Gender & HIV/ AIDS agar perempuan mempunyai kemampuan untuk bernegosiasi dan memiliki posisi tawar secara seksual sehingga mampu melindungi dirinya Advokasi RUU Kesehatan Mengkritisi Perda-perda yang diskriminatif terhadap perempuan

Rekomendasi: Strategi yang perlu dilakukan oleh Gerakan Perempuan mengatasi persoalan HIV/AIDS? upaya-upaya pencegahan akan

Rekomendasi: Strategi yang perlu dilakukan oleh Gerakan Perempuan mengatasi persoalan HIV/AIDS? upaya-upaya pencegahan akan menjadi efektif jika mengintegrasikan masalah gender, HIV & AIDS dan hak-hak perempuan sebagai sebuah mata rantai. Mata rantai yang tidak bisa lepas antara persoalan ketidakadilan gender, hak asasi perempuan dan pencegahan HIV & AIDS akan menegaskan tentang pentingnya peran kebijakan Negara bagi perempuan untuk melindungi dirinya. Dengan kata lain tidak adanya posisi tawar perempuan untuk melindungi diri dari HIV

INTEGRASI GENDER, HIV & AIDS & HAM HIV & AIDS HAM GENDER

INTEGRASI GENDER, HIV & AIDS & HAM HIV & AIDS HAM GENDER

PELIBATKAN LAKI-LAKI DAN ANAK LAKI program kesetaraan gender dan hak-hak perempuan berpusat pada pentingnya

PELIBATKAN LAKI-LAKI DAN ANAK LAKI program kesetaraan gender dan hak-hak perempuan berpusat pada pentingnya memberikan prioritas eksplisit untuk mempromosikan perubahan yang mendukung perempuan dan anak perempuan Meski demikian, mengurangi kerentanan yang semakin meningkat pada perempuan dan anak perempuan memiliki implikasi untuk turut mendukung laki-laki dan anak laki-laki dalam mengurangi resiko HIV mereka sendiri, menantang persepsi, perilaku, dan norma laki-laki, serta memfasilitasi kemampuan laki dan anak laki-laki untuk mendukung perempuan dan anak perempuan dalam melindungi diri mereka dari HIV.

INTEGRASI GENDER “STOP AIDS NOW! Membuat program baru untuk mengatasi kerentanan perempuan dan anak

INTEGRASI GENDER “STOP AIDS NOW! Membuat program baru untuk mengatasi kerentanan perempuan dan anak perempuan terhadap HIV/ AIDS Program dilaksanakan di Pulau Jawa dan Papua

SIAPA YANG DAPAT BERPARTISIPASI DALAM PROGRAM? Kelompok-kelompok yang memiliki fokus pada HIV/AIDS, hak asasi

SIAPA YANG DAPAT BERPARTISIPASI DALAM PROGRAM? Kelompok-kelompok yang memiliki fokus pada HIV/AIDS, hak asasi manusia, dan pemberdayaan perempuan merupakan partisipan yang menjadi prioritas. Kelompok dapat berupa, misalnya: organisasi nonpemerintah; organisasi berbasis masyarakat; organisasi pelayanan AIDS; organisasi berbasis agama atau aliran kepercayaan; serta jaringan. Kategori pemberdayaan perempuan dengan sengaja dirumuskan secara luas untuk menciptakan ruang bagi berbagai jenis kelompok yang memiliki fokus untuk meningkatkan situasi dan kondisi perempuan.

TERIMAKASIH

TERIMAKASIH