GENDER DALAM KELUARGA DITINJAU DALAM MASYARAKAT DISUSUN OLEH

  • Slides: 80
Download presentation
GENDER DALAM KELUARGA DITINJAU DALAM MASYARAKAT DISUSUN OLEH : NAMA : SAURMAIDA GULTOM NO.

GENDER DALAM KELUARGA DITINJAU DALAM MASYARAKAT DISUSUN OLEH : NAMA : SAURMAIDA GULTOM NO. REG : 7417120804 PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP DOSEN PEMBIMBIMBING : Prof. Dr. ISMAIL Dr. Ariyani PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2013

I. PENDAHULUAN Sejak dua dasawarsa terakhir, masalah tentang gender sudah mulai ramai dibicarakan orang.

I. PENDAHULUAN Sejak dua dasawarsa terakhir, masalah tentang gender sudah mulai ramai dibicarakan orang. Berbagai peristiwa seputar dunia perempuan di berbagai penjuru dunia ini juga telah mendorong semakin berkembangnya perdebatan panjang tentang pemikiran gerakan feminisme yang berlandaskan pada analisis “hubungan gender”.

Berbagai kajian tentang perempuan digelar, di kampus, dalam berbagai seminar, tulisan di media massa,

Berbagai kajian tentang perempuan digelar, di kampus, dalam berbagai seminar, tulisan di media massa, diskusi, berbagai penelitian dan sebagainya, yang hampir semuanya mempersoalkan tentang diskriminasi dan ketidakadilan yang menimpa kaum perempuan. Pusat pusat studi wanita pun menjamur di berbagai universitas yang kesemuanya muncul karena dorongan kebutuhan akan konsep baru untuk memahami kondisi dan kedudukan perempuan dengan menggunakan perspektif yang baru.

Berbagai kajian tentang perempuan digelar, di kampus, dalam berbagai seminar, tulisan di media massa,

Berbagai kajian tentang perempuan digelar, di kampus, dalam berbagai seminar, tulisan di media massa, diskusi, berbagai penelitian dan sebagainya, yang hampir semuanya mempersoalkan tentang diskriminasi dan ketidakadilan yang menimpa kaum perempuan.

MALE REPRODUCTION SYSTEM

MALE REPRODUCTION SYSTEM

FEMALE REPRODUCTION SYSTEM

FEMALE REPRODUCTION SYSTEM

SPERM AND OVUM CELL

SPERM AND OVUM CELL

SPERM AND OVUM DIFFERENTIATION SPERM Length 0, 06 milimeter 0, 025 X ovum Nucleus

SPERM AND OVUM DIFFERENTIATION SPERM Length 0, 06 milimeter 0, 025 X ovum Nucleus smaller than ovum. 200 – 500 milion sperm Mobile Have a head, body, and flagel OVUM Diameter 0, 1 milimeter 40 x sperm Nucleus bigger than. 1 buah sel telur Passive Without flagel

FERTILIZATION

FERTILIZATION

Pusat pusat studi wanita pun menjamur di berbagai universitas yang kesemuanya muncul karena dorongan

Pusat pusat studi wanita pun menjamur di berbagai universitas yang kesemuanya muncul karena dorongan kebutuhan akan konsep baru untuk memahami kondisi dan kedudukan perempuan dengan menggunakan perspektif yang baru.

Konsep, menurut Sita van Bemmelen Pertama, ketidakpuasan dengan gagasan statis tentang jenis kelamin. Perbedaan

Konsep, menurut Sita van Bemmelen Pertama, ketidakpuasan dengan gagasan statis tentang jenis kelamin. Perbedaan antara pria dan wanita hanya menunjuk pada sosok biologisnya dan karenanya tidak memadai untuk melukiskan keragaman arti pria dan wanita dalam pelabagi kebudayaan. Kedua, gender menyiratkan bahwa kategori pria dan wanita merupakan konstruksi sosial yang membentuk pria dan wanita.

 Bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi dua era besar yaitu atau otonomi daerah

Bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi dua era besar yaitu atau otonomi daerah dan era globalisasi era desentralisasi total yang akan terjadi tahun 2020 mendatang. Disamping menghadapi dua tantangan besar tersebut. Bangsa Indonesia juga menghadapi dampak krisis ekonomi nasional yang berkepanjangan. Perubahan era dan krisis ekonomi ini telah berpengaruh secara multidimensi pada tatanan kehidupan masyarakat baik dari tahapan makro, meso, dan mikro. Krisis ekonomi itu sendiri berdampak pada peningkatan masalah keluarga dan generasi muda Indonesia, seperti masalah kemiskinan, degradasi atau kemerosotan moral generasi muda dan kaburnya identitas Bangsa Indonesia. Transisi atau perubahan nilai-nilai individu telah mengancam keberadaan nilai -nilai leluhur Bangsa Indonesia seperti menipisnya nilai gotong-royong, sopan santun, rasa hormat dan kasih sayang terhadap sesama. serta lebih mengorbankan harga diri dan prinsip hidup demi kepentingan material dan sebagainya.

 Seiring dengan globalisasi ekonomi, terdapat komitmen internasional tentang tujuan utama yang akan dicapai

Seiring dengan globalisasi ekonomi, terdapat komitmen internasional tentang tujuan utama yang akan dicapai pada Millenium Development Goals: (MDGs) sampai tahun 2015, yaitu: (1) memberantas kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar: (3) meningkatkan persamaan gender dan pemberdayaan perempuan: (4) mengurangi angka kematian bayi: (5) meningkatkan kesehatan ibu: (6) memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya: (7) pengelolaan Iingkungan hidup yang berkelanjutan: dan (8) mengembangkan kemitraan global dalam pembangunan.

 Merujuk pada tujuan Internasional di atas, maka visi pembangunan nasional tahun 2004 2009

Merujuk pada tujuan Internasional di atas, maka visi pembangunan nasional tahun 2004 2009 diarahkan untuk mencapai: (1) terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang aman, bersatu, rukun damai: (2) terwujudnya masyarakat. bangsa dan negara yang menjunjung tinggi hokum, kesetaraan, dan hak asasi manusia: dan (3) terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan.

Selanjutnya berdasarkan visi pembangunan nasional tersebut ditetapkan 3 (tiga) misi pembangunan nasional tahun 2004

Selanjutnya berdasarkan visi pembangunan nasional tersebut ditetapkan 3 (tiga) misi pembangunan nasional tahun 2004 2009, meliputi: (1) mewujudkan Indonesia yang aman damai: (2) mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis: dan (3) mewujudkan Indonesia yang sejahtera. Strategi pembangunan Indonesia diarahkan pada dua sasaran pokok yaitu pemenuhan hak dasar rakyat serta penciptaan landasan pembangunan yang kokoh. Hak hak dasar rakyat dalam bentuk bebas dari kemiskinan, pengangguran, keterbelakangan, ketidakadilan. penindasan, rasa takut, dan kebebasan mengemukakan pikiran dan pendapatnya memperoleh prioritas untuk diwujudkan. Pemenuhan hak dasar diantaranya adalah hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan (tahun 2004 2009).

 Diyakini bahwa keberhasilan menghadapi dua tantangan Bangsa Indonesia, yaitu globalisasi dan desentralisasi, kunci

Diyakini bahwa keberhasilan menghadapi dua tantangan Bangsa Indonesia, yaitu globalisasi dan desentralisasi, kunci suksesnya terletak pada kemampuan mempersiapkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang paripurna, handal dan berbudaya dengan sebaiknya. Proses pembentukan SDM yang handal tersebut dimulai dari tingkat keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat. Secara eksplisit pada Mukadimah Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (HAM) (yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa pada 20 November 1989). tertulis bahwa keluarga sebagai kelompok inti dari masyarakat dan sebagai lingkungan yang alami bagi pertumbuhan dan kesejahteraan seluruh anggotanya khususnya anak harus diberi perlindungan dan bantuan yang diperlukan agar keluarga mampu mengemban tanggungjawabnya dalam masyarakat. PBB menyadari bahwa anak. demi pengembangan kepribadiannya secara penuh dan serasi harus tumbuh dalam suatu lingkungan keluarga, dalam iklim kebahagiaan, cinta kasih dan pengertian.

