EKONOMI MONETER 1 TEORI MONETER KLASIK UNIVERSITAS AMIKOM

  • Slides: 27
Download presentation
EKONOMI MONETER 1 TEORI MONETER KLASIK UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1

EKONOMI MONETER 1 TEORI MONETER KLASIK UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1

Tiang utama dari teori moneter klasik • J. B. Say, Irving Fisher dan A.

Tiang utama dari teori moneter klasik • J. B. Say, Irving Fisher dan A. Marshall. J. B. Say terkenal karena hukum yang dikemukakannya, bahwa penawaran akan selalu menciptakan permintaan (supply creates its own demand). • Artinya, bahwa suatu perekonomian tidak akan mengalami underemployment atau apa yang oleh Malthus dinamakan underconsumption. • Pengeluaran total masyarakat akan selalu dapat mencukupi untuk menunjang produksi pada keadaan kesempatan kerja penuh (full employment).

Teori Moneter Klasik • Potensi output yang dapat hasilkan tergantung dari pada tingkat teknologi

Teori Moneter Klasik • Potensi output yang dapat hasilkan tergantung dari pada tingkat teknologi dan banyaknya faktor produksi tenaga kerja. • Makin tinggi tingkat teknologi dan makin tinggi jumlah dan kualitas tenaga kerja tingkat output potensial yang dapat dihasilkan juga makin besar. • Artinya, tingkat full employment ini dapat tercapai melalui bekerjanya mekanisme pasar, yang oleh Adam Smith disebut dengan “invisible hand”.

Lanjutan… • Apabila seseorang yang ingin bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan, dia tentu akan

Lanjutan… • Apabila seseorang yang ingin bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan, dia tentu akan menurunkan upah yang dikehendaki sampai ada pengusaha yang mau mempekerjakan. • Demikian juga apabila terdapat pengusaha tidak dapat menjual semua hasil produksinya. maka dia akan menurunkan harganya sampai terjual habis. • Upah dan harga yang bebas berubah akan menjamin selalu terdapatnya keseimbangan dalam pasar tenaga kerja dan pasar barang sebagai hasil saling mempengaruhinya antara permintaan dan penawaran melalui prinsip laissez faire (bebas, tanpa adanya campur tangan).

Lanjutan… • Perekonomian yang didasarkan pada sistem bebas berusaha (Laissez Faire) adalah self-regulating, artinya

Lanjutan… • Perekonomian yang didasarkan pada sistem bebas berusaha (Laissez Faire) adalah self-regulating, artinya mempunyai kemampuan untuk kembali ke posisi keseimbangan secara otomatis. Pemerintah tidak perlu campur tangan dalam perekonomian. • Di Pasar Barang sifat self-regulating ini dicerminkan oleh adanya proses yang otomatis membawa kembali ke posisi GDP yang menjamin full-employment, apabila karena sesuatu hal perekonomian tidak pada posisi ini. Landasan dari keyakinan ini adalah; – Berlakunya hukum Say yang menyatakan bahwa “Supply creates its own demand, ” – Anggapan bahwa semua harga fleksibel

Lanjutan… & Dalam sistem standar kertas, tidak ada proses otomatis yang menstabilkan tingkat harga.

Lanjutan… & Dalam sistem standar kertas, tidak ada proses otomatis yang menstabilkan tingkat harga. Disini kaum klasik melihat satu-satunya peranan makro pemerintah, yaitu mengendalikan jumlah uang beredar sesuai dengan kebutuhan transaksi masyarakat. & Di dalam sistem standar emas, ada mekanisme otomatis yang menjamin kestabilan harga. Disini peranan pemerintah tidak dianggap perlu, sebab jumlah uang (emas) yang beredar akan otomatis menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat. & Di Pasar Luar Negeri, mekanisme otomatis menjamin keseimbangan neraca perdagangan melalui: 1) Mekanisme Hume, dalam sistem standar emas, atau 2) Mekanisme kurs devisa mengambang, dalam sistem standar kertas. Campur tangan pemerintah tidak diperlukan.

TEORI KLASIK TENTANG TINGKAT BUNGA • Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat

TEORI KLASIK TENTANG TINGKAT BUNGA • Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. • Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan/mengurangi pengeluaran konsumsi guna menambah tabungan. • Investasi juga tergantung/merupakan fungsi dari tingkat bunga. • Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil.

Lanjutan… • Alasannya, seseorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungaan yang diharapkan dari

Lanjutan… • Alasannya, seseorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungaan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). • Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil. • Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak ada dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi.

Teori Klasik tentang Tingkat Bunga

Teori Klasik tentang Tingkat Bunga

Penjelasan Kurva • Keseimbangan tingkat bunga ada pada titik 1 o. dimana jumlah tabungan

Penjelasan Kurva • Keseimbangan tingkat bunga ada pada titik 1 o. dimana jumlah tabungan sama dengan investasi. • Apabila tingkat bunga di atas 1 o, jumlah melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. • Para penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga turun balik ke posisi 1 o. • Sebaliknya, apabila tingkat bunga di bawah ini, para pengusaha akan saling bersaing untuk memperoleh dana Yang relatif jumlahnya lebih kecil. • Persaingan ini akan mendorong tingkat bunga naik lagi ke 1 o.

