ENTOMOLOGI Definisi Ilmu yang mempelajari tentang vektor kelainan

  • Slides: 80
Download presentation

ENTOMOLOGI Definisi : Ilmu yang mempelajari tentang vektor, kelainan dan penyakit yang disebabkan oleh

ENTOMOLOGI Definisi : Ilmu yang mempelajari tentang vektor, kelainan dan penyakit yang disebabkan oleh arthropoda. Siklus Hidup : n n Penting dipelajari dalam rangka intervensi pencegahan Mengalami metamorfosis : – – Metamorfosis sempurna : telur – larva – pupa – dewasa. Metamorfosis tdk sempurna : telur – (larva) – nimfa – dewasa.

PERAN ARTHROPODA 1. Vektor dan hospes sementara (menularkan penyakit) • Vektor penyakit protozoa :

PERAN ARTHROPODA 1. Vektor dan hospes sementara (menularkan penyakit) • Vektor penyakit protozoa : Malaria, Tripanosomiasis, Leismaniasis. • Vektor penyakit cacing : Filariasis (Filariasis limfatik & Non limfatik). • Vektor penyakit virus, riketsia & bakteri. • Vektor mekanik : Musca domestika, Periplaneta.

2. Parasit : • Menyebabkan penyakit : skabies, dermodiosis, pedikulosis, ftiriasis, miasis. 3. Menghasilkan

2. Parasit : • Menyebabkan penyakit : skabies, dermodiosis, pedikulosis, ftiriasis, miasis. 3. Menghasilkan toksin : • • Menimbulkan kelaianan pd tubuh manusia. Kontak : kupu-kupu, tungau debu. Sengatan : lebah, kalajengking. Gigitan : kelabang, laba-laba, tarantula, sengkenit.

CARA PENULARAN Penularan secara mekanik 2. Penularan secara biologik 3. Penularan transovarian 1.

CARA PENULARAN Penularan secara mekanik 2. Penularan secara biologik 3. Penularan transovarian 1.

Arthropoda sebagai Vektor n Penularan secara biologik : – Propagatif : parasit hanya membelah

Arthropoda sebagai Vektor n Penularan secara biologik : – Propagatif : parasit hanya membelah diri (Versinia pestis dalam pinjal Xenopsylla cheopis). – Sikliko propagatif : parasit berubah bentuk dan membelah diri (Plasmodium dalam nyamuk Anopheles). – Sikliko developmental : parasit hanya berubah bentuk (Wuchereria bancrofti dalam nyamuk Culex quinquefasiatus). n Penularan Mekanik (lalat & kecoa) n Penularan secara transovarian (lalat)

Arthropoda sebagai Parasit n Endoparasit : arthropoda hidup dalam jaringan tubuh host (larva lalat

Arthropoda sebagai Parasit n Endoparasit : arthropoda hidup dalam jaringan tubuh host (larva lalat miasis) n Ekstoparasit : arthropoda hidup pada permukaan tubuh host (serangga penyebab kelainan pada permukaan tubuh host) n Parasit permanen : tungau kudis, tuma. n Parasit periodik : nyamuk, sengkenit lunak (dari host satu ke host lain).

Arthropoda pengandung Toksin n Kontak langsung : Ulat n Gigitan : Kelabang n Sengatan

Arthropoda pengandung Toksin n Kontak langsung : Ulat n Gigitan : Kelabang n Sengatan : Kalajengking n Tusukan : Triatoma

MORFOLOGI NYAMUK VEKTOR MALARIA Anophelini § Stadium telur diletakkan satu persatu terpisah diatas permukaan

MORFOLOGI NYAMUK VEKTOR MALARIA Anophelini § Stadium telur diletakkan satu persatu terpisah diatas permukaan air berbentuk seperti perahu, bagian bawah konveks dan bagian atas konkaf dengan sepasang pelampung

§ Stadium Larva mengapung sejajar permukaan air bagian badan yang khas : spirakel, tergal

§ Stadium Larva mengapung sejajar permukaan air bagian badan yang khas : spirakel, tergal plate, bulu palma § Stadium Pupa tabung pernapasan yang lebar dan pendek § Stadium Dewasa Palpus sama panjang dengan probosis Palpus jantan : ujung berbentuk gada Sisik sayap membentuk gambaran hitam putih ; ujung sisik tumpul Posterior abdomen melancip

VEKTOR FILARIASIS Anophelini Non Anophelini Culcini : Aedes, Culex, Mansonia, Coquilettidia, Armigeres § Stadium

VEKTOR FILARIASIS Anophelini Non Anophelini Culcini : Aedes, Culex, Mansonia, Coquilettidia, Armigeres § Stadium Telur (Non Anophelini) - Diletakkan satu persatu di tepi pemukaan air (Aedes) - Diletakkan berkelompok membentuk rakit: • Diatas permukaan air (Culex) • Dibalik permukaan daun tanaman air (Mansonia) - Bentuk lonjong dengan ujung lancip dengan dinding seperti anyaman kain kasa (Aedes) - Bentuk seperti peluru senapan - Bentuk seperti duri/sasaran bowling (mansonia)

§ Stadium Larva (Non Anophelini) - Menggantung pada permukaan air - Bagian badan yang

§ Stadium Larva (Non Anophelini) - Menggantung pada permukaan air - Bagian badan yang khas : • Sifon dengan bulu-bulu sifon dan pekten • Sisir dengan gigi-gigi sisir • Segmen anal dengan pelana § Stadium Pupa (Culicini) : - Tabung pernapasan yang sempit dan panjang

§ Stadium dewasa ( Culicini) Betina : Palpus lebih pendek daripada probosis - Jantan

§ Stadium dewasa ( Culicini) Betina : Palpus lebih pendek daripada probosis - Jantan : Palpus lebih panjang daripada probosis - Sisik sayap lebar asimetris (Mansonia) - Sisik sayap sempit dan panjang (Aedes, Culex) - Pada Aedes, sisik sayap membentuk kelompok sisik yang sewarna sehingga tampak bintik putih-kuning/putih-coklat/putih-hitam - Ujung abdomen Aedes lancip - Ujung abdomen Mansonia tumpul dan terpancung -

