GAGASAN AWAL TENTANG BELAJAR Nama Mata Kuliah Waktu
GAGASAN AWAL TENTANG BELAJAR Nama Mata Kuliah Waktu Dosen M. SI : Daffa Husni Kurniawan : Psikologi Pembelajaran : Selasa, 9. 30 – 11. 10 : RR. DINI DIAH NURHADIANTI. , S. PSI. ,
• EPISTEMOLOGI DAN TEORI BELAJAR Epistemology (epistemologi) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat pengetahuan. Plato percaya bahwa pengetahuan adalah diwariskan dan, karenanya, merupakan komponen natural dari pikiran manusia. Menurut Plato, seseorang mendapatkan pengetahuan dengan merenungi isi dari pikiran seseorang. Aristoteles, sebaliknya, percaya bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi dan tidak diwariskan. Meskipun Plato percaya bahwa pengetahuan itu diwariskan dan Aristoteles percaya bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi, keduanya menunjuk kan contoh dari rationalism (rasionalisme) karena keduanya percaya bahwa pikiran secara aktif terlibat dalam pemerolehan pengetahuan.
Menurut Plato pikiran harus terlibat dalam introspeksi (perenungan) aktif untuk mengungkap pengetahuan yang diwariskan. Istilah nativism (nativisme) juga dapat dipakai untuk pandangan Plato karena dia menegaskan bahwa pengetahuan sudah ada di dalam diri manusia. Menurut Aristoteles pikiran harus aktif memikirkan informasi yang diberikan oleh indra guna mengungkap pengetahuan yang ada di dalam informasi itu. pandangan Aristoteles juga merupakan contoh dari empiricism (empirisisme) karena dia menekankan pentingnya pengalaman indrawi sebagai basis dari semua ilmu pengetahuan.
• PLATO Plato (427 -347 SM) adalah murid paling terkenal dari filsuf Socrates. Sebenarnya Socrates tidak pernah menulis apa pun tentang filsafat ajarannya ditulis oleh Plato. Ini adalah fakta yang paling signifikan karena dialog Plato awal didesain terutama untuk menunjukkan pendekatan Socratik terhadap pengetahuan dan sebagai kenangan tentang guru besar itu. Tetapi, dialog yang lebih belakangan merupakan pandangan filsafat Plato sendiri dan tidakbanyak kaitannya dengan Socrates. Plato marah ketika Socrates dihukum mati sehingga dia mengasingkan diri ke Italia selatan, di mana dia menjadi dipengaruhi oleh kaum Pythagorean.
• Pythagorean Kaum Pythagorean percaya bahwa alam semesta diatur oleh hubungan -hubungan numerik yang memengaruhi dunia fisik. Angka dan berbagai kombinasinya menyebabkan peristiwa di dunia fisik terjadi. Dan kedua kejadian itu, angka dan kejadian empiris yang menyebabkannya adalah riil. Jadi, menurut penganut Pythagorean, hal yang abstrak memiliki eksistensi yang independen dan mampu memengaruhi objek fisik. Berdasarkan gagasan ini, Pythagorean membuat prestasi yang hebat dalam bidang matematika, pengobatan, dan musik. Tetapi setelah beberapa waktu mereka berubah menjadi semacam kultus mistis, yang hanya mengizinkan sedikit orang untuk menjadi anggotanya dan berbagi kebijaksanaannya. Plato adalah satu di antara mereka. Dia menyusun teori pengetahuan berdasarkan gagasan Pythagorean bahwa hal-hal abstrak memiliki eksistensi tersendiri dan berpengaruh.
• Teori Pengetahuan Kenangan Menurut Plato, setiap objek di dunia fisik memiliki “ide” atau “bentuk” abstrak yang menyebabkannya. Ide murni atau esensi dari benda-benda ini eksis secara independen dari materi dan sesuatu akan hilang ketika diterjemahkan ke dalam materi. Karenanya, jika kita berusaha mendapatkan pengetahuan dengan memeriksa benda-benda yang kita rasakan dan alami lewat indra kita akan tersesat. Informasi indrawi hanya menghasilkan opini, ide - ide abstrak itu sendiri adalah satu-satunya basis dari pengetahuan yang benar
Semua manusia memiliki jiwa. Sebelum dimasukkan ke tubuh pada saat kelahiran, jiwa berada di dalam pengetahuan yang lengkap dan murni. Jadi semua jiwa manusia mengetahui segala sesuatu sebelum masuk ke tubuh. Setelah masuk ke tubuh pengetahuan jiwa itu menjadi “terkontaminasi” oleh informasi indrawi. Menurut Plato, jika manusia menerima apa-apa yang mereka alami lewat indra sebagai kebenaran, mereka hanya akan sampai pada opini dan ketidaktahuan. Hanya dengan cara mengalihkan perhatian dari dunia fisik yang tak murni ke dunia ide, merenunginya dengan mata pikiran, barulah kita bisa berharap mendapatkan kembali pengetahuan sejati kita. Jadi semua pengetahuan adalah reminiscence (kenangan), atau ingatan tentang pengalaman jiwa kita saat berada “di langit di atas langit. Plato adalah nativis karena dia menganggap pengetahuan adalah diwariskan. Dia juga rasionalis karena dia menganggap pengetahuan ini hanya dapat diketahui melalui pemikiran atau penalaran.