Lanjutan… • Kenaikan efisiensi produksi misalnya, akan mengakibatkan keuntungan yang diharapkan naik. • Sehingga,

Lanjutan… • Kenaikan efisiensi produksi misalnya, akan mengakibatkan keuntungan yang diharapkan naik. • Sehingga, pada tingkat bunga yang sama pengusaha bersedia meminjam dana lebih besar untuk membiayai investasinya. • Atau untuk dana investasi yang sama jumlahnya, pengusaha bersedia membayar tingkat bunga yang lebih tinggi. • Keadaan ini, ditunjukkan dengan bergesernya kurva permintaan investasi ke kanan atas, dan keseimbargan tingkat bunga yang baru pada titik i 1

TEORI KUANTITAS UANG (Klasik) • Menurut paham klasik, uang tidak mempunyai pengaruh terhadap sektor

TEORI KUANTITAS UANG (Klasik) • Menurut paham klasik, uang tidak mempunyai pengaruh terhadap sektor rill, tidak ada pengaruhnya terhadap tingkat bunga, kesempatan kerja atau pendapatan nasional. • Pendapatan nasional ditentukan oleh jumlah dan kualitas daripada tenaga kerja, jumlah daripada modal yang dipakai serta teknologi. • Tanpa perubahan dari faktor-faktor produksi, maka pendapatan nasional tidak akan berubah.

TEORI KUANTITAS UANG (Neo Klasik/ Monetaris) • Menurut monetaris, uang mempunyai pengaruh terhadap sektor

TEORI KUANTITAS UANG (Neo Klasik/ Monetaris) • Menurut monetaris, uang mempunyai pengaruh terhadap sektor rill, terutama dalam keadaan belum full employment • Uang, pengaruhnya hanyalah terhadap harga-harga barang. • Bertambahnya uang, akan mengakibatkan kenaikan harga. • Jumlah output yang dihasikan tidak berubah. Inilah yang sering disebut dengan classical dichotomy, merupakan pemisahan sektor moneter dengan sektor rill. Moneter tidak ada hubungan dengan sektor rill. • Uang hanya merupakan suatu tudung ("veil”) saja dalam perekonomian.

Perkembangan Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money) dari Mazhab Klasik. 1. 2. 3.

Perkembangan Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money) dari Mazhab Klasik. 1. 2. 3. 4. Teori Kuantitas Sederhana (Crude Quantity Theory) Ricardo Transaction Equation atau Transaction Velocity Approach Income Flow Equation of Exchange Cambridge Equation of Exchange 14

Teori Kuantitas Sederhana (Crude Quantity Theory) Ricardo • Ricardo telah memecahkan masalah nilai uang

Teori Kuantitas Sederhana (Crude Quantity Theory) Ricardo • Ricardo telah memecahkan masalah nilai uang dengan memperhatikan hubungan yang lurus antara jumlah uang dengan harga barang. Dia telah mengambil kesimpulan bahwa jumlah uang dengan nilai uang mempunyai hubungan terbalik. • Bila pendapat itu dihubungkan dengan harga maka pendapat Ricardo diatas dapat dinyatakan sebagai berikut: • “Bila jumlah uang naik dua kali lipat, hargapun akan naik dua kali lipat, demikian pula sebaliknya” 15

Teori Kuantitas Sederhana (Crude Quantity Theory) Ricardo • Rumus: M = k. p atau

Teori Kuantitas Sederhana (Crude Quantity Theory) Ricardo • Rumus: M = k. p atau P = 1/k. M M = Jumlah Uang Beredar P = Tingkat harga K = Merupakan factor proporsional yang konstan • Dengan kata lain teori Ricardo menyatakan bahwa jumlah uang langsung proporsional terhadap tingkat harga atau tingkat harga langsung proporsional dengan jumlah uang. P = f(M) 16

Teori Kuantitas Sederhana (Crude Quantity Theory) Ricardo • Maka apabila M (jumlah uang beredar)

Teori Kuantitas Sederhana (Crude Quantity Theory) Ricardo • Maka apabila M (jumlah uang beredar) naik dua kali maka harga akan naik dua kali pula. Karena itu untuk menstabilkan tingkat harga hanya diperlukan stabilisasi jumlah uang. • Teori kuantitas ini terlalu sederhana, karena tidak memperhitungkan faktor cepatnya peredaran uang atau V, atau faktor permintaan terhadap uang. Lagi pula teori tersebut tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya yang terjadi dalam masyarakat. 17

Transaction Equation atau Transaction Velocity Approach • Ini merupakan penyempurnaan daripada teori yang sebelumnya

