FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT salep

  • Slides: 30
Download presentation
FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT (salep)

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT (salep)

SAP FTS CSP 1. Formula, alat, dan evaluasi sediaan cair dansemipadat meliputi suppositoria, salep

SAP FTS CSP 1. Formula, alat, dan evaluasi sediaan cair dansemipadat meliputi suppositoria, salep mata, pengawet salep, pengemas salep, absorbsi percutan 2. Mengenal sediaan transdermal, dispersi, suspensi, emulsi dan evaluasi serta masalah dalam pembuatannya

 • Sediaan semipadat bersifat: dapat melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang

• Sediaan semipadat bersifat: dapat melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan dicuci. • Macam-macam sediaan semi padat: salep, pasta, cream, gel

 • Perbedaannya ? • Salep : sediaan semi padat yang terdiri dari komponen

• Perbedaannya ? • Salep : sediaan semi padat yang terdiri dari komponen basis yang dapat berupa basis larut air (polietilenglikol/PEG), atau basis berlemak, seperti minyak mineral, petrolatum • Pasta: sediaan semi padat yang mengandung zat padat yang tidak larut dalam konsentrasi yang tinggi, zat padat tersebut dapat terdispersi dalam pembawanya

 • Krim : sediaan semipadat dengan sistem emulsi yang tidak jernih, tidak tembus

• Krim : sediaan semipadat dengan sistem emulsi yang tidak jernih, tidak tembus cahaya, konsistensinya tergantung pada tipe emulsinya • Gel : sediaan semi padat yang fase cairnya dibentuk dalam matrix polimer tiga dimensi yang mempunyai ikatan fisik atau kimiawi yang tinggi • Contoh polimernya: - polimer alam ( gom, tragakan, pektin, agar, asam alginat), dan polimer semisisntetik atau sintetik (metil selulosa, karboksimetilselulosa, hidroksi metil selulosa, carbopol)

Pemilihan dasar salep yang tepat • Faktor-faktor yang perlu diperhatikan: • 1. Laju penglepasan

Pemilihan dasar salep yang tepat • Faktor-faktor yang perlu diperhatikan: • 1. Laju penglepasan obat yang diinginkan • 2. keinginan peningkatan absorbsi obat oleh dasar salep • 3. kelayakan dasar salep dalam melindungi kelembapan kulit • 4. kestabilan obat dalam basisnya • 5. pengaruh obat terhadap viskositas salep.

Macam-macam basis salep • 1. Basis hidrokarbon (bersifat lemak) • Memberikan efek emolien, dapat

Macam-macam basis salep • 1. Basis hidrokarbon (bersifat lemak) • Memberikan efek emolien, dapat melekat dikulit dalam waktu yang lama – -sukar dicuci – Dapat mengurangi penguapan kelembapan pada kulit – mudah menyebar saat digunakan di kulit, lunak

 • Contoh: 1) Petrolatum USP, adalah campuran hidrokarbon setengah padat diperoleh dari minyak

• Contoh: 1) Petrolatum USP, adalah campuran hidrokarbon setengah padat diperoleh dari minyak bumi, warna kuning, melebur antara suhu 38 dan 60 derajat C. Dapat digunakan tunggal atau kombinasi dengan zat lain Sinonim: petrolatum kuning, petrolatum jelly, dalam perdagangan dikenal sebagai vaselin kuning (cheesebrought)

 • 2) petrolatum putih, USP, berasal dari vaselin kuning yg dihilangkan warnanya •

• 2) petrolatum putih, USP, berasal dari vaselin kuning yg dihilangkan warnanya • sinonim: white petrolatum jelly, vaselin putih • 3) salep kuning (yellow ointment) • Tiap 100 gyellow ointment mengandung 5 gram lilin kuning (berasal dari sarang tawon (apis melifera) dan 95 g petrolatum • Sinonim: salep sederhana (simple ointment).