Berkaitan dengan tujuan pembangunan di atas, peran gender dan keluarga sangat diakui baik secara

Berkaitan dengan tujuan pembangunan di atas, peran gender dan keluarga sangat diakui baik secara eksplisit maupun implisit dan tertuang dalam kebijakan pemerintah. Indikator pembangunan gender dan sumberdaya manusia diperkenalkan sejak 1990, oleh UNDP (United Nations Development Program) melalui laporan berkalanya "Human Development Report (HRD)". Sebelumnya, indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu negara hanya diukur dengan GDP (Growth Domestic Product). Adapun indikator baru sebagai ukuran tambahan untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu negara adalah (Megawangi 1999):

 Adapun indikator baru sebagai ukuran tambahan untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu negara adalah

Adapun indikator baru sebagai ukuran tambahan untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu negara adalah (Megawangi 1999): HDI (Human Development Index) yang mengukur tiga aspek yaitu Life Expectancy, Infant Mortality Rate, dan Food Security. HDI sejak 1995, ditambah dengan konsep kesetaraan gender (gender equality), yakni: GDI (Gender Development Index) yaitu kesetaraan antara laki dan perempuan dalam usia harapan hidup, pendidikan, dan jumlah pendapatan. GEM (Gender Empowerment Measure) yang mengukur kesetaraan dalam partisipasi politik, dan beberapa sektor lainnya.

 Rumusan Masalah a. Bagaimanakah pengertian dan teori gender? b. Bagaimanakah pengertian dan teori

Rumusan Masalah a. Bagaimanakah pengertian dan teori gender? b. Bagaimanakah pengertian dan teori keluarga? c. Bagaimanakah posisi gender dan keluarga dalam masyarakat? d. Bagaimanakah permasalahan gender dalam keluarga?

 Tujuan Untuk mengetahui dan membahas pengertian dan teori gender Untuk mengetahui dan membahas

Tujuan Untuk mengetahui dan membahas pengertian dan teori gender Untuk mengetahui dan membahas pengertian dan teori keluarga Untuk mengetahui dan membahas posisi gender dan keluarga dalam masyarakat Untuk mengetahui dan membahas permasalahan gender dalam keluarga

 Manfaat Penulis mengharapkan makalah ini dapat menambah wawasan kita tentang pengertian, teori gender,

Manfaat Penulis mengharapkan makalah ini dapat menambah wawasan kita tentang pengertian, teori gender, teori keluarga, posisi gender dan keluarga dalam masyarakat, serta permasalahan gender dalam keluarga.

 BAB II PEMBAHASAN 2. 1 PENGERTIAN DAN TEORI GENDER Pengertian gender berbeda dengan

BAB II PEMBAHASAN 2. 1 PENGERTIAN DAN TEORI GENDER Pengertian gender berbeda dengan jenis kelamin. Namun, gender dan jenis kelamin sama membicarakan laki dan perempuan. Jenis kelamin (sex) secara umum dipergunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki dan perempuan dari segi anatomi biologis yang sudah kodrati. Gender membicarakan perbedaan peran dan fungsi antara laki dan perempuan yang dibentuk oleh masyarakat/budaya sejak dilahirkan dan bukan kodrati. Dalam hal ini, gender bukan hanya membicarakan tentang perempuan saja. namun juga membicarakan tentang laki dalam kaitannya dengan kerjasama/partnership dan pembagian peran antara laki dan perempuan untuk mencapai suatu tujuan. Jadi gender membahas permasalahan perempuan dan Iaki dalam kehidupan bermasyarakat.

 Konsep gender pertama kali harus dibedakan dari konsep seks atau jenis kelamin secara

Konsep gender pertama kali harus dibedakan dari konsep seks atau jenis kelamin secara biologis. Pengertian seks atau jenis kelamin secara biologis merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis, bersifat permanen (tidak dapat dipertukarkan antara laki dan perempuan), dibawa sejak lahir dan merupakan pemberian Tuhan; sebagai seorang laki atau seorang perempuan. Melalui penentuan jenis kelamin secara biologis ini maka dikatakan bahwa seseorang akan disebut berjenis kelamin laki jika ia memiliki penis, jakun, kumis, janggut, dan memproduksi sperma. Sementara seseorang disebut berjenis kelamin perempuan jika ia mempunyai vagina dan rahim sebagai alat reproduksi, memiliki alat untuk menyusui (payudara) dan mengalami kehamilan dan proses melahirkan. Ciri ciri secara biologis ini sama di semua tempat, di semua budaya dari waktu ke waktu dan tidak dapat dipertukarkan satu sama lain.

Berbeda dengan seks atau jenis kelamin yang diberikan oleh Tuhan dan sudah dimiliki seseorang

Berbeda dengan seks atau jenis kelamin yang diberikan oleh Tuhan dan sudah dimiliki seseorang ketika ia dilahirkan sehingga menjadi kodrat manusia, istilah gender yang diserap dari bahasa Inggris dan sampai saat ini belum ditemukan padanan katanya dalam Bahasa Indonesia, kecuali oleh sebagian orang yang untuk mudahnya telah mengubah gender menjadi jender merupakan rekayasa sosial, tidak bersifat universal dan memiliki identitas yang berbeda yang dipengaruhi oleh faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, etnik, adat istiadat, golongan, juga faktor sejarah, waktu dan tempat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Kompas, 3 September 1995)

 Istilah gender dimunculkan oleh ilmuwan sosial untuk menjelaskan perbedaan antara laki dan perempuan

Istilah gender dimunculkan oleh ilmuwan sosial untuk menjelaskan perbedaan antara laki dan perempuan yang bersifat kodrati atau bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan hal yang merupakan bentukan budaya yang diturunkan disosialisasikan oleh masyarakat yang berkaitan dengan non kodrati. Perbedaan peran gender ini sangat membantu ilmuwan dalam memahami pembagian peran dan memikirkan kembali kebiasaan masyarakat yang telah melekat pada label manusia laki dan perempuan.

Ada dua kelompok besar dalam diskursus feminisme mengenai konsep kesetaraan gender dan keduanya saling

Ada dua kelompok besar dalam diskursus feminisme mengenai konsep kesetaraan gender dan keduanya saling bertolak belakang (Megawangi 1999). Pertama adalah sekelompok feminis yang mengatakan bahwa konsep gender adalah konstruksi sosial, sehingga perbedaan jenis kelamin tidak perlu mengakibatkan perbedaan peran dan perilaku gender dalam tataran sosial. Segala jenis pekerjaan yang berbau gender, misalnya perempuan cocok untuk melakukan pekerjaan pengasuhan, dan pria sebagai pencari nafkah keluarga harus dihilangkan dalam kehidupan sosial. Kalau tidak akan sulit menghilangkan kondisi ketidaksetaraan. Kedua adalah sekelompok feminis lain yang menganggap perbedaan jenis kelamin akan selalu berdampak terhadap konstruksi konsep gender dalam kehidupan sosial, sehingga akan selalu ada jenis pekerjaan berstereotip gender.

 Deklarasi Beijing (1995) atau Beijing Platform of Action pada The 4 th World

Deklarasi Beijing (1995) atau Beijing Platform of Action pada The 4 th World Conference on Women menyatakan bahwa: "Pemberdayaan dan partisipasi penuh perempuan didasarkan atas persamaan hak dalam segala aspek kegiatan masyarakat, termasuk partisipasi dalam proses pembuatan keputusan dan akses ke kekuasaan adalah dasar bagi tercapainya persamaan. pembangunan dan perdamaian".

 Teori teori gender/feminisme terdiri atas dua klasifikasi (Megawangi 1999) yaitu: Menuntut Perubahan Nature

Teori teori gender/feminisme terdiri atas dua klasifikasi (Megawangi 1999) yaitu: Menuntut Perubahan Nature Perempuan Perubahan yang menuntut perubahan nature perempuan yang bertujuan untuk terlaksananya transformasi sosial dengan mengajak perempuan masuk ke dunia maskulin. Dunia maskulin dapat direbut apabila para perempuan melepaskan kualitas femininnya dan mengadopsi kualitas maskulin. Teori teori yang tergolong pada kelompok perubahan nature perempuan adalah (a) Feminisme Eksistensialisme yang bergerak pada tataran individu dengan mengedepankan pentingnya sosialisasi sifat dan perilaku androgini; (b) Feminisme Liberal yang bertujuan untuk terlaksananya transformasi sosial melalui perubahan undang dan hukum agar perempuan dapat mengubah nature sehingga dapat mencapai kesetaraan dengan laki: (c) Feminisme Sosial/Marxis yang bertujuan untuk mencapai masyarakat sosialis yang dilakukan mulai dari keluarga dengan pertimbangan apabila sistem egaliter, dapat tercipta dalam keluarga. maka ini akan tercermin pula dalam kehidupan sosial keluarga: dan (d) Teologi Feminis yang merupakan pendekatan Marxis yang telah dimodifikasi dengan memasukkan agama untuk melegitimasi pembebasan golongan tertindas.