VEKTOR PENYAKIT PROTOZOA 1. VEKTOR MALARIA Nyamuk Anopheles : dari 2000 spesies Anopheles, terdapat

VEKTOR PENYAKIT PROTOZOA 1. VEKTOR MALARIA Nyamuk Anopheles : dari 2000 spesies Anopheles, terdapat 60 spesies yang merupakan vektor malaria DAUR HIDUP Mengalami metamorfosis sempurna selama 2 -5 mg bergantung pada spesies, makanan yang tersedia, suhu udara

TEMPAT PERINDUKAN Bergantung pada spesies, terdiri atas tiga kawasan : Pantai : An. sundaicus,

TEMPAT PERINDUKAN Bergantung pada spesies, terdiri atas tiga kawasan : Pantai : An. sundaicus, An. subpictus • Pedalaman : An. aconitus, An. Barbirostris • Kaki gunung & gunung : An. Balabacencis, • An maculatus

PERILAKU n Aktivitas dipengaruhi oleh kelembaban udara dan suhu n Umumnya aktif mengisap darah

PERILAKU n Aktivitas dipengaruhi oleh kelembaban udara dan suhu n Umumnya aktif mengisap darah pada malam hari atau sejak senja sampai dini hari ( = night-biters) n Jarak terbang 0, 5 – 3 km, dipengaruhi oleh transportasibdan kecepatan angin n Kesukaan bervariasi : zoofilik, antropofilik, dst n Tempat istirahat bervariasi : eksofilik, endofilik n Aktivitas menggigit bervariasi : eksofilik, endofagik

EPIDEMIOLOGI n Penentuan vektor malaria didasarkan atas penemuan sporozoid malaria di kelenjar liur nyamuk

EPIDEMIOLOGI n Penentuan vektor malaria didasarkan atas penemuan sporozoid malaria di kelenjar liur nyamuk yang hidup di alam bebas ( dengan membedah nyamuk betina) n Faktor yang perlu diketahui dalam menentukan vektor di suatu daerah endemi malaria : ü Kebiasaan nyamuk mengisap darah manusia ü Lama hidup nyamuk betina dewasa yang lebih dari 10 hari ü Nyamuk Anopheles dengan kepadatan yang tinggi & dominan ü Hasil infeksi percobaan di Lab yang menunjukkan kemampuan untuk mengembangkan Plasmodium menjadi stadium sporozoid

n Prevalens kasus malaria tidak sama di antara daerah endemi malaria, bergantung pada perilaku

n Prevalens kasus malaria tidak sama di antara daerah endemi malaria, bergantung pada perilaku spesies nyamuk yang menjadi vektor, misalnya : üDi daerah Cilacap (vektor malaria: An. sundacus) kasus malaria di temukan lebih banyak pada musim kemarau, karena pembentukan tempat perindukan di muara sungai untuk nyamuk tsb meningkat üDi daerah jawa barat (vektor malaria: An. Aconitus) kasus malaria lebih banyak pada musim hujan, karena di sawah banyak terbentuk perindukan untuk nyamuk tsb.

Pemberantasan Malaria : n. Pengobatan Penderita n. Pencegahan kontak antara nyamuk & manusia n.

Pemberantasan Malaria : n. Pengobatan Penderita n. Pencegahan kontak antara nyamuk & manusia n. Penyuluhan sanitasi

2. VEKTOR PENYAKIT CACING (FILARIASIS) 2. 1. VEKTOR FILARIASIS LIMFATIK (NYAMUK) q Nyamuk Anophelini

2. VEKTOR PENYAKIT CACING (FILARIASIS) 2. 1. VEKTOR FILARIASIS LIMFATIK (NYAMUK) q Nyamuk Anophelini (Tribus Anopheles) dan Non Anophelini (Tribus. Culicini, terdiri atas genus Culex, Aedes, Mansonia, Coquilettidia; dan Tribus Taxorhytini, terdiri atas genus Taxorhynchites) q Di Indonesia ditemukan 3 jenis parasit nematoda penyebab filariasis limfatik pada manusia, yaitu Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori

n Parasit-parasit tersebut disebarkan di seluruh kepulauan Indonesia oleh berbagai spesies nyamuk Aedes, Anopheles,

n Parasit-parasit tersebut disebarkan di seluruh kepulauan Indonesia oleh berbagai spesies nyamuk Aedes, Anopheles, Culex, Mansonia, Coquilettida dan Armigeres n Vektor utama filariasis bancrofti di perkotaan adalah Culex quinquefasciatus, sedangkan di pedesaan adalah berbagai spesies Anopheles, Aedes kochi, Cx. Bitaeniorrhynchuss, Cx. Annulirostris dan Armigeres obsturbans n Vektor utama filariasis malayi adalah berbagai spesies Anopheles, Mansonia dan Coquilettidia n Vektor utama filariasis timori adalah Anopheles barbirotris

DAUR HIDUP n Metamorfosis minggu n Tempat sempurna selama 1– 2 perindukan : üNyamuk

DAUR HIDUP n Metamorfosis minggu n Tempat sempurna selama 1– 2 perindukan : üNyamuk Anophelini : kawasan pantai, pedalaman, kaki gunung dan gunung üNyamuk Non anophelini : Tempat ber air jernih ataupun keruh (polluted): Permukaan air dapat ditumbuhi bermacam -macam tanaman air

PERILAKU Nyamuk Non Anophelini mempunyai kebiasaan mengisap darah hospes yang berbeda-beda, yaitu : üCulex

PERILAKU Nyamuk Non Anophelini mempunyai kebiasaan mengisap darah hospes yang berbeda-beda, yaitu : üCulex : malam hari saja üMansonia : Siang dan malam hari üAedes : Siang hari saja q Jarak terbang bervariasi : üCulicini : biasanya pendek (rata-rata beberapa puluh meter) üAedes vexans +/- 30 km q Umur Nyamuk dewasa (di alam/di Lab): +/- 2 mg n

EPIDEMIOLOGI n Faktor-faktor yang menentukan penyebarluasan filariasis dan timbulnya daerah-daeah endemi filariasis, yaitu :