 • 4) salep putih (white ointment) • Mengandung 5% lilin putih (lilin lebah

• 4) salep putih (white ointment) • Mengandung 5% lilin putih (lilin lebah murni yg diputihkan) dan 95% petrolatum putih • 5) parafin • Merupakan campuran hidrokarbon padat yg dimurnikan yg diperoleh dari minyak bumi, tidak berwarna, dapat membuat dasar salep berlemak menjadi keras atau kaku

6) Minyak mineral adalah campuran dari hidrokarbon cair yg dihasilkan dari minyak bumi. Berguna

6) Minyak mineral adalah campuran dari hidrokarbon cair yg dihasilkan dari minyak bumi. Berguna dalam menggerus bahan yg tidak larut pd salep dengan basis lemak sinonim: petrolatum cair (liquid petrolatum)

 • 2. basis serap • Berperan sebagai emolien meski dayapenutupan terhadap kulit tidak

• 2. basis serap • Berperan sebagai emolien meski dayapenutupan terhadap kulit tidak seperti pada basis berlemak • Basis ini tidak mudah hilang dengan pencucian dengan air • Basis salep ini dapat digunakan untuk mencampurkan larutan berair dan berlemak – -dibentuk dari kombinasi hidrokarbon dengan senyawa yang bersifat hidrofil (misal senyawa yang mempunyai gugus polar, seperti sulfat, karboksil, hidroksil, sterol, sorbitan monostearat) – Jika disentuh sebenarnya tidak menyerap air, tapi dengan pengadukan, dapat menyerap larutan air (dapat membentuk emulsi air dalam minyak)

 • Contoh: 1) petrolatum hidrofilik • Berasal dari kolesterol, alkohol stearat, lilin putih,

• Contoh: 1) petrolatum hidrofilik • Berasal dari kolesterol, alkohol stearat, lilin putih, dan petrolatum putih • Mempunyai kemampuan mengabsorbsi air dengan membentuk emulsi air dalam minyak 2) Lanolin anhidrida Mengandung tidak lebih dari 0, 25% air Tidak larut dalam ait, tapi dapat bercampur dengan air, pencempurannya dengan air menghasilkan emulsi air dalam minyak Sinonim: Refined wool fat

3)Lanolin Bahan semipadat yg berasal dari bulu domba (Ovis aries), merupakan emulsi air dalam

3)Lanolin Bahan semipadat yg berasal dari bulu domba (Ovis aries), merupakan emulsi air dalam minyak, dengan kandungan air antara 25 -30% Sinonim: Hydrous whole fat 4) Cold cream (krim pendingin), merupakan emulsi air dalam minyak, semipadat, putih, dibuat dengan lilin setil ester, lilin putih, minyak mineral, natrium borat, dan air murni Na borat dicampur dengan asam lemak bebas yg ada dlm lilin membentuk sabun Na yg bekerja sebagai zat pengemulsi Krim pendingin digunakan sebagai emolien dan basis salep

 • 3. Basis yang dapat dicuci dengan air – Adalah emulsi minyak dalam

• 3. Basis yang dapat dicuci dengan air – Adalah emulsi minyak dalam air (krim), vanishing krim – Dapat digunakan pada luka yang basah, dengan sistem emulsi minyak dalam air mempunyai kemampuan menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka – Jika digunakan dapat membentuk lapisan tipis semipermeabel (setelah air menguap pada tempat yang digunakan), tapi kalau emulsi air dalam minyak dari sediaan semipadat akan membentuk lapisan hidrofobik pada kulit.