 Menuntut Pelestarian Nature Perempuan (Cultural feminism) Pelestarian nature perempuan ini tetap ingin meruntuhkan

Menuntut Pelestarian Nature Perempuan (Cultural feminism) Pelestarian nature perempuan ini tetap ingin meruntuhkan sistem patriarki tetapi bukan dengan menghilangkan nature. melainkan dengan penonjolan kekuatan kualitas feminin. Apabila perempuan masuk ke dunia maskulin dengan cara mempertahankan kualitas femininnya, maka dunia dapat diubah dari struktur hirarkis (patriarkis) menjadi egaliter (matriarkis). Teori teori yang tergolong pada kelompok pelestarian nature perempuan adalah (a) Feminisme Radikal yang berkembang di US pada kurun 1960 an 1970 an yang sangat anti keluarga dan anti laki serta anti lembaga perkawinan karena dipandang sebagai lembaga formalisasi untuk menindas perempuan: (b) Ekofiminisme yaitu gerakan yang ingin mengembalikan kesadaran manusia akan pentingnya dihidupkan kembali kualitas feminin dalam masyarakat dan mempunyai manifesto yang disebut "A Declaration of Interdependence" dan mengajak para perempuan untuk bangkit melestarikan kualitas feminin agar dominasi sistem maskulin dapat diimbangi sehingga kerusakan alam dan degradasi moral yang semakin mengkhawatirkan dapat dikurangi.

 PENGERTIAN DAN TEORI KELUARGA Keluarga menurut sejumlah ahli adalah sebagai unit sosial ekonomi

PENGERTIAN DAN TEORI KELUARGA Keluarga menurut sejumlah ahli adalah sebagai unit sosial ekonomi terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi, merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan perkawinan dan adopsi (UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10: Khairuddin 1985: Landis 1989; Day et al 1995: Gelles 1995: Ember dan Ember 1996: Vosler 1996). Menurut U. S. Bureau of the Census tahun 2000, keluarga terdiri atas orang yang hidup dalam satu rumahtangga (Newman dan Grauerholz 2002: Rosen dalam Skolnick dan Skolnick 1997).

Menurut Mattessich dan Hill (Zeitlin 1995), keluarga merupakan suatu kelompok yang memiliki hubungan kekerabatan,

Menurut Mattessich dan Hill (Zeitlin 1995), keluarga merupakan suatu kelompok yang memiliki hubungan kekerabatan, tempat tinggal, atau hubungan emosional yang sangat dekat yang memperlihatkan empat hal, yaitu (1) interdepensi intim: (2) memelihara batas yang terseleksi: (3) mampu beradaptasi dengan perubahan dan memelihara identitas sepanjang waktu: dan (4) melakukan tugas keluarga. Definisi lain menurut Settels (Sussman dan Steinmetz 1987), keluarga juga diartikan sebagai suatu abstraksi dari ideologi yang memiliki citra romantis suatu proses sebagai satuan perlakukan intervensi sebagai suatu jaringan dan tujuan/peristirahatan akhir. Lebih jauh, Frederick Engels dalam bukunya The Origin of the Family Private Property, and the State, yang mewakili pandangan radikal menjabarkan keluarga mempunyai hubungan antara struktur sosial ekonomi masyarakat dengan bentuk dan isi dari keluarga yang didasarkan pada sistem patriarki (Ihromi 1999).

Sebagai unit terkecil dalam masyarakat keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan anaknya yang meliputi

Sebagai unit terkecil dalam masyarakat keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan anaknya yang meliputi agama, psikologi, makan dan minum, dan sebagainya. Adapun tujuan membentuk keluarga adalah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi anggota keluarganya. Keluarga yang sejahtera diartikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan yang serasi selaras, dan seimbang antar anggota keluarga, dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (Landis 1989: BKKBN 1992).

Sebagai unit terkecil dalam masyarakat keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan anaknya yang meliputi

Sebagai unit terkecil dalam masyarakat keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan anaknya yang meliputi agama, psikologi, makan dan minum, dan sebagainya. Adapun tujuan membentuk keluarga adalah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi anggota keluarganya. Keluarga yang sejahtera diartikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan yang serasi selaras, dan seimbang antar anggota keluarga, dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (Landis 1989: BKKBN 1992).

Ditambahkan oleh Pitts yang dikutip oleh Kingsbury dan Scanzoni (Boss et al 1993) bahwa

Ditambahkan oleh Pitts yang dikutip oleh Kingsbury dan Scanzoni (Boss et al 1993) bahwa tujuan dari terbentuknya keluarga adalah sebagai suatu struktur yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis anggotanya dan untuk memelihara masyarakat yang lebih luas. Dalam mencapai tujuan keluarga, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 tahun 1994 menyebutkan delapan fungsi yang harus dijalankan oleh keluarga tersebut meliputi fungsi pemenuhan kebutuhan fisik dan nonfisik yang terdiri atas fungsi keagamaan, sosial, budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, serta pembinaan lingkungan (BKKBN 1996). Menurut United Nation (1993) fungsi keluarga meliputi fungsi pengukuhan ikatan suami istri, prokreasi dan hubungan seksual, sosialisasi dan pendidikan anak, pemberian nama dan status, perawatan dasar anak, perlindungan anggota keluarga, rekreasi dan perawatan emosi, dan pertukaran barang dan jasa. Menurut Mattensich dan Hill (Zeitlin et al 1995) fungsi pemeliharaan fisik sosialisasi dan pendidikan, akuisisi anggota keluarga baru melalui prokreasi atau adopsi, kontrol perilaku sosial dan seksual, pemeliharaan moral keluarga dan dewasa melalui pembentukan pasangan seksual, dan melepaskan anggota keluarga dewasa.

Keluarga juga sangat tergantung dari lingkungan di sekitarnya, begitu pula sebaliknya, keluarga juga mempengaruhi

Keluarga juga sangat tergantung dari lingkungan di sekitarnya, begitu pula sebaliknya, keluarga juga mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Beberapa peneliti memberikan contoh hubungan antara keluarga dan lingkungan. Dijelaskan bahwa saat ini sedang terjadi perubahan global baik dari segi sosial ekonomi, teknologi dan politik, serta perubahan sistem dunia (Khairuddin 1985: Lenski dan Lenski 1987) yang berdampak pada perubahan dalam keluarga dan masyarakat, misalnya keluarga menjadi tidak stabil dan berada dalam masa transisi menuju keseimbangan yang baru (Khairuddin 1985).

Bronfenbrenner (Bronfenbrenner 1981: Santrock dan Yussen 1989). Deacon dan Firebaugh (1988), Melson (1980). Holman

Bronfenbrenner (Bronfenbrenner 1981: Santrock dan Yussen 1989). Deacon dan Firebaugh (1988), Melson (1980). Holman (1983). Klein dan White (1996) menyajikan model pandangan dari segi ekologi dalam memahami proses sosialisasi anak. Model tersebut menempatkan posisi anak atau keluarga inti pada pusat di dalam model yang secara langsung dapat berinteraksi dengan lingkungan yang berada di sekitarnya, yaitu lingkungan mikrosistem (the microsystem) yang merupakan lingkungan terdekat dengan anak berada, meliputi keluarga, sekolah, teman sebaya, dan tetangga. Lingkungan yang lebih luas disebut lingkungan mesosistem (the mesosystem) yang berupa hubungan antara lingkungan mikrosistem satu dengan mikrosistem yang lainnya, misalnya hubungan antara lingkungan keluarga dengan sekolahnya, dan hubungan antara lingkungan keluarga dengan teman sebayanya. Lingkungan yang lebih luas lagi disebut dengan lingkungan exosystem yang merupakan lingkungan tempat anak tidak secara langsung mempunyai peranan secara aktif. misalnya lingkungan keluarga besar (extended family) atau lingkungan pemerintahan. Akhirnya lingkungan yang paling luas adalah Iingkungan makroslstem (the macrosystem) yang merupakan tingkatan paling luas yang meliputi struktur sosial budaya suatu bangsa secara umum (Gambar 1).

Teori teori yang melandasi studi keluarga diantaranya adalah teori struktural fungsional/teori sistem. Pendekatan teori

Teori teori yang melandasi studi keluarga diantaranya adalah teori struktural fungsional/teori sistem. Pendekatan teori sosiologi struktural fungslonal biasa digunakan oleh Spencer dan Durkheim yang menyangkut struktur (aturan pola sosial) dan fungsinya dalam masyarakat (Skidmore 1979: Spencer dan Inkeles 1982: Turner 1986: Schwartz dan Scott 1994; Macionis 1995; Winton 1995) dan pada kehidupan sosial secara total (Mc. Quarie 1995). Penganut pandangan teori struktural fungsional melihat sistem sosial sebagai suatu sistem yang seimbang, harmonis dan berkelanjutan. Konsep struktur sosial meliputi bagian dari sistem dengan cara kerja pada setiap bagian yang terorganisir. William F. Ogburn dan Talcott Parsons adalah para sosiolog ternama yang mengemukakan pendekatan struktural fungsional dalam kehidupan keluarga pada abad ke 20. Pendekatan teori ini mengakui adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial yang kemudian diakomodasi dalam fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem (Megawangi 1999).