EPIDEMIOLOGI n Faktor-faktor yang menentukan penyebarluasan filariasis dan timbulnya daerah-daeah endemi filariasis, yaitu : Ø Derajat infeksi alami hasil pembedahan nyamuk alam/liar yang tinggi Ø Sifat antropofilik dan zoofilik yang meningkatkan jumlah sumber infeksi Ø Umur nyamuk yang panjang sehingga mampu mengembangkan pertumbuhan larva mencapai stadium infektif untuk disebarkan/ditularkan Ø Dominasi terhadap spesies nyamuk lainnya yang ditunjukkan dengan kepadatan yang tinggi di daerah endemi Ø Mudahnya menggunakan tempat-tempat penampung air sebagai tempat perindukan yang sesuai

EPIDEMIOLOGI (Lanjutan) n Pemberantasan : v. Pengobatan semua penderita filariasis v. Upaya pengendalian vektor

EPIDEMIOLOGI (Lanjutan) n Pemberantasan : v. Pengobatan semua penderita filariasis v. Upaya pengendalian vektor dengan cara yang mudah dan biaya rendah v. Perlindungan/pencegahan terhadap gigitan vektor v. Meningkatkan pengetahuan penduduk mengenai filariasis dan penularannya partisipasi dalam pemberantasan

2. 2. VEKTOR FILARIASIS NON LIMFATIK (LALAT) n Lalat dari genus simulium (Black fly)

2. 2. VEKTOR FILARIASIS NON LIMFATIK (LALAT) n Lalat dari genus simulium (Black fly) dan Chrysops (Horse Flyl Deer fly) n Yang mengisap darah biasanya hanya lalat betina, aktif pada pagi dan sore hari n Simulium damnosum adalah vektor Onchocerca volvulus di Afrika : Simulium metalicum, S. ochraceum dan S. callidium adalah vektor Onchocerca volvulus di Amerika n Chrysops silacea dan C. dimidiata adalah vektor Loa-loa di Afrika

HOSPES PERANTARA Adalah jasad tempat parasit tumbuh menjadi bentuk infektif yang dapat ditularkan kepada

HOSPES PERANTARA Adalah jasad tempat parasit tumbuh menjadi bentuk infektif yang dapat ditularkan kepada hospesnya (misalnya manusia) 1) Cyclops dan Diaptomus Adalah hospes perantara cacing Diphyllobathrium latum 2) Potamon dan Combarus Adalah hospes perantara cacing paragonimus westermani

3. VEKTOR PENYAKIT VIRUS, RIKETSIA, DAN BAKTERI 3. 1. VEKTOR PENYAKIT VIRUS 3. 1.

3. VEKTOR PENYAKIT VIRUS, RIKETSIA, DAN BAKTERI 3. 1. VEKTOR PENYAKIT VIRUS 3. 1. 1. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DHF= Dengue Hemorrhagic Fever) § Merupakan penyakit virus yang sangat berbahaya § Sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat § Vektor utama adalah nyamuk kebun (Aedes aegypti), vektor potensial adalah Aedes albapictus

DAUR HIDUP n Metamorfosis n Tempat sempurna selama 9 hari perindukan : tempat-tempat berisi

DAUR HIDUP n Metamorfosis n Tempat sempurna selama 9 hari perindukan : tempat-tempat berisi air bersih yang letaknya berdekatan dengan rumah penduduk (tidak lebih dari 500 m), meliputi tempat perindukan buatan manusia dan tempat perindukan alamiah

PERILAKU Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia pada siang hari (dari pagi hingga petang)

PERILAKU Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia pada siang hari (dari pagi hingga petang) dengan waktu puncak setelah matahari terbit(8. 00 -10. 00) dan sebelum matahari terbenam (15. 00 -17. 00) n Pengisapan darah dilakukan didalam dan diluar rumah n Tempat istirahat : n Ø Semak-semak/tanaman rendah dan rerumputan di halaman rumah atau kebun Ø Benda-benda yang tergantung didalam rumah q Umur Nyamuk betina dewasa dialam: 10 hari , di Lab: 2 bln q Jarak terbang +/- 40 m ; mampu terbang 2 km

EPIDEMIOLOGI q Ae aegypti tersebar luas di seluruh Indonesia q Ae aegypti ditemukan di

EPIDEMIOLOGI q Ae aegypti tersebar luas di seluruh Indonesia q Ae aegypti ditemukan di kota-kota pelabuhan padat penduduk, juga di temukan di pedesaan sekitar kota pelabuhan q Penyebarab Ae. Aegypti dari pelabuhan ke desa dikarenakan larva yang terbawa melalui transportasi yang mengangkut benda-benda berisi air hujan

EPIDEMIOLOGI (Lanjutan) n Pengendalian ü Perlindungan perorangan dari gigitan nyamuk (kawat kasa, kelambu, penyemprotan

EPIDEMIOLOGI (Lanjutan) n Pengendalian ü Perlindungan perorangan dari gigitan nyamuk (kawat kasa, kelambu, penyemprotan dinding rumah dengan insektisida, penggunaan repellent saat berkebun) ü Pembuangan atau mengubur benda-benda yang dapat menampung air hujan ü Mengganti air atau membersihkan tempat-tempat air seminggu sekali ü Abatisasi ü Fogging dengan malathion minimal dua kali dengan jarak 10 hari di daerah yang terkena wabah ü Pendidikan Kesehatan Masyarakat ü Memonitor kepadatan populasi Ae aegypti penting dalam upaya mengevaluasi adanya ancaman DHF dan untuk meningkatkan tindakan pengendalian vektor ü Pengukuran kepadatan populasi nyamuk yang belum dewasa : memeriksa tempat-tempat perindukan di dalam dan di luar rumah (sebanyak 100 rumah di daerah pemeriksaan)

EPIDEMIOLOGI (Lanjutan) n Angka indeks yang perlu diketahui : ØAngka rumah (house index): persentase

EPIDEMIOLOGI (Lanjutan) n Angka indeks yang perlu diketahui : ØAngka rumah (house index): persentase rumah yang positif larva Ae. Aegypti ØAngka tempat perindukan (container Index): persentase tempat perindukan yang positif larva Ae. Aegypti ØAngka Breteau (Breteau Index): jumlah tempat perindukan yang positif larva Ae. Aegypti dalam tiap 100 rumah

