Gangguan Nutrisi dan Penyakit Metabolik pada Anak dan
Gangguan Nutrisi dan Penyakit Metabolik pada Anak dan Remaja
Nutrisi pada remaja • Fenomena pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang tinggi agar tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal karena nutrisi dan pertumbuhan merupakan hubungan integral • Tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada masa ini dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual dan hambatan pertumbuhan linear.
Sebelum masa remaja • kebutuhan nutrisi anak lelaki dan anak perempuan tidak dibedakan Masa remaja • Terjadi perubahan biologik dan fisiologik tubuh yang spesifik sesuai gender (gender specific) sehingga kebutuhan nutrien pun menjadi berlainan remaja perempuan membutuhkan zat besi lebih banyak karena mengalami menstruasi setiap bulan.
Masalah nutrisi utama pada remaja adalah • Defisiensi mikronutrien khususnya anemia defisiensi zat besi • Masalah malnutrisi : üGizi kurang dan perawakan pendek üGizi lebih sampai obesitas komorbiditasnya yang keduanya seringkali berkaitan dengan perilaku makan salah
Masalah nutrisi pada remaja Isu masalah nutrisi pada remaja 1. Defisiensi besi, anemia defisiensi besi dan defisiensi mikronutrien lain. Anemia merupakan masalah nutrisi utama pada remaja dan umumnya pola makan salah sebagai penyebabnya di samping infeksi dan menstruasi. • Prevalensi anemia pada remaja cukup tinggi • Sukarjo dkk di Jawa Timur (2001) mendapatkan prevalensi sebesar 25. 8% pada remaja perempuan dan 12. 1% pada remaja lelaki usia 12 -15 tahun • Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan defisiensi besi dengan gangguan proses kognitif yang membaik setelah mendapat suplementasi zat besi.
Masalah nutrisi pada remaja Isu masalah nutrisi pada remaja 2. Gizi kurang dan perawakan pendek • Perawakan pendek pada remaja seringkali ditemukan pada populasi dengan kejadian malnutrisi tinggi, prevalensi berkisar antara 27 – 65% • pada 11 studi oleh ICRW (International Centre for Research on Women). Gizi kurang kronik yang mengakibatkan perawakan pendek merupakan penyebab terjadinya hambatan pertumbuhan dan maturasi, memperbesar risiko obstetrik, dan berkurangnya kapasitas kerja.
Masalah nutrisi pada remaja 3. Obesitas • Obesitas pada masa remaja cenderung menetap hingga dewasa dan makin lama obesitas berlangsung makin besar korelasinya dengan mortalitas dan morbiditas • Obesitas sentral (rasio lingkar pinggang dengan panggul) terbukti berkorelasi terbalik dengan profil lipid padal penelitian longitudinal Bogalusa. Obesitas juga menimbulkan masalah besar kesehatan dan sosial, dan pengobatan tidak saja memerlukan biaya tinggi tetapi seringkali juga tidak efektif. Karenanya pencegahan obesitas menjadi sangat penting dan remaja merupakan target utama.