• ARISTOTELES Aristoteles (384 -322 SM), salah satu murid Plato, pada awalnya menganut ajaran Plato, namun kemudian berbeda pendapat dengannya. Perbedaan dasar antara kedua pemikir itu adalah dalam sikap mereka terhadap informasi indrawi. Bagi Plato informasi indrawi itu adalah halangan dan merupakan sesuatu yang tak bisa dipercaya. Namun, Aristoteles menganggap informasi indrawi adalah basis dari semua pengetahuan. Dengan sikapnya yang mendukung observasi empiris, Aristoteles menyusun banyak fakta tentang fenomena fisik dan biologi. Tetapi, nalar tidak diabaikan oleh Aristoteles. Dia menganggap bahwa kesan indra adalah awal dari pengetahuan—pikiran kemudian harus merenungi kesan ini untuk menemukan hukum-hukum yang ada di dalamnya.
• laws of association Dalam menjelaskan teori pengetahuan empiristik ini, Aristoteles merumuskan laws of association (hukum asosiasi). Dia mengatakan bahwa pengalaman atau ingatan akan satu objek cenderung menimbulkan ingatan akan hal-hal yang serupa dengan objek itu (hukum kesamaan), ingatan akan hal-hal yang berlawanan (hukum kontras) atau ingatan tentang hal-hal yang pada awalnya dialami bersama dengan objek tersebut (hukum kontiguitas). . Belakangan pendapat ini dikenal sebagai hukum frekuensi. Jadi, menurut Aristotels pengalaman indrawi menimbulkan gagasan. Berdasarkan hukum kesamaan, kontras, kontiguitas, dan frekuensi, ide-ide yang dimunculkan oleh pengalaman indrawi akan menstimulasi ide lain. Dalam filsafat pendapat bahwa hubungan antar-ide dapat dijelaskan lewat hukum asosiasi ini disebut associationism (asosiasionisme).
• AWAL PSIKOLOGI MODERN • Rene Descartes (1596 -1650) berusaha mengkaji semua penelitian filsafat dengan sikap ragu. “Saya bisa meragukan segalanya, ” katanya, “kecuali satu hal, yakni fakta bahwa saya itu ragu. Namun ketika saya ragu, saya berpikir; dan saat saya berpikir, saya pasti ada. ” Dia kemudian sampai pada kesimpulannya yang paling terkenal: Saya berpikir; karenanya saya ada. ” Dari sini dia kemudian berusaha membuktikan eksistensi Tuhan, dan kemudian dia menyimpulkan bahwa pengalaman indra kita pasti merupakan refleksi dari realitas objektif sebab Tuhan tidak akan menipu kita.
• Thomas Hobbes (1588 -1679) menentang gagasan bahwa ide bawaan adalah sumber pengetahuan. Dia berpendapat bahwa kesan indra adalah sumber dari semua pengetahuan. Dengan keyakinan ini, Hobbes membuka kembali mazhab filsafat empirisme dan asosiasionisme. Hobbes percaya bahwa stimuli dapat membantu atau menghambat fungsi vital dari tubuh. Stimulus yang membantu pelaksanaan fungsi vital tubuh akan menyebabkan perasaan senang, dan karenanya seseorang akan berusaha mencari kesenangan ini lagi.
• John Locke (1632 -1704) juga menentang gagasan ide-ide bawaan. Menurutnya, pikiran terdiri dari ide, dan ide datang dari pengalaman. Dia menunjukkan bahwa jika ide adalah bawaan, maka orang di mana-mana akan memilikinya, namun nyatanya tidak. Kelompok-kelompok kultural yang berbeda memiliki pemikiran dan keyakinan yang amat berbeda. Jadi, pikiran bayi saat lahir adalah tabula rasa, sebuah lembaran kosong, dan pengalaman tertulis di atasnya. Pikiran menjadi halhal yang dialami; tidak ada sesuatu pun yang ada di dalam pikiran yang tidak ada lebih dahulu di dalam indra. Ide-ide berasal dari pengalaman indrawi; ide-ide kompleks berasal dari kombinasi berbagai ide yang sederhana.