3. 1. 2 PENYAKIT JAPANESE B. ENCEPHALITIS n Di temukan di Asia Tenggara (Filipina,

3. 1. 2 PENYAKIT JAPANESE B. ENCEPHALITIS n Di temukan di Asia Tenggara (Filipina, Kamboja, Muangthai, Malaysia, Singapura) n Di Indonesia penyakit tersebut belum banyak di pelajari, tetapi kemungkinan besar penyakit tsb juga ada di Indonesia karena : § Banyak kasus meninggal dengan gejala klinis yang sama dengan Jap. B. encephalitis § Kepadatan nyamuk vektor cukup tinggi dan telah dapat di isolasi virus Jap. B. encephalitis dari tubuh nyamuk yang di tangkap di sekitar Jakarta

n Gejala Klinis : demam, sakit kepala, mual, muntah, lemas, malaise, mental disorientation. Kematian

n Gejala Klinis : demam, sakit kepala, mual, muntah, lemas, malaise, mental disorientation. Kematian terjadi 2 -4 hari setelah terinfeksi virus n Vektor : Culex tritaeniorhynchus & Cx. Gelidus n Tempat peristirahatan : dekat kandang ternak (kerbau, sapi, babi) n Mengisap darah manusia dan darah binatang (kerbau, sapi, babi, burung, bebek) pada malam hari di dalam atau luar rumah

3. 1. 3. PENYAKIT CHIKUNGUYA n Belum banyak dipelajari di indonesia, namun kemungkinan besar

3. 1. 3. PENYAKIT CHIKUNGUYA n Belum banyak dipelajari di indonesia, namun kemungkinan besar ditemukan penyakit tsb di Indonesia, karena virus Chikunguya telah dapat diisolasi dari nyamuk liar Ae. Aegypti di Jakarta n Gejala klinis mirip Jap. B. encephalitis n Vektor : Ae aegypti

3. 1. 4. PENYAKIT DEMAM KUNING n Vektor : Ae aegypti n Belum pernah

3. 1. 4. PENYAKIT DEMAM KUNING n Vektor : Ae aegypti n Belum pernah dilaporkan di Indonesia walaupun vektornya tersebar di seluruh Indonesia n Di Amerika Selatan dan Afrika Selatan penyakit tsb dilaporkan ada sejak puluhan tahun n Gejala Klinis : pusing, sakit punggung, demam, muntah. Kematian terjadi 5 -8 hari setelah terinfeksi

3. 2. VEKTOR PENYAKIT RIKETSIA 3. 2. 1. Penyakit Demam Semak v Demam semak

3. 2. VEKTOR PENYAKIT RIKETSIA 3. 2. 1. Penyakit Demam Semak v Demam semak = Scrub typhus, tsutsugamushi disease, Delikoorts Di temukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Irja v Penyebab penyakit : Rikettsia tsutsugamushi v Gejala klinis : kepala pusing, apati, malaise, limfodenitis, adanya escar. v Angka kematian berkisar 1 - 60% v Vektor : Leptotrombidium akamusi, L. deliensis, L. fletsheri v

DAUR HIDUP n Metamorfosis tak sempurna (telur-larva-nimfa -dewasa) selama 1 – 2 bulan q

DAUR HIDUP n Metamorfosis tak sempurna (telur-larva-nimfa -dewasa) selama 1 – 2 bulan q Stadium larva mengisap darah manusia dan binatang mamalia q Penularan transovarian : sejak larva Leptotrombidium q mendapatkan infeksi Rickettsia sampai menjadi larva generasi berikutnya masih tetap infektif

EPIDEMIOLOGI n R. tsutsugamushi biasanya hidup sebagai parasit tikus ladang n Pencegahan Penularan :

EPIDEMIOLOGI n R. tsutsugamushi biasanya hidup sebagai parasit tikus ladang n Pencegahan Penularan : üMenghindari kontak dengan tungau saat bekerja di ladang/hutan di daerah endemi, yaitu membedaki kaos kaki dan sepatu yang dipakai dengan serbuk DDT 10% üMenelan kloramfenikol 500 mg sehari selama 10 hari selama bertugas di ladang/hutan

3. 3. VEKTOR PENYAKIT BAKTERI 3. 3. 1. Vektor Penyakit Sampar Pernah di temukan

3. 3. VEKTOR PENYAKIT BAKTERI 3. 3. 1. Vektor Penyakit Sampar Pernah di temukan secara endemi di Jawa Tengah Tahun 1968 terjadi epidemi di Boyolali dengan banyak kematian q Di sebabkan oleh bakteri Yersinia pestis q Vektor : Pinjal Xenopsylla cheopis, Stivalius cognatus, Neopsylla q sondaica Manusia terinfeksi melalui gigitan pinjal atau tinja pinjal yang mengandung Y. pestis q Gejala Klinis : peradangan dan pembesaran kelenjar limfe terbentuk benjolan/bubo (disebut pes bubo/bubonic plague) Y. pestis masuk ke dalam peredaran darah (disebut pes septikimia/septichemic plague) masuk kedalam paru (disebut pes paru/pulmonic plague). Penderita dapat meninggal dalam 2 -3 hari setelah terinfeksi q Cara penularan : Propagatif q

DAUR HIDUP n Pinjal hidup sebagai parasit tikus ladang dan bersarang di antara bulu

DAUR HIDUP n Pinjal hidup sebagai parasit tikus ladang dan bersarang di antara bulu tikus n Mengalami metamorfosis sempurna selama 18 hari

EPIDEMIOLOGI Penyakit pes sebenarnya adalah penyakit tikus (zoonosis) n Pemberantasan: n ü Menangkap tikus

EPIDEMIOLOGI Penyakit pes sebenarnya adalah penyakit tikus (zoonosis) n Pemberantasan: n ü Menangkap tikus dengan perangkap dan membunuhnya ü Memberantas tikus dengan insektisida DDT dan BHC (bensin heksaklorida) Upaya pemberantasan tsb berbahaya, yaitu bila pinjal kehilangan hospesnya (tikus), pinjal mencari hospes baru. q Jalan keluar: q ü Tikus yang tertangkap dibersihkan pinjalnya kemudian dilepas dan ditangkap kembali pada penangkapan berikutnya ü Mempertahan populasi tikus di daerah endemi pada jumlah minimal ttt dan di pantau dengan indeks pinjal