Defisiensi besi, anemia defisiensi besi
ANEMIA DEFISIENSI BESI KEGUNAAN ZAT BESI DALAM TUBUH Pembentukan hemoglobin Pertumbuhan Bekerjanya bbrp macam enzim Meningkatkan : üketahanan terhadap infeksi ükemampuan usus menetralisir zat toksik ükemampuan belajar ( konsentrasi ) 9
KEBUTUHAN TERHADAP BESI • 5 – 10 mgr / hari • Meningkat pada : – Bayi – Prasekolah – Remaja / pubertas – Penyakit infeksi Pengeluaran besi Pertumbuhan meningkat Sangat sedikit Deskuamasi: sel-sel kulit, sal cerna Keringat, urine & empedu 10
Kekurangan mikronutrien
• Mikronutrien atau trace element : – Merupakan komponen nutrisi – Relatif dibutuhkan dalam jumlah sedikit (<1 g/hari, kadang hanya mcg/hari) – Berperan esensial dalam banyak fungsi untuk memelihara proses metabolisme seluler dalam tubuh Sarma, 200912
• Banyak larut dalam air & diekskresikan sehingga: – tidak semuanya disimpan dalam tubuh – tidak semuanya tersedia dalam jumlah cukup pada makanan sehari – hari • Diet monoton & tidak seimbang menyebabkan defisiensi mikronutrien • Usia, sex, & kehanilan juga faktor yang mempengaruhi status mikronutrien Sarma, 200913
• Malnutrisi meningkatkan morbiditas, mortalitas, & mempengaruhi tumbuh kembang anak • Defisiensi mikronutrien biasanya menyertai defisiensi makronutrien – Menimbulkan gejala klinis akibat gangguan metabolisme – Namun bila defisiensi mikronutrien masih tingkat fungsional, belum menampakkan gejala klinis yang jelas Bhan, 200114
• Defisiensi mikronutrien selama pertumbuhan cepat pada masa anak-anak: – Merupakan cerminan kelaparan terselubung – Mengganggu : • • Pertumbuhan fisik Perkembangan (motorik kasar, halus, mental dan sosial) Fungsi imunitas Kognitif Sarma, 200915
• Defisiensi yodium, besi, & vitamin merupakan masalah kesehatan terbanyak – Yodium & selenium: fungsi normal tiroid defisiensi akan menimbulkan kretinisme hipotiroid – Besi: defisiensi mengganggu status imun, pertumbuhan fisik, & kognitif 16
KLASIFIKASI • Mikronutrien dibagi menurut kepentingannya – Esensial: • Seng, Yodium, Besi, Selenium, Tembaga, Molibden, Fluor, Vitamin – Mungkin esensial: • Nikel, Timah, Silikon – Non esensial • Aluminium, Kadnium, Arsen, Timbal Mayes, 200117
PERAN & TITIK TANGKAP • Berperan pada tiap tahap proses pertumbuhan, contoh: – berupa sinyal (misalnya asam retinoat) – struktural (Zn pada faktor transkripsi) – katalitik (misalnya tembaga) Mc. Ardle, 199918
PERAN MIKRONUTRIEN DALAM PERTUMBUHAN MIKRONUTRIEN PERAN Vitamin D & Ca Defisiensi mempengaruhi pertumbuhan tulang (ricketts) K, Zn, Mg, Cu Defisiensi mengganggu sistem GH/IGF I & mempengaruhi pertumbuhan Mn Defisiensi menyebabkan abnormalitas tulang akibat defek fungsi proteoglikan pada growh plate Fe, I Membantu perkembangan kognitif & pertumbuhan Vitamin A Membantu pertumbuhan secara indirek Zn Membantu pertumbuhan secara umum Vitamin E Perkembangan otot 19
JARINGAN YANG DIPENGARUHI DEFISIENSI MIKRONUTRIEN 20
Zinc • Peran vital dalam sintesis protein, pertumbuhan & deferensiasi sel • Berperan sebagai kofaktor enzim – Beberapa enzim zinc-dependent merupakan katalisator penting replikasi DNA selama pembelahan sel, contoh: • • Thimidine kinase, RNA polimerase, DNA polimerase, Ribonuklease, Reverse transcriptase Shankar & Prasad, 1998; Mc. Lange, 199821
zinc • Mempengaruhi sistem imun: – Imunitas non-spesifik: netrofil, sel NK – Regulasi gen pada limfosit T – Aktivasi & produksi sitokin oleh Th-1 & 2 – Perkembangan limfosit B serta produksi Ab, khususnya Ig. G Defisiensi Zn menghambat proliferasi sel yang berdampak berkurangnya sel limfosit & aktivasi limfosit T Anak dengan defisiensi Zn akan rentan terhadap patogen yang berakibat mengganggu tumbuh kembang anak Wahid, 200122