 • Contoh: salep hidrofilik, yg mengandung Na lauril sulfat sebagai bahan pengemulsi, dengan

• Contoh: salep hidrofilik, yg mengandung Na lauril sulfat sebagai bahan pengemulsi, dengan alkohol stearat dan petrolatum putih sebagai fase lemaknya, propilenglikol dan air sebagai fase air • Sebagai pengawet digunakan metil dan propil paraben

 • 4. Basis yang larut dalam air (tidak mengandung lemak)/ greaseless • Basis

• 4. Basis yang larut dalam air (tidak mengandung lemak)/ greaseless • Basis ini sangat mudah melunak dengan penambahan air, sehingga larutan ini tidak efektif jika dicampur dengan larutan berair. (lebih baik jika dicampur dengan bahan yg tidak berair atau bahan padat) – Basis terdiri dari kombinasi polietilenglikol (PEG)dengan BM tinggi (padat)dan PEG dengan BM rendah (cair) – Sifat dapat larut dalam air karena ada gugus polar dan ikatan eter – Rumus umum: – HOCH 2[CH 2 OCH 2]n. CH 2 OH

Pembuatan salep • 1. metode pencampuran – Caranya semua komponen salep dicampur bersama sampai

Pembuatan salep • 1. metode pencampuran – Caranya semua komponen salep dicampur bersama sampai sediaan homogen – Alat yang digunakan dapat berupa lumpang alu dari porselen – a) pencampuran bahan padat • Biasanya digunakan spatula logam tahan karat, atau bisa juga digunakan spatula dari karet yang keras • Bahan obat atau bahan tambahan lain yang berupa serbuk digerus terlebih dahulu, kemudian ditambahkan basisnnya dan diaduk sampai homogen

 • b) pencampuran cairan – Penambahan cairan atau larutan obat akan mengalami kesulitan

• b) pencampuran cairan – Penambahan cairan atau larutan obat akan mengalami kesulitan untuk basis yang berlemak, perlu diperhatikan pemilihan basisnya Alat lain yang dapat digunakan adalh penggiling salep mekanik, dengan menggunakan pengaduk logam tahan karat, hasilnya lebih halus dan rata

 • Metode kedua: peleburan • Semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan dengan

• Metode kedua: peleburan • Semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan diaduk • Bahn-bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir, bila temperatur sudah turun

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan salep dengan peleburan • Untuk skala kecil dapat digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan salep dengan peleburan • Untuk skala kecil dapat digunakan cawan porselen atau gelas beker untuk mencampurnya, dan setelah membeku dapat digosok-gosokkan dengan spatula atau lumpang • Pada skala besar digunakan ketel uap berjaket dan setelah membeku, salep dimasukkan dalam gilingan salep untuk memastikan homogenitasnya

 • Pada metode peleburan, karena titik lebur masing-masing bahan berbeda, maka akan mempengaruhi

• Pada metode peleburan, karena titik lebur masing-masing bahan berbeda, maka akan mempengaruhi bagaimana proses pembuatannya, karena suhu untuk melebur beda -beda. • Bahan dengan titik lebur paling tinggi dileburka terlebih dahulu, baru komponen lain ditambahkan pada cairan yang panas, maka semua komponen akan terkena temperatur ini, sehingga pemilihan titik lebur berdasarkan titik lebur tertinggi dari bahan salep

Pembuatan salep dari formula dengan tipe emulsi • Metode pembuatan secara umum meliputi proses

Pembuatan salep dari formula dengan tipe emulsi • Metode pembuatan secara umum meliputi proses peleburan dan emulsifikasi • Komponen yang tidak campur dengan air (misal minyak atau lilin), maka dilakukan pencampuran bersama di penangas air pada suhu 70 -75 derajat C. Untuk fase minyak atau lemak juga dicampur pada suhu yg sama, baru kedua fase dicampurkan (fase air ditambahkan sedikit demi sedikit ke fase minyak) dengan pengadukan konstan (pengaduk mekanik) • Pada campuran berlemak dan fase air tersebut suhu dijaga konstan selama 5 -10 menit untuk menjaga kristalisasi lilin, setelah itu baru didinginkan, dengan pengadukan terusmenerus sampai campuran mengental/membeku

Pengawetan salep • Contoh bahan pengawet: • Hidroksibenzoat, fenol, asam benzoat, asam sorbat, garam

Pengawetan salep • Contoh bahan pengawet: • Hidroksibenzoat, fenol, asam benzoat, asam sorbat, garam amonium kuartener Jika perlu dapat juga ditambahkan antioksidan, BHA, BHT