4. VEKTOR MEKANIK 4. 1. MUSCA Musca domestika (lalat rumah) berperan sebagai vektor mekanik

4. VEKTOR MEKANIK 4. 1. MUSCA Musca domestika (lalat rumah) berperan sebagai vektor mekanik amebiasis, disentri basilaris dan penyakit cacing usus di Indonesia q Mudah berkembang biak q Tempat perindukan : timbunan sampah sekitar rumah, tinja manusia dan binatang q Jarak terbang : 10 km q Umur lalat dewasa: 2 -4 minggu q Mengurangi populasi lalat: q § § Membersihkan rumah dan pekarangan dari sampah Memasang kawat kasa Menutup makanan Mengadakan samijaga

PENGENDALIAN VEKTOR Pengendalian vektor terdiri atas : Pengendalian secara alami : yang berperan adalah

PENGENDALIAN VEKTOR Pengendalian vektor terdiri atas : Pengendalian secara alami : yang berperan adalah faktor-faktor ekologi yang bukan merupakan tindakan manusia, yaitu topografi, ketinggian, iklim, musuh alami vektor q Pengendalian secara buatan : dilakukan atas usaha manusia, yaitu : q 1) Pengendalian lingkungan (enviromental control) terdiri atas : § § Modifikasi lingkungan (environmental modification) Manipulasi lingkungan (environmental manipulation)

PENGENDALIAN VEKTOR (Lanjutan) 2) 3) 4) ¡ 6) 7) Pengendalian Kimiawi : menggunakan bahan

PENGENDALIAN VEKTOR (Lanjutan) 2) 3) 4) ¡ 6) 7) Pengendalian Kimiawi : menggunakan bahan kimia pembunuh serangga (insektisida) ataupun penghalau serangga (repellent) Pengendalian Mekanik Menggunakan alat yang langsung dapat membunuh, menangkap atau menghalau, menyisir, mengeluarkan serangga dari jaringan tubuh Pengendalian Fisik Meliputi pemanasan, pembekuan, hembusan angin, penyinaran Tujuan: mengganggukehidupan serangga Pengendalian Biologik Menggunakan pemangsa dan parasit sebagai musuh alami serangga Pengendalian Genetika Bertujuan mengganti populasi serangga yang berbahaya dengan populasi baru yang tidak merugikan, melalui pengubahan kemampuan reproduksi dengan cara memandulkan serangga jantan Pengendalian Legislatif Tujuan mencagah tersebarnya serangga berbahaya dari satu daerah lain atau dari luar negeri ke Indonesia

ANTROPODA PENYEBAB ALERGI DAN REAKSI TOKSIK 1. KONTAK 1. 1. Kupu-kupu q Larva kupu-kupu

ANTROPODA PENYEBAB ALERGI DAN REAKSI TOKSIK 1. KONTAK 1. 1. Kupu-kupu q Larva kupu-kupu (ulat bulu) mengandung toksin, bila kontak dengan manusia kelainan erusisme (urtikaria, nyeri, gatal) q Kontak dengan bulu pada abdomen kupu dewasa Lepidopterisme (dermatitis mirip giant urticaria) q Epidemiologi : Terdapatnya kasus di suatu daerah dipengaruhi oleh spesies kupu-kupu, keadaan daerah dan kebiasaan masyarakat sebagai petani/pekerja kebun

1. 2. Tungau Debu (Dematophagoides pteronyssimus) Ditemukan pada debu rumah di tempat tidur, karpet,

1. 2. Tungau Debu (Dematophagoides pteronyssimus) Ditemukan pada debu rumah di tempat tidur, karpet, lantai dan luar rumah seperti sarang burung dan permukaan kulit binatang n Penyebab asma alergi karena seluruh tubuh tungau mengandung alergen n Epidemiologi : Populasi tungau debu dalam rumah tergantung pada : n • • • Ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut Iklim Binatang yang ada dalam rumah Sanitasi Suhu dan kelembaban udara

2. SENGATAN 2. 1. Lebah ØMemiliki alat penyengat yang mengeluarkan toksin ØAkibat sengatan :

2. SENGATAN 2. 1. Lebah ØMemiliki alat penyengat yang mengeluarkan toksin ØAkibat sengatan : ringan (nyeri, gatal) dan berat (mual, demam, sesak napas, kolaps) 2. 2. Kalajengking ØMemiliki alat penyengat yang mengeluarkan toksin ØAkibat sengatan: nyeri, dapat menimbulkan keracunan sistemik kematian karna syok dan paralisis pernapasan

3. GIGITAN 3. 1. Kelabang ü Menimbulkan nyeri dan eritema karena toksin yang keluar

3. GIGITAN 3. 1. Kelabang ü Menimbulkan nyeri dan eritema karena toksin yang keluar 3. 2. Laba-laba ü Menyebabkan kelainan yang disebut araknidisme (arachnidisme) ; menurut sifat toksinnya terdiri atas araknidisme nekrotik dan araknidisme sistemik 3. 3. Sengkenit ü Mengandung toksin yang dapat menyebabkan paralisis ü Epidemiologi : Di Indonesia, terutama di Nusa Tenggara, banyak terdapat peternakan sapi dapat ditemukan kasus paralisis karena sengkenit

ANTROPODA PENYEBAB PENYAKIT 1. SKABIES q Adalah penyakit kudis, yaitu penyakit kulit yang disebabkan

ANTROPODA PENYEBAB PENYAKIT 1. SKABIES q Adalah penyakit kudis, yaitu penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis q Gejala klinis; gatal-gatal terutama pada malam hari (pruritus nokturna) didahului dengan timbulnya bintik merah (rash) q Tungau hidup dalam terowongan kulit (berwarna putih abu) di jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, pada bayi menyerang telapak tangan dan kaki q Epidemiologi : Penyakit ini dapat terjadi pada satu keluarga, tetangga yang berdekatan, bahkan bisa terjadi di seluruh kampung