 Pendekatan struktural fungsional menekankan pada keseimbangan sistem yang stabil dalam keluarga dan kestabilan

Pendekatan struktural fungsional menekankan pada keseimbangan sistem yang stabil dalam keluarga dan kestabilan sistem sosial dalam masyarakat. Eshleman (1991), Gelles (1995) serta Newman dan Grauerholz (2002) menyatakan bahwa pendekatan teori struktural fungsional dapat digunakan dalam menganalisis peran keluarga agar dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga keutuhan keluarga dan masyarakat. Adapun Farrington dan Chertok (Boss et al 1993), Winton (1995), serta Klein dan White (1996) menyatakan bahwa konsep keseimbangan mengarah kepada konsep homeostasis suatu organisme yaitu suatu kemampuan untuk memelihara stabilitas agar kelangsungan suatu sistem tetap terjaga dengan baik meskipun didalamnya mengakomodasi adanya adaptasi dengan lingkungan.

Prasyarat dalam teori struktural fungsional menjadikan suatu keharusan yang harus ada agar keseimbangan sistem

Prasyarat dalam teori struktural fungsional menjadikan suatu keharusan yang harus ada agar keseimbangan sistem tercapai. baik pada tingkat masyarakat maupun tingkat keluarga. Levy (Megawangi 1999) menyatakan bahwa persyaratan struktural yang harus dipenuhi oleh keluarga agar dapat berfungsi, meliputi: (1) diferensiasi peran yaitu alokasi peran/tugas dan aktivitas yang harus dilakukan dalam keluarga: 2) alokasi solidaritas yang menyangkut distribusi relasi antar anggota keluarga; (3) alokasi ekonomi yang menyangkut distribusi barang dan jasa antar anggota keluarga intuk mencapai tujuan keluarga: (4) alokasi politik yang menyangkut distribusi (kekuasaan dalam keluarga: dan (5) alokasi integrasi dan ekspresi yaitu meliputi cara/teknik sosialisasi internalisasi maupun pelestarian nilai maupun perilaku pada setiap anggota keluarga dalam memenuhi tuntutan norma yang berlaku.

Teori sistem mempunyai pengertian dan konsep yang sama dengan teori struktural fungsional, namun teori

Teori sistem mempunyai pengertian dan konsep yang sama dengan teori struktural fungsional, namun teori sistem lebih menekankan pada beroperasinya hubungan antara satu set dengan set lainnya, sedangkan teori struktural fungsional lebih menekankan pada mekanisme struktur dan fungsi dalam mempertahankan keseimbangan struktur. Kedua teori tersebut terkadang dipandang sebagai teori yang sama, dan keduanya diterapkan pada analisis kehidupan keluarga. Pendekatan teori sistem sosial diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi Adam Smith mengenai adanya konsep kesatuan dan saling ketergantungan antara individu dan masyarakat (Campbell 1981; Turner 1986: So 1990; Day et al 1995; Killpatrik dan Holland 2003). Keluarga juga menerapkan praktek komunikasi antar organisasi yang menyangkut kemampuan manusia dan perilakunya dalam menggunakan bahasa dan penafsiran simbol yang berkaitan dengan sistem sosial di sekelilingnya (Ruben 1988: Nisjar dan Winardi 1997).

Teori keluarga lain yang sering dipakai sebagai landasan analisis keluarga adalah teori pertukaran sosial.

Teori keluarga lain yang sering dipakai sebagai landasan analisis keluarga adalah teori pertukaran sosial. George Homans (1958; 1961) adalah orang yang dikenal membawa teori pertukaran sosial ke disiplin Ilmu Sosial. Homans fokus pada hubungan interpersonal diantara orang di keluarga dan masyarakat. Konsep pemikiran George Homans adalah adanya karakteristik sifat manusia yang universal di seluruh dunia. yaitu bahwa perilaku manusia (konsep behavioriim di psychology) ada yang positive reinforcement dan negative reinforcement. Homans juga menyatakan adanya the rule of distributive justice yang artinya adanya harapan bahwa rewards pada masing orang yang berhubungan akan proporsional dengan biaya yang dikeluarkan oleh masing orang tersebut, sehingga net result dari masing orang itu akan proporsional dengan investasinya dalam hubungan tersebut. Apabila peraturan ini dilanggar, maka orang yang dirugikan akan marah, dan orang yang diuntungkan akan merasa bersalah.

Teori pertukaran sosial juga dipergunakan untuk menganalisis studi keluarga, diantaranya dalam memahami konflik dan

Teori pertukaran sosial juga dipergunakan untuk menganalisis studi keluarga, diantaranya dalam memahami konflik dan perceraian. Gambar 2 menyajikan pendekatan teori pertukaran sosial dalam menganalisis perceraian dalam keluarga.

Teori keluarga lain yang sering digunakan adalah teori perkembangan yang menjelaskan proses perubahan dalam

Teori keluarga lain yang sering digunakan adalah teori perkembangan yang menjelaskan proses perubahan dalam keluarga. Teori perkembangan keluarga merupakan multilevel theory yang berhubungan antara individu dan institusi keluarga. Hal hal yang sering dibahas pada teori ini adalah konsep perkembangan tugas (the development of task) sepanjang siklus kehidupan keluarga (family life cyck). Menurut Duvall (1957) terdapat 8 tahapan perkembangan keluarga. yaitu tahapan perkawinan (married couple), mempunyal anak (childbearing), anak berumur pra sekolah (preschool age), anak berumur Sekolah Dasar (school age), anak berumur remaja (teenage), anak lepas dari orangtua (launching centet), orangtua umur menengah (middle-aged parents), dan orangtua umur manula (aging parents).

 2. 3 POSISI GENDER DAN KELUARGA DALAM MASYARAKAT Akses perempuan terhadap “sesuatu” yang

2. 3 POSISI GENDER DAN KELUARGA DALAM MASYARAKAT Akses perempuan terhadap “sesuatu” yang dihargai dalam masyarakat, yang menjadi sumber kelahiran pelapisan dalam masyarakat pun menjadi sangat rendah. Sehingga kaum perempuan dengan segala keterbatasan yang sudah ditentukan oleh masyarakat untuknya terpaksa menempati lapisan yang lebih rendah di masyarakat daripada kaum laki. Kondisi yang telah menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang tidak menguntungkan di atas telah juga melahirkan pelbagai bentuk ketidakadilan gender (gender inequalities) yang termanifestasi antara lain dalam bentuk “ Marginalisasi”, yang merupakan proses pemiskinan terhadap perempuan, terjadi sejak di dalam rumah tangga dalam bentuk diskriminasi atas anggota keluarga laki dengan anggota keluarga perempuan. Marginalisasi juga diperkuat oleh adat istiadat maupun tafsir keagamaan. Misalnya, banyak diantara suku di Indonesia yang tidak memberi hak kepada kaum perempuan untuk mendapatkan waris sama sekali atau hanya mendapatkan separuh dari jumlah yang diperoleh kaum laki.

Demikian juga dengan kesempatan dalam memperoleh pekerjaan, berbeda antara laki dan perempuan, yang akibatnya

Demikian juga dengan kesempatan dalam memperoleh pekerjaan, berbeda antara laki dan perempuan, yang akibatnya juga melahirkan perbedaan jumlah pendapatan antara laki dan perempuan. Seorang perempuan yang bekerja sepanjang hari di dalam rumah, tidaklah dianggap “bekerja” karena pekerjaan yang dilakukannya, seberapapun banyaknya, dianggap tidak produktif secara ekonomis. Namun seandainya seorang perempuan “bekerja” pun (dalam arti di sektor publik) maka penghasilannya hanya dapat dikategorikan sebagai penghasilan tambahan saja sebagai penghasilan seorang suami tetap yang utama, sehingga dari segi nominal pun perempuan lebih sering mendapatkan jumlah yang lebih kecil daripada kaum laki.