Pengemasan dan penyimpanan salep • Dapat disimpan dalam botol (gelas , plastik atau porselen)

Pengemasan dan penyimpanan salep • Dapat disimpan dalam botol (gelas , plastik atau porselen) atau tube (kaleng atau plastik), tube untuk salep mata dikemas dalam tube kaleng atau plastik kecil dan dapat dilipat dapt menampung sekitar 3, 5 g salep. Tube salep untuk topikal digunakan ukuran 5 -30 g. Untuk botol salep digunakan ukuran antara ½ ounce sampai 1 pound atau lebih. • wadah gelas dapat berwarna gelap, dengan tujuan melindungi obat terhadap cahaya • Keuntungan tube dibandingkan botol; pemakaian lebih mudah, mengurangi kontaminasi selama penggunaan. • Penyimpanan salep pada suhu di bawah 30 der C utk mencegah melembek (terutama untuk basis salep yg mudah mencair)

 • Untuk pengisian salep pada wadahnya. Pada skala kecil, salep yg sudah ditimbang

• Untuk pengisian salep pada wadahnya. Pada skala kecil, salep yg sudah ditimbang dimasukkan ke dalam botol dengan memakai spatula yg fleksibel dan menekannya ke bawah sejajar melalui tepi botol untuk mencegah terjebaknya udara dlm botol. • Salep yg dibuat dengan cara peleburan, pengisian dapat dilakukan langsung setelah dilelehkan langsung dimasukkan dalam botol, pembekuan terjadi di dalam botol

 • Pada skala besar, tube umunya diisi dengan alat bertekanan dari bagian ujung

• Pada skala besar, tube umunya diisi dengan alat bertekanan dari bagian ujung belakang yang terbuka (ujung yg berlawanan dari ujung tutup) dari tube, yg kemudian ditutup dan disegel. • salep yg dibuat dengan cara peleburan dapat langsung dimasukkan ke dalam tube • Di industri, pengisian, penglipatan, penutupan, dan pelabelan tube dilakukan dengan mesin otomatis

Yang perlu diperhatikan dalam formulasi sediaan topikal : 1. Karakteristik fisikokimia bahan aktif yang

Yang perlu diperhatikan dalam formulasi sediaan topikal : 1. Karakteristik fisikokimia bahan aktif yang meliputi: - kelarutan - koefisien partisi zat aktif, perbandingan kelarutan obat dalam lipid dibandingkan kelarutannya dalam air (log P sebaiknya 1 -3), untuk sediaan topikal, bahan-bahan dalam sediaan harus dapat berpenetrasi ke dalam kulit, perlu diperhatikan sifat (lipofilisitas kulit) - titik leleh, sebaiknya kurang dari 200 derajat C, - derajat keasaman (p. Ka), akan mempengaruhi jumlah zat aktif yang terion atau yang ada dalam bentuk molekul), berhubungan dengan banyaknya zat aktif yang dapat menembus membran kulit

2. Karakterisrik fisik bahan aktif - warna, bau, rasa - ukuran molekul (bobot molekul,

2. Karakterisrik fisik bahan aktif - warna, bau, rasa - ukuran molekul (bobot molekul, < 500 Dalton), dan distribusi ukuran partikel -densitas -viskositas 3. Stabilitas kimia, fisika, dan mikrobiologi 4. Toksisitas zat aktif 5. data biofarmasi (disolusi, absorbsi, metabolisme, bioavailability, waktu paruh eliminasi) 6. Sifat bahan tambahan

 • Perlu diperhatikan : • 1. jumlah zat aktif yang ada dalam formula,

• Perlu diperhatikan : • 1. jumlah zat aktif yang ada dalam formula, semakin banyak akan semakin banyak pula yang dapat mencapai stratum korneum, sampai diperoleh konsentrasi jenuh • 2. Polaritas formulasi relatif terhadap stratum korneum, yang diharapkan yaitu zat aktif dalam kosmetik lebih mudah larut dalam stratum korneum dibandingkan di dalam formulanya