2. DEMODIASIS n Infestasi oleh tungau folikel rambut (Demodex follicularum) n Hidup di folikel

2. DEMODIASIS n Infestasi oleh tungau folikel rambut (Demodex follicularum) n Hidup di folikel rambut dan kelenjar keringat terutama disekitar hidung dan kelopak mata sebagai parasit permanen, kadang-kadang ditemukan dikulit kepala n Menyebabkan kelainan: blefaritis, akne rosasea, impetigo kontangiosa disertai gatal dan dapat terjadi infeksi sekunder n Epidemiologi: bersifat kosmopolit dan tidak berbahaya

3. PEDIKULOSIS Adalah gangguan yang disebabkan infestasi tuma, misalnya gangguan pada rambut kepala disebabkan

3. PEDIKULOSIS Adalah gangguan yang disebabkan infestasi tuma, misalnya gangguan pada rambut kepala disebabkan oleh tuma kepala (pediculus humanus var. capitis) n Menimbulkan papula merah dan rasa gatal karena air liur tuma n Epidemiologi : n ü Infestasi mudah terjadi dengan kontak langsung ü Pencegahan : Menjaga kebersihan kulit kepala ü Pemberantasan : Menggunakan tangan, sisir serit, insektisida golongan klorin (benzen heksa klorida)

4. FTIARIASIS n Ftiariasis (pedikulosis pubis) adalah gangguan pada daerah pubis disebabkan oleh infestasi

4. FTIARIASIS n Ftiariasis (pedikulosis pubis) adalah gangguan pada daerah pubis disebabkan oleh infestasi tuma phtirus pubis n Gangguan utama adalah rasa gatal didaerah pubis n Epidemiologi : Penularan dapat terjadi bila ada kontak langsung, terutama pada waktu hubungan seksual

5. MIASIS n n n Adalah infestasi larva lalat ke dalam jaringan atau alat

5. MIASIS n n n Adalah infestasi larva lalat ke dalam jaringan atau alat tubuh manusia Merupakan penyakit yang biasanya dianggap sebagai kontaminasi larva lalat ke dalam luka Secara klinis miasis dibagi menjadi : 1) Miasis Kulit/subkutis: larva diletakkan pada kulit utuh atau luka dan membuat terowongan berkelok-kelok sehingga terbentuk ulkus yang luas 2) Miasis Nasofaring: Terjadi pada anak dan bayi, khususnya yang mengeluarkan sekret dari hidungnya dan yang tidur tanpa kelambu larva yang diletakkan mampu menembus kulit lunak bayi dan membuat ulkus

5. MIASIS (Lanjutan) 3) Miasis Intestinal ; terjadi secara kebetulan karena menelan makanan yang

5. MIASIS (Lanjutan) 3) Miasis Intestinal ; terjadi secara kebetulan karena menelan makanan yang terkontaminasi telur atau larva lalat, Lalat menetas di lambung dan menyebabkan mual, muntah, diare, spasme abdomen, dapat pula menimbulkan luka pada dinding usus 4) Miasis Urogenital ; Larva lalat ditemukan pada vagina dan urine. Menyebabkan piuria, uretritis, sistitis 5) Miasis Mata (oftalmomiasis) : Belum banyak di temukan di Indonesia q Pencegahan : menghindari kontak dengan lalat; memusnahkan tempat perindukan lalat; menutup makanan dengan baik

MORFOLOGI UMUM ANTROPODA Antopoda mempunyai 4 tanda morfologi yang jelas : 1) Badan beruas-ruas

MORFOLOGI UMUM ANTROPODA Antopoda mempunyai 4 tanda morfologi yang jelas : 1) Badan beruas-ruas 2) Umbai-umbai; beruas-ruas; tumbuh menurut fungsinya, - Pada kepala antena dan mandibula - Pada Toraks kaki dan sayap - Pada abdomen kaki pengayuh 3) Eksoskelet : sebagai penguat tubuh, pelindung alat dalam, tempat melekat otot, pengatur penguapan air, penerus rangsang yang berasal dari luar badan 4) Bentuk badan simetris bilateral

NYAMUK Morfologi ü ü ü Berukuran kecil (4 -13 mm) dan rapuh Kepala memiliki

NYAMUK Morfologi ü ü ü Berukuran kecil (4 -13 mm) dan rapuh Kepala memiliki probosis halus dan panjang: pada betina berfungsi sebagai alat penghisap darah, pada jantan sebagai alat penghisap bahan-bahan cair seperti cairan tumbuhan, buah-buahan dan keringat Di kiri kanan probosis terdapat palpus (5 ruas) dan antena (15 ruas) Antena pada nyamuk jantan berambut lebat (plumose) dan pada betina berambut jarang (pilose) Sebagian besar toraks yang tampak (mesonatum) dilputi bulu halus, berwarna putih/kuning dan membentuk gambaran yang khas untuk masing-masing spesies Memiliki 3 pasang kaki (hexapoda) yang melekat pada toraks

Daur Hidup n n n Mengalami metamorfosis sempurna: telur – larva – pupa –

Daur Hidup n n n Mengalami metamorfosis sempurna: telur – larva – pupa – dewasa; stadium telu-larva-pupa hidup dalam air, stadium dewasa hidup beterbangan Nyamuk dewasa mengisap darah manusia dan binatang untuk pembentukan telur Telur diletakkan diatas permukaan air (Anopheles, Aedes, Culex) atau dibalik permukaan daun tumbuh-tmbuhan air (Mansonia) Tempat perindukan (breeding place); tempat nyamuk meletakkan telur-telurnya untuk kemudian telur-telur tsb menetas menjadi larva pupa dewasa Tempat perindukan untuk masing-masing spesies berlainan

Perilaku n Umur nyamuk tidak sama; betina hidup lebih lama daripada jantan. Biasanya umur

Perilaku n Umur nyamuk tidak sama; betina hidup lebih lama daripada jantan. Biasanya umur nyamuk sekitar 2 minggu, namun ada yang dapat hidup hingga 2 -3 bulan (Anopheles punctipennis) n Hospes yang disukai nyamuk berbeda-beda : - Nyamuk hanya mengisap darah manusia = antropofilik - Nyamuk hanya mengisap darah binatang = zoofilik - Nyamuk lebih suka mengisap darah binatang daripada manusia= Antropopozoofilik q Nyamuk istirahat setelah mengisap darah : - Nyamuk lebih suka beristirahat di dalam rumah = endofilik - Nyamuklebih suka beristirahat diluar rumah = eksofilik