 Mengenai marginalisasi perempuan ini, Ivan Illich mengungkapkan sebuah fakta sebagai berikut: Selama bertahun

Mengenai marginalisasi perempuan ini, Ivan Illich mengungkapkan sebuah fakta sebagai berikut: Selama bertahun ini, diskriminasi terhadap perempuan dalam pekerjaan yang berupah, yang terkena pajak, dan yang dilaporkan atau dipantau secara resmi, kedalamannya tidak berubah namun volumenya makin bertambah. Kini 51 % perempuan di Amerika Serikat bekerja di luar rumah, sementara tahun 1880 hanya tercatat 5%. Jika pada tahun 1880 dalam keseluruhan tenaga kerja di Amerika hanya 15% yang perempuan sekarang mencapai 42%. Kini separuh dari semua perempuan yang sudah kawin punya penghasilan sendiri dari suatu pekerjaan luar rumah, sementara seabad silam hanya 5% yang memiliki pendapatan sendiri. Sekarang hukum membuka kesempatan pendidikan serta karier bagi perempuan, sedangkan pada tahun 1880 banyak yang tertutup baginya. Sekarang rata perempuan menghabiskan 28 tahun sepanjang hidupnya untuk bekerja sementara tahun 1880 angka rata yang tercatat hanya 5 tahun. Ini semua kelihatan seperti langkah penting ke arah kesetaraan ekonomis, tapi tunggu sampai Anda terapkan alat ukur yang tepat. Upah rata tahunan perempuan yang bekerja penuh waktu masih mandek pada rasio magis dibanding pendapatan laki, yakni 3: 5 sekitar 59%, dengan kenaikan atau penurunan 3% , persis persentase seratus tahun silam. Kesempatan pendidikan, ketersediaan perlindungan hukum, retorika revolusioner, politis, teknologis, atau seksual , tak mengubah apa sehubungan dengan rendahnya pendapatan perempuan dibanding laki. (1998: 16)

Pandangan berlandaskan gender juga ternyata bisa mengakibatkan subordinasi terhadap perempuan. Anggapan bahwa perempuan itu

Pandangan berlandaskan gender juga ternyata bisa mengakibatkan subordinasi terhadap perempuan. Anggapan bahwa perempuan itu irrasional atau emosional berakibat munculnya sikap menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. Subordinasi karena gender tersebut terjadi dalam segala macam bentuk yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Salah satu konsekuensi dari posisi subordinat perempuan ini adalah perkembangan keutamaan atas anak laki. Seorang perempuan yang melahirkan bayi laki akan lebih dihargai daripada seorang perempuan yang hanya melahirkan bayi perempuan. Demikian juga dengan bayi yang baru lahir tersebut. Kelahiran seorang bayi laki akan disambut dengan kemeriahan yang lebih besar dibanding dengan kelahiran seorang bayi perempuan. Subordinasi juga muncul dalam bentuk kekerasan yang menimpa kaum perempuan. Kekerasan yang menimpa kaum perempuan termanifestasi dalam berbagai wujudnya, seperti perkosaan, pemukulan, pemotongan organ intim perempuan (penyunatan) dan pembuatan pornografi. Hubungan subordinasi dengan kekerasan tersebut karena perempuan dilihat sebagai objek untuk dimiliki dan diperdagangkan oleh laki, dan bukan sebagai individu dengan hak atas tubuh dan kehidupannya (Mosse, 1996: 76) Anggapan bahwa perempuan itu lebih lemah atau ada di bawah kaum laki juga sejalan dengan pendapat teori nature yang sudah ada sejak permulaan lahirnya filsafat di dunia Barat. Teori ini beranggapan bahwa sudah menjadi “kodrat” wanita untuk menjadi lebih lemah dan karena itu tergantung kepada laki dalam banyak hal untuk hidupnya (Budiman, 1985: 6) Bahkan Aristoteles mengatakan bahwa wanita adalah laki-laki yang tidak lengkap (Ibid).

Demikianlah pendikotomian laki dan perempuan berdasarkan hubungan gender nyata sekali telah mendatangkan ketidakadilan gender

Demikianlah pendikotomian laki dan perempuan berdasarkan hubungan gender nyata sekali telah mendatangkan ketidakadilan gender bagi perempuan yang termanifestasi dalam berbagai wujud dan bentuknya. Karena diskriminasi gender perempuan diharuskan untuk patuh pada “kodrat”nya yang telah ditentukan oleh masyarakat untuknya. Karena diskriminasi pula perempuan harus menerima stereotype yang dilekatkan pada dirinya yaitu bahwa perempuan itu irrasional, lemah, emosional dan sebagainya sehingga kedudukannya pun selalu subordinat terhadap laki, tidak dianggap penting bahkan tidak dianggap sejajar dengan laki, sehingga perempuan diasumsikan harus selalu menggantungkan diri dan hidupnya kepada laki.

 Bertolak dari kondisi demikianlah maka jika dulu Karl Marx memperjuangkan kesamaan kelas, kini

Bertolak dari kondisi demikianlah maka jika dulu Karl Marx memperjuangkan kesamaan kelas, kini kaum feminis menggemakan perjuangannya, untuk memperoleh kesetaraan gender. Untuk memperoleh kedudukan dan hak yang sama dengan laki. Megawangi (1994) menjelaskan bahwa keluarga dijabarkan sebagai suatu sistem yang diartikan sebagai suatu unit sosial dengan keadaan yang menggambarkan individu secara intim terlibat untuk saling berhubungan timbal balik dan saling mempengaruhi satu dengan Iainnya setiap saat dengan dibatasi oleh aturan di dalam keluarga. Masyarakat juga menganalisis keterkaitan antara keluarga dan lingkungan dalam melihat perubahan budaya, seperti peran ganda ibu, tren perceraian, dan efek perceraian dalam pengasuhan (Harris dan Liebert 1992).

Berkaitan dengan keluarga dan lingkungannya. Coleman (Fukuyama 2000), seorang ahli sosiologi membawa istilah modal

Berkaitan dengan keluarga dan lingkungannya. Coleman (Fukuyama 2000), seorang ahli sosiologi membawa istilah modal sosial atau social capital pada aspek pendidikan dan pengasuhan anak. Modal sosial didefinisikan sebagai suatu set sumberdaya yang diwariskan dalam hubungan keluarga dan organisasi sosial masyarakat di sekitarnya yang sangat berguna untuk perkembangan kognitif dan sosial anaknya. Fukuyama (2000) menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara keluarga dengan modal sosialnya. Keluarga merupakan landasan unit kerjasama sosial dengan melibatkan orangtua, ayah dan ibu, untuk bekerja bersama dalam berkreasi, melakukan sosialisasi, dan mendidik anaknya.

 Berkaitan dengan keluarga dan lingkungannya. Coleman (Fukuyama 2000), seorang ahli sosiologi membawa istilah

Berkaitan dengan keluarga dan lingkungannya. Coleman (Fukuyama 2000), seorang ahli sosiologi membawa istilah modal sosial atau social capital pada aspek pendidikan dan pengasuhan anak. Modal sosial didefinisikan sebagai suatu set sumberdaya yang diwariskan dalam hubungan keluarga dan organisasi sosial masyarakat di sekitarnya yang sangat berguna untuk perkembangan kognitif dan sosial anaknya. Fukuyama (2000) menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara keluarga dengan modal sosialnya. Keluarga merupakan landasan unit kerjasama sosial dengan melibatkan orangtua, ayah dan ibu, untuk bekerja bersama dalam berkreasi, melakukan sosialisasi, dan mendidik anaknya.

 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gender dan keluarga adalah bagian dari masyarakat, terutama

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gender dan keluarga adalah bagian dari masyarakat, terutama yang berkaitan dengan hubungan relasi antar manusia di dalam wadah institusi keluarga. Selama menyangkut relasi manusia, yang terdiri atas laki dan perempuan, maka disitulah terdapat relasi gender yang berkaitan dengan peran dan fungsi dari manusia tersebut. Gambar 3 menjelaskan tentang isu gender pada skala makro di Indonesia.

Gender merupakan konsep yang berkaitan dengan peran antara laki dan perempuan (anak cacat/normal: anak

Gender merupakan konsep yang berkaitan dengan peran antara laki dan perempuan (anak cacat/normal: anak berdasarkan perkembangannya balita, anak, remaja, dewasa, atau lansia). Relasi gender memandang hubungan antara laki dan perempuan berkaitan dengan pembagian peran yang dijalankan masing pada berbagai tipe dan struktur keluarga (keluarga miskin/kaya, keluarga desa/kota, keluarga lengkap/tunggal, keluarga punya anak/tidak punya anak, keluarga pada berbagai tahapan life cycle dan keluarga petani/nelayan).

