Filsafat Perennial Sayyed Housein Nasr Oleh Zainul adzvar

  • Slides: 10
Download presentation
Filsafat Perennial (Sayyed Housein Nasr) Oleh : Zainul adzvar.

Filsafat Perennial (Sayyed Housein Nasr) Oleh : Zainul adzvar.

Filsafat Perennial= Kebijaksanaan Perennial (intelektual) (realisasinya) § Adalah: Pengetahuan yang selalu dan akan “ada”,

Filsafat Perennial= Kebijaksanaan Perennial (intelektual) (realisasinya) § Adalah: Pengetahuan yang selalu dan akan “ada”, bersifat universal. § “ada” diantara orang-orang yang berbeda ruang, waktu, prinsip. § Ini diperoleh lewat intelek § Beda dengan Rasio: pemikiran terhadap rencana “roh”, § intelek: mampu mengetahui Tuhan, ia bersifat ilahiyah dan sekaligus akses ke manusia sehingga sadar siapa mereka ini terdapat dalam jantung semua agama dan tradisi.

Realisasi pencapaian hanya melalui tradisi tersebut dengan metode, ritual, yang dikuduskan oleh Perintah suci

Realisasi pencapaian hanya melalui tradisi tersebut dengan metode, ritual, yang dikuduskan oleh Perintah suci yang menciptakan tradisi Walaupun manusia bisa memperoleh dengan usahanya sendiri, tapi pencapaiannya tergantung “rahmat” dan ketentuan yang ditetapkan oleh agama.

Filsafat Perennial mempunyai cabang-cabangdan ranting-ranting ke kosmologi, antropologi, seni. dll. Jantungnya : metafisika (:

Filsafat Perennial mempunyai cabang-cabangdan ranting-ranting ke kosmologi, antropologi, seni. dll. Jantungnya : metafisika (: pengetahuan tentang relitas tertinggi, sebagai pengetahuan menganai yang “kudus”/scientia sacra) bukan sebagaimana Filsafat Barat. Metafisika yang dipahami dalam filsafat perennial Pengetahuan Ilahiyah (bukan konstruk mental yang selalu berubah sesuai dengan zaman)

Metafisika tradisional Pengetahuan yang mensucikan dan mencerahkan, ia merupakan gnosis, ia terletak di jantung

Metafisika tradisional Pengetahuan yang mensucikan dan mencerahkan, ia merupakan gnosis, ia terletak di jantung agama, yang mencerahi makna ritus-ritus, doktrin-doktrin, juga sebagai kunci untuk memahami pluralitas agama. Kalau ada “satu” prinsip yang terus diulang-ulang dalam wacana tradisional adalah ortodoksi ia berarti mengandung esoterik dan eksoterik.

Obyek Filsafat Perennial adalah : Agama u Tuhan u Wahyu u Ritus u Mistisisme

Obyek Filsafat Perennial adalah : Agama u Tuhan u Wahyu u Ritus u Mistisisme u Metafisika --- Manusia --- Seni Sakral --- Syari’at agama --- Etika sosial --- Teologi

Agama bukan Historis tapi Trans-Historis -- Fenomenologi - dari luar Trans Historis Perennial -

Agama bukan Historis tapi Trans-Historis -- Fenomenologi - dari luar Trans Historis Perennial - dari dalam Realitas / metafisika merupakan realitas yang tidak hilang oleh dunia psikofisik (dimana manusia bisa berfungsi). Realitas tertinggi melampaui semua ketentuan dan batasan.

Apakah Prinsip Perennial bisa dilihat dalam konteks Postifistik (kepenuhan) atau nihilis (kekosongan)? Ada 2

Apakah Prinsip Perennial bisa dilihat dalam konteks Postifistik (kepenuhan) atau nihilis (kekosongan)? Ada 2 kemungkinan. l Pertama, Seperti yang difahami tradisi Timur adanya “Aku” tertinggi, kutub subyektif. l Kedua, imanen tergantung tingkat kesadaran dan kecerdasan “intelektualitas” l O. k. i agama bukan hanya kunci memahami agama, tapi juga alat perjalanan menuju ilahiyah yaitu kehidupan seseorang itu sendiri l

Tantangan sebuah agama n Agama tidak hanya Ibadah dan Iman saja, tapi “asal yang

Tantangan sebuah agama n Agama tidak hanya Ibadah dan Iman saja, tapi “asal yang Ilahi” (Devine origin) polanya terletak dalam intelek ilahiyah. n Agama di Bumi akan terhenti, tapi sebagai “ide” akan tetap dalam intelek ilahiyah dalam realitas Trans Historis.

Karenanya agama tidak bisa di reduksi ke dalam menifestasi yang bersifat sosial dan psikologis.

Karenanya agama tidak bisa di reduksi ke dalam menifestasi yang bersifat sosial dan psikologis. Sebab agama adalah perkawinan antara norma ilahiyah dan kolektifitas manusia yang ditakdirkan untuk menerima jejak norma tersebut. Sehingga secara otomatis agama mempunyai “aksoterik” (dimensi yang luar). Filsafat dulunya erat dengan wahyu akan tetapi di belokkan oleh Eropa menjadi Modern.