zinc • Sebagai antioksidan – Oksidan mengganggu integritas sel karena bereaksi dengan komponen sel baik komponen struktur sel (misalnya molekul penyusun membran sel) maupun fungsional (molekul enzim dan DNA) – Suplementasi Zn mencegah peroksidasi lemak , mencegah kerusakan paru tikus akibat hipoksia dengan membatasi kerusakan membran oleh radikal bebas selama inflamasi Shankar & Prasad, 199823
zinc • Efek terhadap enterosit & sel imun yang berinteraksi dengan infectious agent diare – Menstabilkan struktur membran sel – Memodifikasi fungsi membran dengan cara berinteraksi dengan nitrogen, oksigen dan ligan sulfur makro molekul hidrofilik – Aktivitas antioksidan – Bekerja pada tight junction level untuk mencegah meningkatnya permeabilitas usus – Mencegah dilepaskannya histamin oleh sel mast – Mencegah respon kontraksi serta sekretorik terhadap histamin dan serotonin usus. – Mencegah peningkatan permeabilitas endotel yang diprakarsai oleh TNF- Wapnir, 200024
Yodium • Diperlukan untuk sintesis hormon tiroksin • Hormon tiroid mempunyai peran kunci dalam fase replikasi sel • Defisiensi yodium yang berat saat kehamilan menyebabkan: – abortus, kematian janin in utero, anomali kongenital, BBLR, kretinisme, defek psikomotor , & meningkatkan mortalitas neonatal – Hipotiroidisme kongenital menyebabkan fungsi mental terganggu atau retardasi mental Bhan, 200125
yodium • Anak yang lahir dari ibu dengan defisiensi yodium tampak normal, tetapi mengalami kerusakan sel saraf pusat: – menurunkan IQ – mempengaruhi potensi perkembangan – kesulitan belajar di sekolah Ekweagwu, 200826
Selenium • Selenium (Se) dalam tubuh sebagian besar terikat dengan protein membentuk seleno-protein – penting sebagai bentuk enzim antioksidan disebut glutation peroksidase • Potensi antioksidan dari Selenoprotein: – mencegah kerusakan seluler dari radikal bebas – mengatur fungsi tiroid – berperan pada sistem imun • Selenium bersama dengan vitamin E bekerja bersama secara sinergis sebagai antioksidan imunostimulan yang lebih baik daripada berdiri sendiri Ekweagwu, 200827
selenium • Fungsi lain: – membantu menstimulasi pembentukan Ab sebagai respon terhadap vaksin – melindungi tubuh dari keracunan logam berat – mungkin terlibat dalam sintesis protein dalam proses tumbuh-kembang, serta fertilitas Ekweagwu, 200828
selenium • Defisiensi Selenium menyebabkan: – gangguan fungsi hormon tiroid – menurunnya produksi & sintesis hormon tiroid – penyakit Keshan, merupakan penyakit kardiomiopati endemik Bhan, 200129
Tembaga • Defisiensi tembaga menyebabkan: – Abnormalitas kulit, neuronal, & rambut. – Penelitian yang dilakukan pada domba menunjukkan kelainan “Swaybak” yaitu kelainan dengan manifestasi klinis kelemahan otot & ataksia – Keadaan ini diduga timbul selama perkembangan akibat kerusakan oksidatif berlebihan terhadap sel Mc. Ardle, 199930
tembaga • Beberapa hasil penelitian menunjukkan: – Berkurangnya aktivitas enzim Cu-Zn-Superoksid dismutase pada tikus yang lahir dengan defisiensi tembaga – Menurunnya enzim berhubungan dengan kerusakan protein & lipid, serta kematian sel berlebihan – Ditemukan bahwa aktivitas enzim Cu-Zn-SOD menurun pada medium dengan defisiensi Cu, juga ditemukan tingginya insiden abnormalitas embrio tersebut, • penambahan scavenger mampu membalikkan efek tersebut Keen, 199931
Vitamin A • Retinoid – Dibutuhkan dalam pertumbuhan, perkembangan & reproduksi – Berperan pada penglihatan, embriogenesis, spermatogenesis, perkembangan kulit & pemeliharaan sel-sel epitel – Vitamin A merupakan senyawa induk retinoid • Fungsi: – Sistem penglihatan, pertumbuhan , perkembangan, & menjaga integritas sel-sel epitel – Menjaga fungsi imunitas dan reproduksi Bhan, 2001, Mc. Ardle, 199932