Transaction Equation atau Transaction Velocity Approach • Ini merupakan penyempurnaan daripada teori yang sebelumnya dilakukan oleh Irving Fisher. Ia menyatakan bahwa yang menentukan nilai uang ada 3 faktor yaitu: – Jumlah uang beredar (M) – Cepatnya peredaran uang (V) – Jumlah barang yang diperdagangkan atau volume barang yang diperdagangkan (T) • Rumus Fisher, Transaction Equation adalah: MV = PT atau P = MV/T 18

Transaction Equation atau Transaction Velocity Approach • Persamaan MV = PT menyatakan bahwa jumlah

Transaction Equation atau Transaction Velocity Approach • Persamaan MV = PT menyatakan bahwa jumlah total uang yang dikelurkan oleh pembeli sama dengan jumlah total uang yang diterima oleh penjual. • Saat ini, yang dimaksud dengan M adalah uang giral ditambah dengan uang kartal. • Seperti diketahui bahwa kaum klasik beranggapan: 1. Uang hanya untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga 2. Dalam jangka pendek Velocity of Money adalah tetap 3. Barang-barang dan jasa-jasa jumlahnya tetap karena perekonomian dianggap sudah mencapai full employment 19

Transaction Equation atau Transaction Velocity Approach Berdasarkan tiga anggapan diatas maka sebenarnya teori Fisher

Transaction Equation atau Transaction Velocity Approach Berdasarkan tiga anggapan diatas maka sebenarnya teori Fisher dapat dikatakan ”bahwa dalam jangka pendek tingkat harga umum (P) berubah secara proporsional dengan perubahan supply uang (M). Hal ini sama dengan pendapat Crude Quantity Theori dari Ricardo. 20

Income Flow Equation of Exchange Variasi lain daripada teori kuantitas uang adalah income flow

Income Flow Equation of Exchange Variasi lain daripada teori kuantitas uang adalah income flow equation of exchange yang dapat dinyatakan denga rumus sebagai berikut: MVy = Py. Ty atau Py = MVy/Ty – M = Jumlah uang beredar – Vy = Income velocity dari uang – Py = Harga rata-rata semua barang dan jasa yang tercakup dalam Ty – Ty = Volume barang jadi (barang akhir) dan jasa yang diperdagangkan 21

Income Flow Equation of Exchange • Ini berarti persamaan tersebut menyatakan bahwa pendapatan nasional

Income Flow Equation of Exchange • Ini berarti persamaan tersebut menyatakan bahwa pendapatan nasional sama dengan jumlah total pengeluaran untuk barang-barang jadi (Akhir). • M adalah sama dengan M pada transaction equation. Vy lebih kecil dari V karena Vy hanya meliputi jumlah pengeluaran uang yang digunakan untuk konsumsi barang akhir saja. • Variabel Vy dan Ty dari pada Income flow equation adalah lebih realistis lagi dibandingkan dengan V dan T dari Transaction equation Irving Fisher. 22

Cambridge Equation of Exchange • 1. 2. Merupakan bentuk lain dari teori kuantitas daripada

Cambridge Equation of Exchange • 1. 2. Merupakan bentuk lain dari teori kuantitas daripada uang yang dikemukakan oleh Marshall, Pigou, Robertson dan Keynes. Cambridge Equation mengenal dua versi, yaitu: Cash balance Equation: M = k. PT Income Version: M= k. PQ = ky 23

Cash Balance Equation • • • M = k. PT (D. H. Robertson) K

Cash Balance Equation • • • M = k. PT (D. H. Robertson) K = Kebalikan dari V Jika V menunjukkan beberapa kali tiap-tiap rupiah berpindah tangan dari yang satu ke yang lainnya dalam suatu jangka waktu tertentu, maka k menunjukkan berapa lama rata-rata tiap rupiah berada didalam kas selama jangka waktu tertentu, jadi K = 1/v, maka secara ilmu hitung rumus MV = PT sama dengan rumus M = k. PT 24

Income Version M = k. PQ = k. Y (Marshall) Rumus: M = k.

Income Version M = k. PQ = k. Y (Marshall) Rumus: M = k. Y • M = Jumlah uang beredar • k = Bagian dari pendapatan nasional yang ingin dipegang dalam bentuk uang • Y = Pendapatan Nasional Kalau teori kuantitas yang lain lebih menitikberatkan pada hubungan antara uang dan harga, maka rumus Mashal merupakan hubungan antara Jumlah uang dengan pendapatan nasional. Teori Marshal ini merupakan dasar dari ”demand for money”. Selanjutnya pandangan dari Marshal (k. Y) inilah, benih “liquidity Preference Theory” dari Keynes. 25

Kesimpulan dari Teori Kuantitas secara umum • Adanya tambahan JUB akan dibelanjakan semua tanpa

Kesimpulan dari Teori Kuantitas secara umum • Adanya tambahan JUB akan dibelanjakan semua tanpa dipikirkan kemungkinannya untuk ditabung • Velocity of money (V) dan volume transaksi (T) dianggap tetap dan hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor nonmoneter (faktor kelembagaan). • Tambahan JUB tidak akan mempengaruhi sektor riil (classical dichotomy) • Tingkat harga umum akan selalu berubah mengikuti JUB 26

Matur Nuwun

Matur Nuwun