HASILHASIL DAN NILAINILAI BUDAYA MASYARAKAT PRA AKSARA INDONESIA
HASIL-HASIL DAN NILAI-NILAI BUDAYA MASYARAKAT PRA AKSARA INDONESIA SEJARAH INDONESIA KELAS X SEMESTER GANJIL SEKOLAH MENENGAH ATAS
Kompetensi Dasar �Pengetahuan : Memahami hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat �Keterampilan : Menyajikan hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat dalam bentuk tulisan
Tujuan Pembelajaran �Memahami hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat serta selalu menjaga ketekunan, tanggung jawab, kreatif dan dapat berkolaborasi dalam beraktivitas
Hasil Budaya Masyarakat Praaksara di Indonesia berdasarkan tipologi zaman Zaman Paleolitikum Zaman Batu Tua ini berlangsung selama Kala Pleistosen. Zaman ini berlangsung kurang lebih 600. 000 tahun. Hasil-hasil kebudayaan Zaman Batu Tua di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.
1. Kebudayaan Pacitan Alat-alat batu dari Pacitan ditemukan oleh Von Koenigswald, pada tahun 1935 di sungai Baksoko, desa Punung, Pacitan, Jawa Timur. Alat-alat batu dari Pacitan ini berupa kapak genggam, yaitu kapak tak bertangkai yang digunakan dengan cara digenggam, kapak perimbas, kapak pencetak, pahat genggam, dan yang paling banyak berupa alat-alat kecil yang disebut alat serpih (flake).
2. Kebudayaan Ngandong Para ahli berhasil menemukan alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk rusa dan ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran ditemukan alat sangat kecil dari batuan yang amat indah. Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan banyak ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu indah seperti kalsedon. Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa Leang Pattae
Zaman Mesolitikum Zaman Batu Madya berlangsung pada Kala Holosen. Perkembangan kebudayaan pada zaman ini berlangsung cepat daripada Zaman Batu Tua. Hal ini disebabkan pendukung zaman ini adalah manusia yang cerdas (Homo Sapiens).
1. Kebudayaan Tulang Sampung (Sampung Bone Culture) Alat-alat Mesolitikum yang ditemukan berupa alat batu seperti mata panah dan flake, batu-batu penggiling dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Karena sebagian besar alat yang ditemukan di Sampung berupa alat-alat dari tulang, maka disebut dengan kebudayaan tulang Sampung (sampung bone culture).
2. Kebudayaan Toala (Flake Culture) Kebudayaan Toala tersebut merupakan kebudayaan Mesolitikum yang berlangsung sekitar tahun 3000 sampai tahun 1000 SM.
3. Abris Sous Roche kebudayaan Abris sous roche ini dilakukan pada tahun 1928 sampai 1931 oleh Van Stein Callenfels di Goa Lawu dekat Sampung, Ponorogo. Alat – alat yang ditemukan di sana lebih banyak terbuat dari bahan tulang, maka disebut dengan Sampung Bone Culture, yaitu kebudayaan tulang yang berhasil ditemukan di wilayah Ponorogo, Jawa Timur.
4. Kjokkenmoddinger Suatu tumpukan atau timbunan kulit siput dan kerang yang menggunung di sepanjang pantai Sumatera bagian timur, yang terletak antara Langsa di Aceh sampai Medan.
Zaman Neolitikum Perkembangan kebudayaan pada Zaman Batu Muda sudah sangat maju daripada zaman sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya migrasi secara bergelombang penduduk proto-melayu dari Yunan, Cina Selatan ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
1. Kapak Persegi Yaitu kapak yang berbentuk memanjang dengan penampang lintangnya berbentuk persegi atau trapesium.
2. Kapak Lonjong Kapak lonjong merupakan salah satu benda peninggalan zaman neolitikum yang diperkirakan memiliki umur lebih tua daripada kapak persegi. Di Indonesia, benda bersejarah ini banyak ditemukan di daerah Pulau Papua. Namun, kapak tersebut juga ditemukan di daerah lain seperti Pulau Flores, Pulau Maluku, Pulau Sulawesi, Kepulauan Tanimbar, dan Sangihe Talaud.
3. Gerabah Peninggalan Zaman Neolitikum selanjutnya adalah gerabah. Gerabah adalah satu hasil kerajinan tangan dimana berbahan dasar tanah liat, pasir dan di bentuk menggunakan tangan. Tanah liat ini di tumbuk dan di aduk hingga memiliki teksur yang padat. Kemudian hasil tersebut akan di haluskan menggunakan batu lainnya agar berbentuk lebih rapi.
Zaman Megalitikum Kebudayaan Megalitikum adalah kebudayaan yang utamanya menghasilkan bangunan-bangunan monumental yang terbuat dari batu-batu besar dan masif.
Hasil Budaya Zaman Megalitikum 1. Menhir, yaitu tiang atau tugu batu yang terbuat dari batu tunggal dan ditempatkan pada suatu tempat. 2. Punden Berundak, adalah bangunan pemujaan yang bertingkat-tingkat (berundak-undak) 3. Dolmen, adalah meja batu sebagai tempat sesaji. 4. Waruga, adalah peti jenazah kecil yang berbentuk kubus dan ditutup dengan batu lain yang berbentuk atap rumah. 5. Sarkofagus atau keranda adalah peti jenazah yang terbetuk seperti palung atau lesung, tetapi mempunyai tutup.
Zaman Perundagian Masa perundagian adalah zaman di mana manusia sudah mengenal pengolahan logam. Hasil-hasil kebudayaan yang dihasilkan terbuat dari bahan logam.
1. Nekara Adalah genderang besar yang terbuat dari perunggu, berpinggang di bagian tengahnya dan tertutup di bagian atasnya Fungsi nekara secara umum adalah sebagai alat musik, sarana untuk memanggil hujan, keagamaan, dan sosial.
2. Kapak Corong Kapak corong adalah suatu peralatan yang terbuat dari perunggu yang memiliki bagian tengah yang berongga dan fungsinya untuk menempatkan gagang. Sehingga disebut kapak corong.
Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Praaksara di Indonesia 1. Nilai Religius Dari lukisan-lukisan pada dinding gua tersebut diperkirakan bahwa sistem kepercayaan mulai dikenal oleh masyarakat Praaksara.
2. Nilai Gotong Royong 3. Nilai Musyawarah 4. Nilai Keadilan.
5. Teknologi Pertanian (Bercocok Tanam) Kelompok-kelompok kecil pada masa bercocok tanam makin bertambah besar, karena masyarakat telah mulai menetap dan hidup lebih teratur. Kelompok-kelompok perkampungan tumbuh menjadi kesatuan-kesatuan yang lebih besar misalnya klan, marga dan sebagainya yang menjadi dasar masyarakat Indonesia sekarang.
6. Teknologi Pelayaran (Perahu Bercadik) Hornell yang mengadakan penyelidikan terhadap jenis-jenis perahu di Indonesia dan negara-negara di sekitarnya menyimpulkan bahwa perahu bercadik adalah perahu khas bangsa Indonesia.
Silahkan dilanjutkan dengan melaksanakan diskusi dalam kelompok belajar
- Slides: 25