vitamin A • Defisiensi vitamin A selama masa kehamilan mempunyai efek serius pada perkembangan paru janin – bersifat irreversibel – meningkatkan transmisi HIV vertikal – mempengaruhi fungsi paru sampai usia dewasa – pada model hewan coba defisiensi vitamin A menyebabkan disfungsi plasenta & malformasi kongenital Mc. Ardle, 199933
Vitamin B • Vitamin B 1(Thiamin) berperan mencegah teratogenesis • Vitamin B 2 (Riboflavin) mempunyai korelasi positif dengan pertumbuhan janin • Vitamin B 6 merupakan kofaktor penting perkembangan sistem saraf pusat, perkembangan otak & fungsi kognitif – Defisiensi vitamin B 6 selama masa kehamilan & laktasi mengubah fungsi reseptor N-Metil-D-Aspartat (NMDA), yang merupakan reseptor subtipe sistem glutamatergik yang diduga berperan dalam belajar & memori Mc. Ardle, 199934
vitamin B • Asam folat berperan dalam sintesis asam nukleat – Kebutuhan folat meningkat selama pertumbuhan jaringan cepat selama masa kehamilan. – Asam folat perikonseptual dapat mengurangi kejadian neural tube defect – Defisiensi vitamin B 12 selama kehamilan menghambat mielenisasi saraf pusat janin , tetapi efek ini dapat dikoreksi dengan suplementasi vitamin B 12 post – natal Mc. Ardle, 199935
Vitamin C • Suplementasi vitamin C dosis besar (> 600 mg/hari tanpa vitamin E) – Menghambat produksi superoksid & menurunkan produksi pembentukan radikal bebas & sitotoksisitas – Meningkatkan adherence neutrofil – Meningkatkan sifat fagositosis • Kemampuan fagositik berhubungan dengan meningkatnya NADPH oksidase (untuk membentuk superoksid) dan aktivitas mieloperoksidase (untuk mengubah H 2 O 2 menjadi hipoklorit). – Saat peradangan berpotensi merusak oksidan jaringan – Uptake askorbat oleh netrofil merupakan cadangan aman untuk antioksidan & menurunkan risiko meningkatnya peradangan pada infeksi/trauma • Konsentrasi askorbat dalam serum disarankan 5 -50 mcg/ml (30 -300 mikromol/Ll) Turnham, 2004; Bourgeois, 200336
Vitamin D • Metabolit aktif vitamin D 3 kalsitriol berperan sentral pada: – homeostasis kalsium – modulasi transkripsi gen – berinteraksi dengan retinoat untuk fungsi imunologis – mempunyai sifat imunomodulator • reseptor kalsitriol terdapat pada berbagai macam sel sistem hemopoetik Mc. Ardle, 199937
vitamin D • Kurangnya paparan sinar matahari merupakan predisposisi defisiensi vitamin D • Kadar serum hormon paratiroid maternal saat aterm berbanding terbalik dengan panjang kepala – tungkai – Defisiensi vitamin D mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek pada homeostasis kalsium maternal Mc. Ardle, 199938
Vitamin E • Defisiensi vitamin E selama masa kehamilan pada hewan coba menghasilkan malformasi embrio dan kematian janin • Defisiensi vitamin E maternal mungkin berhubungan dengan pre-eklampsia & penumpukan lipid peroksidase – Defisiensi vitamin E pada ibu menyebabkan vasokonstriksi , sehingga terjadi hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan Mc. Ardle, 199939
Vitamin K • Tulang & gigi yang sedang berkembang mengandung: – protein tergantung vitamin K – protein gla matriks yang dibutuhkan untuk memelihara tulang rawan pada tahap non-kalsifikasi – protein gla tulang yang penting untuk mineralisasi gigi. • Efek defisiensi dicerminkan oleh: – Trimester I: hipoplasia maksilonasal pada neonatus dengan implikasi orthodontik & fasial – Pada bayi dari ibu dengan malabsorbsi vitamin K akan menderita abnormalitas tulang belakang & kalsifikasi tulang tidak normal Mc. Ardle, 199940
