HASIL RISKESDAS TAHUN 2010 Oleh TIM Dinas Kesehatan

  • Slides: 43
Download presentation
HASIL RISKESDAS TAHUN 2010 Oleh : TIM Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

HASIL RISKESDAS TAHUN 2010 Oleh : TIM Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

PENDAHULUAN Riskesdas 2010 merupakan riset kesehatan berbasis masyarakat yang diarahkan untuk pencapaian indikator Millenium

PENDAHULUAN Riskesdas 2010 merupakan riset kesehatan berbasis masyarakat yang diarahkan untuk pencapaian indikator Millenium Development Goals ( MDGs ). Berbeda dengan Riskesdas 2007 refresentasi Riskesdas 2010 hanya pada. Tingkat Nasional dan Provinsi di seluruh Indonesia sehingga tidak dapat dilihat gambaran kabupaten/kota untuk setiap Provinsinya. Beberapa indikator MDGs kesehatan yang dikumpulkan melalui Riskesdas 2010 adalah : Status gizi balita & konsumsi ( memberantas kelaparan ) , status kesehatan ibu dan anak ( menurunkan kematian anak & meningkatkan kesehatan ibu ), prevalensi malaria & tuberkolosis ( menurunkan angka kesakitan ), akses sumber air minum yang aman & fasilitas sanitasi dasar.

Gambaran Kesehatan Ibu dan Anak di Provinsi Bengkulu Permasalahan kesehatan pada perempuan berawal dari

Gambaran Kesehatan Ibu dan Anak di Provinsi Bengkulu Permasalahan kesehatan pada perempuan berawal dari masih tingginya usia perkawinan pertama dibawah umur 20 tahun. Pada perempuan dengan umur pertama haid yang masih muda dan perkawinan dibawah umur membuat panjang rentang usia reproduksi. Dengan panjangnya usia reproduksi pada perempuan di Provinsi Bengkulu, membuat peran penggunaan alat kontrasepsi menjadi sangat penting untuk mengatur kehamilan. Untuk Kesehatan anak, pada MDGs indikator yang dipantau adalah persentase pemberian imunisasi campak.

GAMBAR 1. PERSENTASE PEREMPUAN 10 -59 TAHUN MENURUT KELOMPOK UMUR PERTAMA KALI HAID DI

GAMBAR 1. PERSENTASE PEREMPUAN 10 -59 TAHUN MENURUT KELOMPOK UMUR PERTAMA KALI HAID DI PROVINSI BENGKULU DAN INDONESIA, RISKESDAS 2010

GAMBAR 2. PERSENTASE PEREMPUAN 10 -59 TAHUN MENURUT SIKLUS HAID DI PROVINSI BENGKULU DAN

GAMBAR 2. PERSENTASE PEREMPUAN 10 -59 TAHUN MENURUT SIKLUS HAID DI PROVINSI BENGKULU DAN INDONESIA, RISKESDAS 2010

GAMBAR 3. PERSENTASE PEREMPUAN 10 -59 TAHUN MENURUT UMUR PERKAWINAN PERTAMA DI PROVINSI BENGKULU

GAMBAR 3. PERSENTASE PEREMPUAN 10 -59 TAHUN MENURUT UMUR PERKAWINAN PERTAMA DI PROVINSI BENGKULU DI INDONESIA, RISKESDAS 2010

GAMBAR 4. PERSENTASE PEREMPUAN PERNAH KAWIN 10 -59 TAHUN MENURUT JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN

GAMBAR 4. PERSENTASE PEREMPUAN PERNAH KAWIN 10 -59 TAHUN MENURUT JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN DI PROVINSI BENGKULU DAN DI INDONESIA, RISKESDAS 2010

GAMBAR 5. PERSENTASE PEREMPUAN KAWIN UMUR 10 -49 TAHUN MENURUT STATUS PENGGUNAAN KB DI

GAMBAR 5. PERSENTASE PEREMPUAN KAWIN UMUR 10 -49 TAHUN MENURUT STATUS PENGGUNAAN KB DI PROVINSI BENGKULU DAN INDONESIA, RISKESDAS 2010

GAMBAR 6. PERSENTASE PEREMPUAN KAWIN UMUR 10 -49 TAHUN YANG MENGGUNAKAN ALAT/CARA KB DI

GAMBAR 6. PERSENTASE PEREMPUAN KAWIN UMUR 10 -49 TAHUN YANG MENGGUNAKAN ALAT/CARA KB DI PROVINSI BENGKULU DAN INDONESIA, RISKESDAS 2010