Perilaku (Lanjutan) n Aktivitas menggigit berbeda-beda : ü Nyamuk menghisap darah pada malam hari

Perilaku (Lanjutan) n Aktivitas menggigit berbeda-beda : ü Nyamuk menghisap darah pada malam hari : Nightbiters ü Nyamuk menghisap darah pada siang hari : Day-biters ü Nyamuk menghisap darah didalam rumah : Endofagik ü Nyamuk menghisap darah diluar rumah : Eksofagik q Jarak terbang nyamuk berbeda-beda menurut spesies: ü Jarak terbang nyamuk betina lebih jauh daripada jantan ü Aedes aegypti jarak terbangnya pendek : Anopheles dapat terbang sampai 1, 6 km, Aedes vexans dapat mencapai 30 km

1. 2. VEKTOR TRIPANOSOMIASIS AFRIKA n Tripanosomiasis Afrika : Penyakit tidur afrika atau African

1. 2. VEKTOR TRIPANOSOMIASIS AFRIKA n Tripanosomiasis Afrika : Penyakit tidur afrika atau African n Vektor : lalat tse (Glossina) Terdapat 2 spesies yang berperan sbg vektor biologik tripanosomiasis ; Glossina morsitans (menularkan Tripanosoma rhodesiense si Afrika bag timur) & Glossina palpalis (menularkan trypanosoma gambiense di Afrika bagian barat) Mengalami metamorfosis sempurna Jantan dan betina menghisap darah terutama pada pagi hari Habitat : n n sleeping sickness Ø Glossina morsitans; daerah terbuka dengan tanah yang keras Ø Glossina palpalis : daerah berpasir atau tanah disekitar sungai/danau yang banyak ditumbuhi pohon

1. 3. VEKTOR TRIPANOSOMIASIS AMERIKA n Tripanosomiasis Amerika (penyakit Chagas) disebabkan oleh Tripanosoma cruzi

1. 3. VEKTOR TRIPANOSOMIASIS AMERIKA n Tripanosomiasis Amerika (penyakit Chagas) disebabkan oleh Tripanosoma cruzi n Vektor : Triatoma rubrofasciata & Rhodnius prolixus (vektor biologik n Mengalami metamorfosis tidak sempurna (telurnimfa-dewasa) n Stadium telur, nimfa, dewasa berada pada satu habitat yaitu celah-celah dinding rumah yang retak

1. 4. VEKTOR LEISMANIASIS n Leismaniasis disebabkan oleh Leishmania n Vektor : Phlebotamus longipalpis

1. 4. VEKTOR LEISMANIASIS n Leismaniasis disebabkan oleh Leishmania n Vektor : Phlebotamus longipalpis (lalat pasir= sand fly) n Mengalami metamorfosis sempurna n Jantan dan betina mengisap darah donovani, Leishmania tropika & Leismania brasiliense

PENGENDALIAN VEKTOR TUJUAN § Mengurangi/menekan populasi vektor serendahnya § Menghindarkan terjadinya kontak antara vektor

PENGENDALIAN VEKTOR TUJUAN § Mengurangi/menekan populasi vektor serendahnya § Menghindarkan terjadinya kontak antara vektor dan manusia TERDIRI ATAS : 1) Pengendalian secara alami : yang berperan adalah faktor-faktor ekologi yang bukan merupakan tindakan manusia, yaitu topografi, ketinggian, iklim, musuh alami vektor

2) Pengendalian secara buatan : dilakukan atas usaha manusia yaitu : ü Pengendalian lingkungan

2) Pengendalian secara buatan : dilakukan atas usaha manusia yaitu : ü Pengendalian lingkungan (environmental control) ü Pengendalian kimiawi ü Pengendalian Fisik ü Pengendalian Biologik ü Pengendalian Genetik ü Pengendalian Legislatif

PENGENDALIAN SECARA ALAMI Rintangan penyebaran serangga : gunung, lautan, danau, sungai yang luas n

PENGENDALIAN SECARA ALAMI Rintangan penyebaran serangga : gunung, lautan, danau, sungai yang luas n Daerah ketinggian : ketidakmampuan mempertahankan hidup didaerah ketinggian tertentu n Pengaruh cuaca dan iklim : n Ø Perubahan musim gangguan pada serangga Ø Iklim panas, udara kering, tanah tandus atau iklim dingin tidak memungkinkan perkembangbiakanserangga Ø Angin besar dan curah hujan yang tinggi mengurangi jumlah populasi serangga q Pemangsa serangga : burung, katak, cicak q Penyakit serangga

PENGENDALIAN LINGKUNGAN Mengelola lingkungan sehingga terbentuk lingkungan yang tidak cocok yang dapat mencegah/membatasi perkembangan

PENGENDALIAN LINGKUNGAN Mengelola lingkungan sehingga terbentuk lingkungan yang tidak cocok yang dapat mencegah/membatasi perkembangan vektor A. Modification Lingkungan Tidak merusak keseimbangan alam, tidak mencemari lingkungan, harus dilakukan terus menerus Ø Pengaturan sistem irigasi Ø Penaganan sampah Ø Pengaliran air tergenang hingga kering

B. Manipulasi Lingkungan Pembersihan/pemeliharaan sarana fisik yang telah ada Agar tidak terbentuk perindukan atau

B. Manipulasi Lingkungan Pembersihan/pemeliharaan sarana fisik yang telah ada Agar tidak terbentuk perindukan atau peristirahatan Serangga üMembersihkan tanaman air üMelestarikan tanaman bakau üMelancarkan aliran air got

PENGENDALIAN KIMIAWI Menggunakan bahan kimia untuk membunuh (insektisida) atau mengusir serangga (repellent). q Keuntungan