• George Berkeley (1685 -1753) mengklaim bahwa Locke tidak melangkah cukup jauh. Masih ada semacam dualisme dalam pandangan Locke yang menyatakan bahwa objek fisik menimbulkan ide-ide tentang objek tersebut. Locke berpendapat bahwa ada dunia empiris dan kita punya ide tentang dunia itu, namun Berkeley mengklaim bahwa kita hanya bisa merasakan kualitas sekunder. Tak ada yang eksis kecuali ia dipersepsi; jadi ada berarti dipersepsi. Apa yang kita namakan kualitas primer, seperti bentuk dan ukuran, sesungguhnya adalah hanya kualitas sekunder atau ide. Ide-ide adalah satu-satunya hal yang kita alami secara langsung dan karenanya adalah satunya hal yang kita bisa yakini. Namun Berkeley tetap dianggap empirisis karena dia percaya isi pikiran berasal dari pengalaman realitas eksternal.
• David Hume (1711 -1776) mengemukakan argumen tersebut selangkah lebih maju. Meskipun dia sepakat dengan Berkeley bahwa kita tak bisa merasa pasti tentang lingkungan fisik, dia menambahkan bahwa kita juga tak tahu pasti soal ide. Kita tak bisa merasa yakin dengan pasti tentang apa pun. Pikiran, menurut Hume, tak lebih dari arus ide, memori, imajinasi, asosiasi, dan perasaan. • Immanuel Kant (1724 -1804) mengatakan bahwa Hume telah menyadarkannya dari “kepasifan dogmatik” dan menyebabkannya berusaha menyelamatkan filsafat dari skeptisisme Hume. Kant berusaha mengoreksi ciri-ciri nonpraktis dari rasionalisme dan empirisisme. Rasionalisme hanya berkaitan dengan manipulasi konsep, dan empirisisme membatasi pengetahuan hanya pada pengalaman indrawi dan derivasinya.
• PENGARUH HISTORIS LAIN TERHADAP TEORI BELAJAR • Franz Joseph Gall (1758 -1828) membawa psikologi fakultas beberapa langkah lebih jauh. Pertama, dia mengasumsikan bahwa fakultas itu terletak di lokasi tertentu di otak. Kedua, dia percaya bahwa fakultas pikiran itu tidak sama untuk setiap individu. Ketiga, dia percaya bahwa jika suatu fakultas pikiran berkembang baik, maka akan ada benjolan atau tonjolan di bagian tengkorak kepala yang berhubungan dengan tempat fakultas pikiran di otak itu. Jika fakultas itu tidak berkembang baik, maka akan tampak cekungan di tengkorak. Berdasarkan asumsi ini, Gall mulai mengkaji bentuk tengkorak kepala orang. Dia mengembangkan diagram yang menunjukkan fakultas di beberapa bagian tengkorak. Dengan menggunakan diagram ini dan dengan menganalisis tonjolan dan cekungan di tengkorak kepala, Gall dan pengikutnya percaya bahwa mereka bisa mengetahui fakultas mana yang paling berkembang baik dan mana yang paling tidak berkembang. Analisis atribut mental dengan memeriksa karakteristik tengkorak kepala ini dinamakan phrenology.
• Thomas Reid (1710 -1796) juga menentang elementisme dari empirisis, namun penentangannya mengambil bentuk yang berbeda dari penentangan John Stuart Mill. Seperti Kant, Reid percaya bahwa pikiran memiliki kekuatan sendiri, yang sangat memengaruhi cara kita memandang dunia. Dia mengemukakan 27 fakultas pikiran, yang kebanyakan di antaranya adalah bawaan. Keyakinan akan adanya fakultas seperti itu dalam pikiran kelak disebut dengan faculty psychology (psikologi fakultas). Pandangan psikologi fakultas ini adalah campuran dari nativisme, rasionalisme, dan empirisisme.
• Herman Ebbinghaus (1850 -1909) konon telah membebaskan psikologi dari filsafat dengan menunjukkan bahwa “proses mental yang lebih tinggi” dari belajar dan memori dapat diteliti secara eksperimental. Ketimbang mengasumsikan bahwa asosiasi telah terbentuk, dan mengkajinya melalui refleksi, seperti yang telah dilakukan selama berabad-abad, Ebbinghaus lebih memilih mempelajari proses asosiatif ketika proses itu berlangsung. Jadi, dia secara sistematis bisa mempelajari kondisi-kondisi yang memengaruhi perkembangan asosiasi. Dia adalah periset yang amat cermat dan mengulangi eksperimennya selama bertahun-tahun sebelum dia memublikasikan hasilnya pada 1885. Banyak dari kesimpulannya tentang sifat belajar dan memori masih diterima hingga kini.