GAMBAR 10. PRESENTASE IBU YANG MELAPORKAN MENDAPAT SUNTIKAN TT SELAMA KEHAMILAN DI PROVINSI BENGKULU

GAMBAR 10. PRESENTASE IBU YANG MELAPORKAN MENDAPAT SUNTIKAN TT SELAMA KEHAMILAN DI PROVINSI BENGKULU DAN INDONESIA, RISKESDAS 2010

GAMBAR 11. PERSENTASE IBU YANG MELAPORKAN MINUM TABLET FE BERDASARKAN JUMLAH HARI MINUM DI

GAMBAR 11. PERSENTASE IBU YANG MELAPORKAN MINUM TABLET FE BERDASARKAN JUMLAH HARI MINUM DI PROVINSI BENKULU DAN INDONESIA, RISKESDAS 2010

Gambar 13 Persentase Anak Umur 12 -23 Bulan Yang Mendapatkan Imunisasi Dasar di Provinsi

Gambar 13 Persentase Anak Umur 12 -23 Bulan Yang Mendapatkan Imunisasi Dasar di Provinsi Bengkulu dan Indonesia, Riskesdas 2010

Gambar 14 Persentase Anak Umur 12 -23 Bulan Yang Mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap di

Gambar 14 Persentase Anak Umur 12 -23 Bulan Yang Mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap di Provinsi Bengkulu dan Indonesia, Riskesdas 2010

Gizi Balita • • Indikator status gizi untuk BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara

Gizi Balita • • Indikator status gizi untuk BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara UMUM. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis maupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan, dengan kata lain berat badan rendah dapat disebabkan karena anaknya pendek (kronis) atau karena diare atau penyakit infeksi lain (akut) Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya KRONIS sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi PENDEK Indikator BB/TB dan IMT/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya AKUT sebagai akibat peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat), misalnya terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) yang menyebabkan anak menjadi KURUS Selain itu indikator BB/TB dan IMT/U dapat juga memberikan indikasi kegemukan

Gambar 15 Prevalensi Status Gizi Balita Menurut BB/U di Provinsi Bengkulu dan di Indonesia,

Gambar 15 Prevalensi Status Gizi Balita Menurut BB/U di Provinsi Bengkulu dan di Indonesia, Riskesdas 2010

Gambar 16 Prevalensi Status Gizi Balita Menurut TB/U di Provinsi Bengkulu dan di Indonesia,

Gambar 16 Prevalensi Status Gizi Balita Menurut TB/U di Provinsi Bengkulu dan di Indonesia, Riskesdas 2010

Gambar 17 Prevalensi Status Gizi Balita Menurut BB/TB di Provinsi Bengkulu dan di Indonesia,

Gambar 17 Prevalensi Status Gizi Balita Menurut BB/TB di Provinsi Bengkulu dan di Indonesia, Riskesdas 2010

Gambar 18 Prevalensi Status Gizi Balita Menurut TB/U dan BB/TB di Provinsi Bengkulu dan

Gambar 18 Prevalensi Status Gizi Balita Menurut TB/U dan BB/TB di Provinsi Bengkulu dan di Indonesia, Riskesdas 2010

Prevalensi Malaria dan Tuberkulosis, HIV/AIDS • • Malaria merupakan masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia

Prevalensi Malaria dan Tuberkulosis, HIV/AIDS • • Malaria merupakan masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia karena mengakibatkan dampak yang luas dan berpeluang menjadi penyakit emerging dan re-emerging. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya kasus import, resistensi obat dan beberapa insektisida yang digunakan dalam pengendalian vektor, serta adanya vektor potensial yang dapat menularkan dan menyebarkan malaria. Selain itu malaria merupakan penyakit di daerah terpencil, sulit dijangkau dan banyak ditemukan didaerah miskin atau sedang berkembang. Oleh karena itu malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi sasaran prioritas komitmen global dalam MDGs. Penyakit Tuberkulosis Paru termasuk penyakit kronis. Waktu pengobatan yang panjang dengan jenis obat lebih dari satu menyebabkan penderita sering terancam putus obat selama masa penyembuhan dengan berbagai alasan, antara lain merasa sudah sehat atau faktor ekonomi. Indonesia termasuk kelompok high burden countries, menempati urutan ketiga setelah India dan China berdasarkan laporan WHO tahun 2009.