PENGENDALIAN KIMIAWI Menggunakan bahan kimia untuk membunuh (insektisida) atau mengusir serangga (repellent). q Keuntungan : Dapat dilakukan segera, meliputi daerah luas, hasil diperoleh dalam waktu singkat q Kerugian: q § § § Hasil bersifat sementara Potensi mencemari lingkungan Potensi menimbulkan resistensi serangga Dapat membunuh pemangsa serangga Penolakan oleh penduduk Menuangkan solar/minyak tanah pada permukaan tempat perindukan q Penggunaan larvisida untuk larva nyamuk; herbisida untuk tanaman air tempat berlindungnya larva nyamuk, insektisida untuk q nyamuk dewasa

PENGENDALIAN MEKANIK n Menggunakan alat yang langsung dapat membunuh, menangkap, menghalau atau mengeluarkan serangga

PENGENDALIAN MEKANIK n Menggunakan alat yang langsung dapat membunuh, menangkap, menghalau atau mengeluarkan serangga dari jaringan tubuh n Baju pelindung, kawat kasa, sisir serit, ovitrap

PENGENDALIAN FISIK n Pemanasan (suhu 60°C dapat membnuh serangga) n Pembekuan (membunuh serangga) n

PENGENDALIAN FISIK n Pemanasan (suhu 60°C dapat membnuh serangga) n Pembekuan (membunuh serangga) n Pengadaan hembusan angin keras (mengganggu aktivitas serangga) n Penyinaran (membunu atau mengganggu kehidupan serangga; sinar lampu kuning dapat menghalau nyamuk)

PENGENDALIAN BIOLOGIK q Mengembangbiakkan dan memanfaatkan pemangsa dan parasit sebagai musuh secara alami serangga

PENGENDALIAN BIOLOGIK q Mengembangbiakkan dan memanfaatkan pemangsa dan parasit sebagai musuh secara alami serangga q Pengendali larva nyamuk : Ø Nematoda: Ramanomermis iyengari & Ramanomermis culiciforax menembus tubuh larva dan hidup sebagai parasit sehingga larva mati Ø Bakteri : Bacillus thuringiensis untuk Anopheles Bacillus sphaerincus untuk Cx. quinquefasciatus Ø Protozoa : Pleistophora culicis dan Nosema algerae Ø Jamur : Langenidium giganticum dan Coelomyces stegomydae untuk larva nyamuk Tolypocladium cylindrosporum utk larva nyamuk & larva lalat Ø Virus : Cytoplasmic polyhidrosis untuk larva kupu-kupu

PENGENDALIAN BIOLOGIK (Lanjutan) n Pengendali nyamuk dewasa : Antropoda Arrenurus madarazzi ( Parasit nyamuk

PENGENDALIAN BIOLOGIK (Lanjutan) n Pengendali nyamuk dewasa : Antropoda Arrenurus madarazzi ( Parasit nyamuk dewasa q Predator/pemangsa larva nyamuk: ü Ikan : Panchax panchax (ikan kepala timah) Lebistus reticularis (Guppy/water ceto) Gambusia affinitis (ikan gabus) üLarva nyamuk yang lebih besar : Toxorrhynchites amboinensis, Culex fuscanus üLarva capung üCrustaceae (udang-udangan) : mesocyclops

PENGENDALIAN GENETIKA Tujuan: Mengganti populasi serangga yang berbahaya dengan populasi baru yang tidak merugikan

PENGENDALIAN GENETIKA Tujuan: Mengganti populasi serangga yang berbahaya dengan populasi baru yang tidak merugikan n Cara : n Ø Memandulkan serangga jantan dengan bahan kimia atau radiasi Ø Mengawinkan antara strain nyamuk sehingga sitoplasma telur tidak dapat ditembus sperma Ø Mengawinkan serangga antar spesies terdekat sehingga di dapatkan keturunan jantan yang steril q Kekurangan : Pengendalian genetika baru dalam skala laboratorium, belum berhasil baik di lapangan

PENGENDALIAN LEGISLATIF n Tujuan : Mencegah tersebarnya serangga berbahaya dari satu daerah ke daerah

PENGENDALIAN LEGISLATIF n Tujuan : Mencegah tersebarnya serangga berbahaya dari satu daerah ke daerah lain atau dari luar negeri ke Indonesia n Cara : Menegakkan peraturan dengan sanksi pelanggaran oleh pemerintah n Contoh : üKarantina di pelabuhan laut dan udara untuk mencegah masuknya hama tanaman dan vektor penyakit üPenyemprotan insektisida di kapal yang berlabuh atau pesawat yang mendarat

INSEKTISIDA n Bahan yang mengandung persenyawaan kimia untuk membunuh serangga n Syarat inektisida yang

INSEKTISIDA n Bahan yang mengandung persenyawaan kimia untuk membunuh serangga n Syarat inektisida yang baik : ü Daya bunuh besar dan cepat, namun tidak membahayakan ü Hewan vertebrata dan manusia ü Murah dan mudah di dapat ü Susunan kimia stabil dan tidak mudah terbakar ü Mdah digunakan dapat dicampurkan dengan berbagai pelarut ü Tidak berwarna dan tidak berbau menyengat

n Efektivitas insektisida bergantung pada : ü Bentuk insektisida ü Cara masuk kedalam badan

n Efektivitas insektisida bergantung pada : ü Bentuk insektisida ü Cara masuk kedalam badan serangga ü Jenis kandungan bahan kimia ü Konsentrasi dan dosis insektisida q Faktor yang harus diperhatikan untuk mengendalikan serangga dengan insektisida : ü Species serangga ü Ukuran dan susunan badan serangga ü Stadium serangga ü Sistem pernapasan dan bentuk mulut ü Habitat serangga ü Perilaku serangga termasuk kebiasaan makannya

VEKTOR & HOSPES PERANTARA n VEKTOR : Suatu jasad (biasanya serangga) yang dapat menularkan

VEKTOR & HOSPES PERANTARA n VEKTOR : Suatu jasad (biasanya serangga) yang dapat menularkan parasit pada manusia dan hewan. Vektor harus selalu ada dalam rantai penularan penyakit-penyakit tertentu. n HOSPES PERANTARA : Hospes tempat parasit tumbuh menjadi bentuk infektif yang siap ditularkan kepada manusia (hospes). n HOSPES : Species yang dihinggapi parasit, yang mungkin menderita berbagai kelainan fungsi organ sehingga menjadi sakit.