• Charles Darwin (1809 -1882) mendukung gagasan evolusi biologis dengan menyajikan banyak bukti, sehingga pandangannya dikaji secara serius. Gereja menentang keras pendapat Darwin. Sebenarnya Darwin sendiri merasa cemas dengan dampak dari hasil temuannya terhadap pemikiran religius sehingga ia ingin agar risetnya dipublikasikan setelah dirinya meninggal. Penerimaan teori evolusi oleh komunitas ilmiah menandai pukulan telak terhadap ego manusia. Kejutan ini bisa disetarakan dengan penemuan Copernicus dan juga teori Freud. Evolusi mengembalikan kontinuitas antara manusia dan hewan lain yang telah diabaikan selama berabad-abad.
• MAZHAB PSIKOLOGI AWAL • Voluntarisme Mazhab psikologi pertama adalah voluntarism (voluntarisme), dan aliran ini didirikan oleh Wilhelm Maximillian Wundt (18321920), yang mengikuti tradisi rasionalis Jerman. Tujuan Wundt adalah mempelajari kesadaran sebagaimana ia dialami secara langsung dan mempelajari produk dari kesadaran seperti berbagai pencapaian kultural. Wundt percaya bahwa kesadaran langsung dapat dipelajari secara ilmiah, yakni sebagai fungsi sistematis dari stimulasi lingkungan. dan tujuan utamanya adalah menemukan elemen pikiran dan proses dasar yang mengatur pengalaman kesadaran.
• Strukturalisme Edward Titchener (1867 -1927) mendirikan mazhab strukturalisme di Cornell University. Strukturalisme, seperti aspek eksperimental dari voluntarisme Wundt, melakukan studi sistematis atas kesadaran manusia dan ia juga mencari unsur pemikiran. Dalam menganalisis elemen pikiran, alat utama yang dipakai voluntaris dan strukturalis adalah introspection (introspeksi). Mereka dilatih untuk melaporkan immediate experience (pengalaman langsung) saat mereka mempersepsi objek dan tidak melaporkan interpretasi atas objek itu.
• Fungsionalisme Pada umumnya, yang dianggap pelopor gerakan fungsionalis adalah William James (1842 -1910). Dalam bukunya yang sangat berpengaruh, The Principles of Psychology (1890), James membahas strukturalis. Kesadaran, katanya, tidak dapat direduksi menjadi elemen-elemen. Kesadaran berfungsi sebagai satu kesatuan yang tujuannya adalah membuat organisme bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. “Aliran kesadaran” berubah saat pengalaman total berubah. Proses semacam itu tidak dapat direduksi menjadi elemen karena proses kesadaran seseorang secara keseluruhan terlibat dalam proses adaptasi terhadap lingkungan. Hal terpenting tentang kesadaran, sebagaimana dikatakan James, adalah tujuannya.
• Behaviorisme Pendiri aliran behaviorism (behaviorisme) adalah John B. Watson (1878 -1958), yang mengatakan bahwa kesadaran hanya dapat dipelajari melalui proses introspeksi, sebuah alat riset yang tidak bisa diandalkan. Karena kesadaran tidak dapat dipelajari secara reliabel maka dia menyatakan bahwa seharusnya kesadaran tidak usah dipelajari sama sekali. Agar ilmiah, ilmu psikologi perlu pokok persoalan yang cukup stabil dan dapat diukur secara reliabel, dan pokok persoalan itu adalah perilaku (behavior). Psikologi sebagaimana dilihat behavioris adalah cabang eksperimen objektif murni dari ilmu alam.
• RINGKASAN DAN ULASAN • Paradigma Fungsionalisme : Paradigma ini mencerminkan pengaruh dari Darwinisme karena ia menekankan pada hubungan antara belajar dengan penyesuaian diri dengan lingkungan. • Paradigma Asosiasionistik : sebab ia mempelajari proses belajar dalam term hukum asosiasi. Paradigma ini berasal dari Aristotels dan dipertahankan serta dielaborasi oleh Locke, Berkeley, dan Hume. • Paradigma Kognitif : karena ia menekankan sifat kognitif dari belajar. Paradigma ini berasal dari Plato dan sampai kepada kita melalui Descartes, Kant dan para psikolog fakultas.
• Paradigma Neurofisiologis : karena ia berusaha mengisolasi korelasi neurofisiologis dari hal-hal seperti belajar, persepsi, pemikiran, dan kecerdasan. Paradigma ini merepresentasikan manifestasi rangkaian penelitian yang diawali dengan pemisahan tubuh dan pikiran oleh Descartes. Tetapi tujuan neurofisiologis saat ini adalah menyatukan kembali proses fisiologis dan mental. • Paradigma Evolusioner sebab ia menekankan pada sejarah evolusi proses belajar organisme. Paradigma ini berfokus pada cara di mana proses evolusi mempersiapkan organisme untuk beberapa jenis belajar tetapi membuat jenis belajar lain menjadi sulit atau mustahil.
- Slides: 24