 Semua warga negara (laki dan perempuan) berada dalam lindungan hukum nasional maupun internasional,

Semua warga negara (laki dan perempuan) berada dalam lindungan hukum nasional maupun internasional, sehingga setiap orang dijamin mempunyai kesamaan hak, keadilan, dan kesetaraan (partisipasi. akses/kesempatan, kontrol dan manfaat). Namun demikian, kenyataan di lapangan, masih banyak ditemui adanya kesenjangan gender di berbagai bidang (Sosial Budaya, Ekonomi, Hukum, Hankam, Teknologi, Pendidikan, Tenaga Kerja, dan Kepemilikan Properti) yang akar permasalahannya berasal dari kesenjangan sosiologis kultural di tingkat keluarga dan masyarakat lokal (adanya marjinalisasi, ketidakadilan dalam pembagian peran, pelabelan pada kaum perempuan, beban Banda pada perempuan, dan penyalahgunaan anti dan pengertian kodrati untuk memagari kaum perempuan agar tidak terlalu banyak berpartisipasi di sektor publik).

 Dampak kesenjangan gender dapat dilihat pada kehidupan keluarga, yaitu adanya bias gender dalam

Dampak kesenjangan gender dapat dilihat pada kehidupan keluarga, yaitu adanya bias gender dalam bidang pendidikan, kesehatan. dan tenaga kerja serta ekonomi yang semuanya membawa ketertinggalan kaum perempuan dibandingkan dengan laki; meningkatkan aktivitas trafficking yang sebagian besar merugikan kaum perempuan dan anak, meningkatkan frekuensi domestic violence (kekerasan dalam rumahtangga) yang kasusnya lebih besar menimpa kaum perempuan dibandingkan dengan laki, dan rnasih adanya pengasuhan bias gender yang lebih menguntungkan anak laki dibandingkan dengan perempuan.

Dampak kesenjangan gender di tingkat keluarga akan meluas ke tingkat makro dengan kenyataan bahwa

Dampak kesenjangan gender di tingkat keluarga akan meluas ke tingkat makro dengan kenyataan bahwa Bangsa Indonesia masih mengalami kualitas HDI yang rendah; pertumbuhan ekonomi yang terhambat; kualitas pendidikan rendah, kualitas kesehatan rendah; masalah sosial yang tinggi (pengangguran, kriminalitas, trafficking), kualitas kesejahteraan keluarga dan masyarakat rendah atau kemiskinan struktural meningkat dan regeneratif, kualitas pemeliharaan lingkungan rendah (kerusakan hutan dan erosi serta polusi yang tinggi: transfer ketidakadilan dari generasi ke generasi konstan/meningkat; dan urbanisasi/migrasi yang tinggi). Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan intervensi pihak pemerintah dalam merumuskan Kebijakan Pengarusutamaan Gender dan Anak (PUGA) di tingkat Nasional/Provinsi/Kab/Kota melalui berbagai program dan kegiatan yang bersinergis antar stakeholder di berbagai jenjang pemerintahan untuk mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) mulai dari tingkat keluarga, masyarakat dan negara dengan memberikan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat yang sama antara laki dan perempuan.

 2. 4 PERMASALAHAN GENDER DAN KELUARGA Secara umum sudah terjadi kemitraan peran laki

2. 4 PERMASALAHAN GENDER DAN KELUARGA Secara umum sudah terjadi kemitraan peran laki dan perempuan dalam kehidupan sehari dengan tahapan kemitraan yang berbeda dari satu keluarga ke keluarga lainnya, dari satu daerah ke daerah lainnya. Kemitraan gender ini tercermin dalam akses dan kontrol terhadap sumberdaya keluarga, meskipun belum tercapai kesetaraan yang sempurna. Namun demikian masih terjadi adanya ketimpangan gender atau ketidakseimbangan kemitraan gender yang sempurna di dalam tingkat masyarakat yang dibuktikan dengan minimnya perempuan menduduki struktur pengurus organisasi ekonomi dan organisasi kemasyarakatan lainnya. Organisasi perempuan yang ada, umumnya merupakan organisasi keagamaan dan perkumpulan sosial. Masih ditemui adanya kendala terhadap peran perempuan dalam berkontribusi pada kegiatan ekonomi dan sosial budaya. Belum terjadi keseimbangan peran yang sempurna antara laki dan perempuan berkaitan dengan budaya masyarakat tradisional yang patriarki. Budaya tersebut menganggap bahwa laki sebagai a main/primary breadwinner dan perempuan sebagai a secondary breadwinner.

 Saat ini, permasalahan keluarga didominasi oleh masalah sosial ekonomi (social economics problems) seperti

Saat ini, permasalahan keluarga didominasi oleh masalah sosial ekonomi (social economics problems) seperti perceraian, konflik antar anggota keluarga, kemiskinan, kekerasan dalam rumahtangga, kenakalan remaja, dan lain. Pembangunan ekonomi nasional selama ini masih belum mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat secara luas. Indikator utamanya adalah tingginya ketimpangan dan kemiskinan. Ketimpangan gender yang masih terjadi di Indonesia diantaranya tampak pada pasar kerja, yaitu adanya akses perempuan terhadap kesempatan yang mendatangkan pendapatan lebih rendah daripada akses lelaki. Perempuan lebih kecil kemungkinannya untuk bekerja, dan sebaliknya Iebih besar kemungkinannya untuk tidak dipekerjakan. Perempuan cenderung mendapatkan upah Iebih kecil dari lelaki. Angka kemiskinan akan semakin besar jika dalam kategori kemiskinan tersebut dimasukan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) meliputi gelandangan, pengemis, anak jalanan, yatim piatu, jompo terlantar, dan penyandang cacat yang tidak memiliki pekerjaan atau memiliki pekerjaan namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara umum kondisi PMKS lebih memprihatinkan ketimbang orang miskin. Selain memiliki kekurangan pangan, sandang dan papan, kelompok rentan (vulnerable group) ini mengalami pula ketelantaran psikologis, sosial dan politik (Suharto 2004).

 2. 5 PENDEKATAN GENDER DALAM HARMONISASI DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA Dewasa ini, semakin banyak

2. 5 PENDEKATAN GENDER DALAM HARMONISASI DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA Dewasa ini, semakin banyak kelompok perempuan yang semakin kuat dan kompak, baik dari segi organisasi maupun produktivitas, untuk meningkatkan partisipasinya di sektor publik. Kelompok usaha ekonomi produktif dari perempuan dapat menyumbangkan kemajuan perekonomian daerah secara signifikan. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan telah menetapkan kebijakan Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP) sebagai upaya untuk meningkatkan pemenuhan hak ekonomi perempuan dengan melakukan koordinasi dan sinergi program yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi dari sektor terkait. Perempuan mempunyai hak untuk melaksanakan pemenuhan hak ekonomi sebagai salah satu kebutuhan dasar khususnya guna meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga di samping untuk menyetarakan posisi dan kondisi perempuan dengan laki. Perempuan telah berperan serta dalam kegiatan ekonomi namun pada umumnya , mereka masuk di sektor informal, sehingga kontribusi perempuan pengusaha mikro dan kecil sering tidak diperhitungkan (Swasono 2005).

 Menteri Pemberdayaan Perempuan mengajak seluruh unsur (pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi

Menteri Pemberdayaan Perempuan mengajak seluruh unsur (pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi dan perbankan) untuk bersama membina dan mengembangkan para perempuan pengusaha agar menjadi pengusaha yang tangguh yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi yang optimal terhadap perekonomian nasional. Harus ada strategi penguatan perempuan dan sekaligus penguatan keluarga agar dapat mewujudkan kesejahteraan individu, keluarga, dan masyarakat secara bersama dengan mengedepankan kemitraan dan keharmonisan keluarga Indonesia.

 Pemberdayaan perempuan merupakan bagian dari pemberdayaan gender yang mengacu pada pemberdayaan kaum tertentu

Pemberdayaan perempuan merupakan bagian dari pemberdayaan gender yang mengacu pada pemberdayaan kaum tertentu yang terpinggirkan, apakah itu kelompok perempuan, atau kelompok laki. Sedangkan kalau pemberdayaan keluarga mengacu pada satu kesatuan unit analisa kelompok campuran, baik perempuan maupun laki. Definisi keluarga dalam UU No 10 Tahun 1992 bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah dan adopsi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan sosial bagi suami istri, ayah ibu, dan putra putri. Pendekatan teori sosiologi yang banyak digunakan untuk menganalisis gender adalah pendekatan teori konflik sosial, sedangkan pendekatan teori yang digunakan untuk menganalisis keluarga adalah pendekatan teori struktural fungsional. Pendekatan analisis gender dan keluarga juga menggunakan pendekatan teori interaksi simbolik dan teori perkembangan.