OBESITAS REMAJA v Masalah kesehatan dunia epidemi global v Di Indonesia, perubahan gaya hidup anak sekolah westernisasi dan sedentary v Prevalensi ↑ negara maju maupun negara sedang berkembang. v WHO, prevalensi obesitas pada remaja 25% dari tahun sebelumnya. peningkatan v 1, 5 kali obesitas remaja gangguan metabolik dan psikososial 41
PATOFISIOLOGI • Proses terjadinya obesitas dimulai penimbunan lemak dalam sel lemak sehingga terjadi hipertrofi sel tersebut • Hipertrofi sel lemak (adiposit) akan terjadi rangsangan pembentukkan sel lemak baru dari bakal sel lemak (preadiposit) hiperplasi • Faktor yang mempengaruhi belum jelas? ? ? Diduga : § Adipose differentiation related protein (ADRP) § Perilipin § Hewan coba hormon insulin berperan dalam proses maturasi preadiposit ini. 42
PATOFISIOLOGI • Hipertrofi sel lemak resistensi insulin (jaringan otot dan adiposa) Produksi insulin ↑↑oleh pankreas • Resistensi insulin peningkatan glukosa plasma dan keadaan ini merangsang lagi peningkatan sekresi insulin hiperinsulinisme yang akan merangsang sekresi enzim lipoprotein lipase (LPL) penimbunan lemak didalam adiposit semakin bertambah proses obesitas terus berlangsung 43
Definisi dan Kriteria Obesitas • Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. • Untuk menentukan obesitas diperlukan kriteria yang berdasarkan pengukuran • antropometri dan atau pemeriksaan laboratorik, pada umumnya digunakan: a. Pengukuran berat badan (BB) yang dibandingkan dengan standar dan disebut obesitas bila BB > 120% BB standar b. Pengukuran berat badan dibandingkan tinggi badan (BB/TB). Dikatakan obesitas bila BB/TB > persentile ke 95 atau > 120% 6 atau Z-score = + 2 SD c. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan kulit/TLK). Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85 d. Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri dsb. yang tidak digunakan pada anak karena sulit dan tidak praktis. DXA adalah metode yang paling akurat, tetapi tidak praktis untuk dilapangan. e. Indeks Massa Tubuh (IMT), > persentil ke 95 sebagai indikator obesitas. 6
Dampak Obesitas pada anak 1. Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler • Faktor Risiko ini meliputi peningkatan: kadar insulin, trigliserida, LDLkolesterol dan 2. Diabetes Mellitus tipe-2 3. Obstruktive sleep apnea Sering dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1/100 dengan gejala mengorok. Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak didaerah dinding dada dan perut yang mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma, sehingga terjadi penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru serta meningkatkan beban kerja otot pernafasan. Pada saat tidur terjadi penurunan tonus otot dinding dada yang disertai penurunan saturasi oksigen dan peningkatan kadar CO 2, serta penurunan tonus otot yang mengatur pergerakan lidah yang menyebabkan lidah jatuh kearah dinding belakang faring yang mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan menyebabkan tidur
4. Gangguan ortopedik Pada anak obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan ortopedik yang disebabkan kelebihan berat badan, yaitu tergelincirnya epifisis kaput femoris yang menimbulkan gejala nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul 5. Pseudotumor serebri akibat peningkatan ringan tekanan intrakranial pada obesitas disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-2 yang menyebabkan peningkatan kadar CO 2 dan memberikan gejala sakit kepala, papil edema, diplopia, kehilangan lapangan pandang perifer dan iritabilitas
Terima kasih
- Slides: 47