Gambar 19 Angka Kasus Baru Malaria Tahun 2009/2010 di Provinsi Bengkulu dan di Indonesia,

Gambar 19 Angka Kasus Baru Malaria Tahun 2009/2010 di Provinsi Bengkulu dan di Indonesia, Riskesdas 2010

Gambar 20 Periode Prevalence Malaria Satu Bulan Terakhir Menurut Cara Diagnosis di Provinsi Bengkulu

Gambar 20 Periode Prevalence Malaria Satu Bulan Terakhir Menurut Cara Diagnosis di Provinsi Bengkulu dan di Indonesia, Riskesdas 2010

Gambar 22 Periode Prevalence TB (D) dan Periode Prevalence Suspek TB (G) Penduduk ≥

Gambar 22 Periode Prevalence TB (D) dan Periode Prevalence Suspek TB (G) Penduduk ≥ 15 Tahun di Provinsi Bengkulu dan di Indonesia, Riskesdas 2010

Gambar 23 Persentase Penderita TB (D) Penduduk ≥ 15 Tahun Yang Diobati Menggunakan OAT

Gambar 23 Persentase Penderita TB (D) Penduduk ≥ 15 Tahun Yang Diobati Menggunakan OAT DOTs Dalam 12 Bulan Terakhir di Provinsi Bengkulu dan di Indonesia, Riskesdas 2010

Gambar 24 Persentase Penderita TB (D) Yang Telah Menyelesaikan Pengobatan Dengan OATdi Provinsi Bengkulu

Gambar 24 Persentase Penderita TB (D) Yang Telah Menyelesaikan Pengobatan Dengan OATdi Provinsi Bengkulu dan di Indonesia, Riskesdas 2010

Gambar 25 Persentase Suspek TB (G) Penduduk ≥ 15 Tahun Mengatasi Gejala Klinis Tuberkulosis

Gambar 25 Persentase Suspek TB (G) Penduduk ≥ 15 Tahun Mengatasi Gejala Klinis Tuberkulosis Paru di Provinsi Bengkulu dan di Indonesia, Riskesdas 2010

Gambar 26 PERSENTASE PENGETAHUAN TENTANG CARA PENULARAN HIV PADA PENDUDUK UMUR ≥ TAHUN DI

Gambar 26 PERSENTASE PENGETAHUAN TENTANG CARA PENULARAN HIV PADA PENDUDUK UMUR ≥ TAHUN DI PROVINSI BENGKULU DAN DI INDONESIA, RISKESDAS 2010

Visi, Misi dan Rencana Strategi Menuju Millenium Depelopment Goal’s (MDGs) 2011 – 2014 Dinas

Visi, Misi dan Rencana Strategi Menuju Millenium Depelopment Goal’s (MDGs) 2011 – 2014 Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

VISI • MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN

VISI • MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN

MISI 1. Meningkatakan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.

MISI 1. Meningkatakan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani. 2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan

Misi lanjutan 3. Menjamin tersedianya dan pemerataan sumberdaya kesehatan. 4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan

Misi lanjutan 3. Menjamin tersedianya dan pemerataan sumberdaya kesehatan. 4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik

STRATEGI 1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui “Kerjasama

STRATEGI 1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui “Kerjasama Nasional dan Global” 2. Meningkatakan “Pelayanan Kesehatan” yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan serta berbasis “Bukti” dengan mengutamakan pada upaya “Promotif dan Preventif”

Strategi lanjutan 3. Meningkatkan pembiayaan pambangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan. 4.

Strategi lanjutan 3. Meningkatkan pembiayaan pambangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan. 4. Meningkatakan pengembangan dan pendayagunaan Sumber Daya Kesehatan yang merata dan bermutu.

Strategi lanjutan 5. Meningkatakan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin

Strategi lanjutan 5. Meningkatakan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan. 6. Meningkatakan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdaya guna dan berhasilguna untuk memantapkan disentralisasi kesehatan yang bertanggungjawab.

RENCANA PROGRAM KE DEPAN • Untuk menjadi penyumbang angka terendah “Angka kematian ibu (AKI)

RENCANA PROGRAM KE DEPAN • Untuk menjadi penyumbang angka terendah “Angka kematian ibu (AKI) dan Angka kematian bayi (AKB)” secara nasional maka perlu rencana program kedepan yaitu :

1. Penambahan penempatan Bidan PTT dan Bidan di desa yang sudah ada. 2. Pelatihan

1. Penambahan penempatan Bidan PTT dan Bidan di desa yang sudah ada. 2. Pelatihan Bidan di desa. 3. Mengaktifkan Desa Siaga dan Posyandu. 4. Penambahan tenaga kesehatan khusus di daerah terpencil dan kepulauan. 5. Memantapkan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

43

43