 Dengan demikian sangat jelas bahwa pemberdayaan gender sangat berkaitan dengan pemberdayaan keluarga, meskipun

Dengan demikian sangat jelas bahwa pemberdayaan gender sangat berkaitan dengan pemberdayaan keluarga, meskipun ada perbedaan konteks dan pendekatan. Pemberdayaan gender dan keluarga sama mengedepankan kemitraan atau relasi hubungan antara laki dan perempuan. Pemberdayaan keluarga memang Iebih mengedepankan adanya keseimbangan antar subsistem dengan memperhatikan kesatuan dan keharmonisan unit keluarga. Seorang perempuan yang menjalankan peran ganda sebagai istri, ibu, dan pekerja professional, akan menemui kesulitan memilih pada saat berada di persimpangan antara tuntutan karir dan keluarga, apabila tidak dapat menyeimbangkan antara tuntutan keluarga serta pekerjaan. Seorang perempuan yang menginginkan tujuan hidupnya mendapatkan kedudukan merupakan hal yang sangat penting, yaitu karir dan keluarga, maka harus menjalankan strategi menyeimbangkan kepentingan pekerjaan dan keluarga atau a balancing work and family strategy (Gambar 4).

 Perempuan yang berada pada tahapan family life cycle awal. seperti tahapan keluarga yang

Perempuan yang berada pada tahapan family life cycle awal. seperti tahapan keluarga yang mempunyai anak balita dan anak usia sekolah, maka perempuan tersebut akan menghadapi tuntutan keluarga yang Iebih besar daripada tuntutan karir, sehingga kemungkinan harus mengalokasikan waktu dan energi lebih besar kepada keluarga daripada pekerjaan, terutama apabila anaknya sakit. Sebaliknya, perempuan yang berada pada tahapan family life cycle pertengahan, seperti tahapan keluarga yang mempunyai anak remaja dan anak dewasa, maka perempuan tersebut akan mempunyai banyak waktu dan energi untuk berkonsentrasi Iebih besar pada karir mengingat tuntutan keluarga yang Iebih kecil daripada tuntutan karir, intinya adalah kemampuan perempuan dalam menyeimbangkan antara tuntutan keluarga dan pekerjaanlah yang membuat perempuan dapat eksis dalam mempertahankan kedua peran ganda tersebut.

 Jadi pemberdayaan gender harus selaras dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan

Jadi pemberdayaan gender harus selaras dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan pemberdayaan keluarga. Merujuk pada istilah yang sudah ada, maka pantas untuk dipikirkan adanya "Engendering Families" yang berarti memberi wawasan gender pada kehidupan keluarga sehari untuk mecapai tujuan bersama (J 1) bukan "Endengering Families" yang berarti membawa petaka dan bahaya pada eksistensi keluarga, misalnya konflik dan perceraian (J 2 atau bahkan J 3). Lihat ilustrasi pada Gambar 5.

 Adapun strategi dan dinamika pemberdayaan gender pada tahapan individu, keluarga, dan masyarakat dapat

Adapun strategi dan dinamika pemberdayaan gender pada tahapan individu, keluarga, dan masyarakat dapat dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan keadaan lokal dengan mempertimbangkan local wisdom, ; ndigenous knowledge, dan norma serta adat setempat. Nilai nilai atau norma yang kurang sesuai dengan perkembangan jaman, dapat dilakukan modifikasi perubahan sesuai dengan kesepakatan masyarakat setempat, khususnya yang berkaitan dengan aloes perempuan pada pendidikan dan peningkatan pengetahuan serta pada informasi pekerjaan. Menyimak dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa konsep gender dan keluarga berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan. Merujuk pada tujuan perjuangan gender dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan (KKG) dalam segala bidang, maka tahapan yang paling awal adalah melakukan KKG pada tingkatan keluarga.

 Dahulu sebagai unit terkecil dalam masyarakat, disamping tetap melakukan strategi pengarusutamaan gender (PUG)

Dahulu sebagai unit terkecil dalam masyarakat, disamping tetap melakukan strategi pengarusutamaan gender (PUG) di tingkat regional dan nasional. Keluarga sebagai unit kesatuan dari individu yang saling berhubungan darah dan terkait dengan landasan hukum ini perlu diberikan warna gender atau perlu dilakukan “Gender Awareness dalam Keluarga". Apabila tingkatan keluarga sudah dapat adanya KKG, maka tingkatan masyarakat sebagai agregat dari keluarga dapat mewujudkan KKG juga. Jadi institusi keluarga hendaknya dianggap sebagai media awal dalam perjuangan KKG, dan bukan sebagai media penghalang KKG. Ruang Iingkup gender dan keluarga diawali dari tahap keluarga sebagai unit kecil dalam masyarakat dan sebagai insitusi utama dan pertama bagi pendidikan anak. Peran gender dalam harmonisasi kehidupan keluarga didasari pada kesetaraan dan keadilan dalam akses, partisipasi, kontrol dan manfaat terhadap penggunaan sumberdaya dan memperoleh informasi untuk mencapai kesejahteraan keluarga. Re. Iasi gender dalam keluarga juga harus melandasi interaksi dalam keluarga yang perlukan dalam memahami komunikasi dan pengasuhan anak. Interaksi dalam warga meliputi komunikasi suami istri, komukasi orangtua anak, komunikasi ayah dengan anak laki dan anak perempuan, komunikasi ibu dengan anak laki dan anak perempuan, komunikasi antar saudara kandung (laki vs laki; perempuan vs perempuan; laki dan perempuan) dan komunikasi antar generasi (intergeneratipnal relationships).

Relasi gender juga melandasi pengasuhan anak, sehingga bersama dengan interaksi dalam keluarga yang harmonis

Relasi gender juga melandasi pengasuhan anak, sehingga bersama dengan interaksi dalam keluarga yang harmonis dan berperspektif gender, maka akan menghasilkan kualitas hubungan perkawinan (marital relationships quality) dan kualitas hubungan kekerabatan (kinship relationships quality) yang tinggi. Untuk mengatasi kesenjangan gender yang terjadi di tingkat keluarga dan masyarakat, maka harus melakukan pendekatan dari sisi sosiologis kultural secara bijak dan gradual berkaitan dengan pembagian peran gender dalam berbagai aktivitas baik publik maupun domestik serta sosial kemasyarakatan. Peran gender di sektor domestik melibatkan peran reproduktif/domestik yang menyangkut aktivitas manajemen sumberdaya keluarga (materi, non materi dan waktu, pekerjaan dan keuangan), misalnya laki membantu peran domestik dalam pegasuhan/pendidikan anak. Di tingkat keluarga dilakukan perkuatan peran gender di segala bidang yang meliputi sosial budaya, ekonomi, hukum, hankam, penguasaan teknologi, pendidikan, tenaga kerja, dan kepemilikan properti. Perkuatan gender di tingkat keluarga diharapkan berdampak pada keadaan gender dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan tenaga kerja serta ekonomi: trafficking teratasi, domestic violence teratasi, pengasuhan adil gender, kualitas anak meningkat. dan kesejahteraan keluarga meningkat (baik fisik. sosial, ekonomi, mental/psikologi. maupun spiritual). Perkuatan gender di tingkat keluarga diharapkan berdampak pada outcome secara makro/nasional, yaitu meningkatkan kualitas HDI: pertumbuhan ekonomi, kualitas pendidikan meningkat, kualitas kesehatan meningkat, kualitas kesejahteraan keluarga dan masyarakat meningkat. dan kualitas pemeliharaan lingkungan fisik dan non fisik membaik. Oleh karena itu konsep gender dan keluarga tidak dapat dipisahkan, keduanya saling berkaitan secara kausal. Dengan demikian perlu adanya "Gender Awareness dalam Keluarga" dengan mempertahankan keutuhan keluarga sebagai suatu unit kesatuan yang tidak terpisahkan dan sebagai unit terkecil dalam masyarakat.

 2. 6 PENGASUHAN ANAK BERPERSPEKTIF GENDER Keluarga mempunyai peran yang sangat tinggi dan

2. 6 PENGASUHAN ANAK BERPERSPEKTIF GENDER Keluarga mempunyai peran yang sangat tinggi dan merupakan sumber institusi paling awal dan paling kuat dalam mensosialisaikan anaknya, baik putra maupun putri sesuai dengan nilai keluarga dan norma masyarakat yang dianut. Pengasuhan yang dilakukan oleh ayah dan ibu memberi pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung pada perilaku pelajar. Kualitas pengasuhan oleh ayah maupun ibu berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku kenakalan remaja. Secara spesifik, kontribusi peran pengasuhan, yang dilakukan o!eh ibu (mother's parenting roles) mempunyai keistimewaan yang lebih besar dibandingkan dengan peran pengasuhan yang dilakukan oleh ayah (father's parenting roles) (Puspitawati 2006).

 Masih berkaitan dengan pengasuhan anak, maka pengasuhan anak berperspektif gender (Gambar 6) menyangkut

Masih berkaitan dengan pengasuhan anak, maka pengasuhan anak berperspektif gender (Gambar 6) menyangkut pendidikan anak berdasarkan asas keadilan gender dalam memperoleh akses, manfaat, partisipasi, kontrol terhadap semua sumberdaya keluarga untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang sehat jasmani dan rohani. Sesuai motto dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan, yaitu "anak laki dan perempuan adalah berbeda, namun jangan dibedakan".

 Pengasuhan anak perempuan berperspektif gender di bidang pendidikan menyangkut usaha menumbuhkan motivasi belajar;

Pengasuhan anak perempuan berperspektif gender di bidang pendidikan menyangkut usaha menumbuhkan motivasi belajar; memilih program studi yang cocok dengan kompetensi dan minatnya; tidak ada salahnya memberi kesempatan anak perempuan yang cakap untuk sekolah di luar kota dan ke perguruan tinggi dengan program studi teknik dan ilmu eksakta; memberi cara kemandirian yang cocok untuk perempuan: dan sudah seharusnya anak perempuan untuk dapat memahami listrik, kompor gas, kendaraan, dan sense of dangerous.

 Seiring dengan pengasuhan anak perempuan di atas, maka pengasuhan anak laki berperspektif gender

Seiring dengan pengasuhan anak perempuan di atas, maka pengasuhan anak laki berperspektif gender juga menuntut orangtua (ayah dan ibu) memperhatikan personalitas (Introvert/feminin vs extrovert/maskulin): mencari pendekatan yang tepat pada anak laki, dan perhatikan sifat selebomya: pendekatan ayah dan ibu harus bijaksana dan hangat serta penuh pengertian: memberi sosialisasi tentang sifat perempuan dan cara respek dan menghargai perempuan: Ibu mensosialisasikan apa yang diharapkan perempuan terhadap laki: Ayah mensosialisasi bagaimana seorang laki memberi perlindungan dan nasehat pada perempuan: orangtua memberi contoh bagaimana kemitraan laki dan perempuan di dalam keluarga dan masyarakat.

 Pengasuhan anak laki berperspektif gender di bidang pendidikan menyangkut menumbuhkan motivasi belajar, memilih

Pengasuhan anak laki berperspektif gender di bidang pendidikan menyangkut menumbuhkan motivasi belajar, memilih program studi yang cocok dengan kompetensi dan minatnya: tidak ada salahnya memberi kesempatan anak laki untuk sekolah dengan program studi ilmu sosial, keluarga, dan kerumahtanggaan: beri cara kemandirian yang cocok untuk laki: dan tidak ada salahnya anak laki diajari pekerjaan rumahtangga agar dapat memasak: mencuci, menyeterika, dan membersihkan tempat tidur untuk kemandirian dasar sebagai manusia. Pengasuhan anak berperspektif gender disini bertujuan agar anak perempuan akan menjadi istri yang baik, respek suami, pekerja yang baik dan handal, sedangkan anak laki akan menjadi suami yang baik, respek istri, pekerja yang baik dan handal. Kita juga ingin menjadikan anak laki maupun perempuan untuk saling menyayangi, saling bekerjasama, saling berbagi peran, sating melindungi sesuai dengan kodrat dan sifat pribadinya masing.

 2. 7 KAJIAN GENDER DAN KELUARGA Peran Perempuan dalam Peningkatan Kese. Jahteraan Keluarga

2. 7 KAJIAN GENDER DAN KELUARGA Peran Perempuan dalam Peningkatan Kese. Jahteraan Keluarga Telah diakui adanya peran ganda (multi roles) dari perempuan, baik sebagai istri, ibu, pekerja profesional, serta anggota masyarakat. Jadi perempuan dapat memainkan peranannya di sektor publik, domestik, dan kemasyarakatan. Perempuan dikenal sebagai individu yang dapat mengerjakan berbagai kegiatan pada waktu yang sama (overlapping activities) sehari. Hal hal yang biasa dilakukan perempuan di desa adalah aktivitas seperti menggendong anak sambil menyapu halaman rumah di pagi hari, sambil menunggu menjemur padi dan menjemur pakaian, atau aktivitas seperti mengasuh anak, sambil menunggu toko di rumah, sambil menunggu memasak air, dan menunggu menjemur pakaian.

 Peran perempuan di sektor publik juga tidak dapat dipandang sebelah mata. Telah dibuktikan

Peran perempuan di sektor publik juga tidak dapat dipandang sebelah mata. Telah dibuktikan bahwa perempuan dapat menjadi penyelamat keluarga dan penyelamat bangsa di masa krisis ekonomi dengan keuletannya dalam berkreativitas mencari tambahan uang bagi keluarganya (family generating income). Berbagai data dan bukti telah menunjukkan bahwa perempuan dapat menjadi penyangga ekonomi keluarga, mulai dari tingkatan sederhana sampai ke tingkatan profesional. Berikut ini disajikan contoh peran serta perempuan dalam menjalankan aktivitas ekonomi di pedesaan.

 Peran Gender dalam Pengelolaan Dana SLT BBM pada Keluarga Miskin Peran gender dalam

Peran Gender dalam Pengelolaan Dana SLT BBM pada Keluarga Miskin Peran gender dalam pengelolaan dana SLT BBM pada keluarga miskin dapat disajikan pada Box 3 berikut ini, yaitu melalui analisis gender terhadap pernbagian tugas dalam keluarga dan Box 4 tentang peran gender dalam Survival Strategies (Puspitawati dkk 2006). Box 3. Lesson learn dari Puspitawati. H. , Herawati. T. . & Sarma. M. 2006. tentang Pembagian Tugas Suami dan Istri pada Keluarga Miskin Penerima SLT BBM di Bogor. Jawa Barat.

 Berkaitan dengan keterkaitan gender dan keluarga, maka pengasuhan berperspektif gender berarti mendidik dan

Berkaitan dengan keterkaitan gender dan keluarga, maka pengasuhan berperspektif gender berarti mendidik dan mengasuh anak berdasarkan asas berkeadilan gender dalam memperoleh akses, manfaat, partisipasi, kontrol terhadap semua sumberdaya keluarga untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang sehat jasmani dan rohani. Pengasuhan anak berperspektif gender ini diharapkan agar anak laki/perempuan dapat menjalankan peran ganda yang optimal di masa depan yaitu menjadi pekerja yang profesional, suami/istri yang respek terhadap pasangannya, dan menjadi ayah/ibu yang bijak dan menyayangi anaknya, serta menjadi anggota masyarakat yang baik. Dengan demikian perjuangan gender harus dimulai dari tingkatan keluarga dahulu.

Hasil dari pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya baik laki maupun perempuan menghasilkan

Hasil dari pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya baik laki maupun perempuan menghasilkan suatu outcome psikososial yang terdiri atas kecerdasan emosi (emotional intelligent), penghargaan diri (sell esteem baik yang berdimensi positif maupun negatif), tingkat stress, tingkat agresifitas, dan tingkat kenakalan remaja baik jenis kenakalan umum maupun kriminal. Jadi hasil penelitian menunjukkan bahwa outcome psikososial remaja yang berdimensi positif adalah kecerdasan emosi (emotional intelligent) yang semakin tinggi, penghargaan diri yang semakin tinggi, tingkat stres yang semakin rendah, tingkat agresifitas yang semakin rendah, dan tingkat kenakalan remaja baik jenis kenakalan umum maupun kriminal yang semakin rendah.

 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Peranan gender dalam keluarga dalam tugas keluarga,

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Peranan gender dalam keluarga dalam tugas keluarga, pemeliharaan anak, dan perkawinan pada umumnya hendaknya tidak bias gender. Pengambilan keputusan dalam hal masalah dalam rumah tangga keluarga harus tercipta kesetaraan dan kemitraan terpadu antara suami dan isteri. Adapun nilai sosial budaya dan status sosial ekonomi tidak menjadi penghalang untuk terjadinya kesetaraan dan kemitraan terpadu antara suami dan isteri. Saran Kehidupan rumah tangga yang harmonis tercapai karena pihak suami dan isteri sama memahami peran dan tanggungjawabnya dalam kehidupan berumahtangga. Mengingat pentingnya peranan gender dalam keluarga, maka disarankan tulisan ini untuk dijadikan sebagai referensi dalam mewujudkan pemahaman masyarakat mengenai peranan gender dalam kehidupan keluarga. Saran saran ini terutama disampaikan kepada beberapa pihak: Bagi penyelenggara pendidikan anak usia dini nonformal dan informal (PAUDNI) disarankan untuk menggunakan prinsip gender dalam mendidik anak menuju pengarusutamaan gender dalam bidang pendidikan. Bagi pemerintah dan swasta disarankan untuk mensosialisasikan wawasan gender masyarakat terutama pemahaman mereka terhadap peranan gender dalam kehidupan berkeluarga.