Dra Effiati Juliana Hasibuan M Si Mata kuliah
Dra. Effiati Juliana Hasibuan M. Si Mata kuliah : Komunikasi Interpersonal Semester: 2/ Komunikasi Kelas : Reg B pagi/kampus 2 Materi ke 4: Hubungan interpersonal (lanjutan)
Siklus Hubungan Interpersonal Siklus artinya proses sinambung dari satu tahap ke tahap berikutnya Hubungan Interpersonal merupakan sebuah siklus, dari perkenalan, menuju kebersamaan, menuju perpisahan, dan kemungkinan kembali menuju kebersamaan Pada setiap tahap dalam suatu hubungan, komunikasi memainkan peran yang besar
Siklus Hubungan Interpersonal : 1. 2. 3. 4. 5. Perkenalan ; diawali dengan adanya tindakan memulai percakapan (initiating) Penjajagan (experimenting) Intensifikasi (intensifying) Pengikatan (bonding) Refedenisi hubungan
1. Perkenalan ; diawai dengan adanya tindakan memulai (initiating) Komunikasi biasanya dilakukan dengan hati agar terbentuk persepsi dan kesan pertama yang baik Percakapannya misalnya : A: Apa kabar? B: Baik, Anda?
2. Penjajagan (experimenting) ; fase dimana kita mencoba topik percakapan untuk mengenal satu sama lain Misalnya berbasa basi dengan teman yang baru. Hal ini bertujuan agar bisa mengetahui kemiripan dan perbedaan Percakpannya misalnya: A; Oh ternyata kamu suka nonton? Saya juga suka. B: Oh ya. ? Dimana biasanya kamu nonton?
3. Intensifikasi (intensifying): Pada tahap ini hubungan mengalami kemajuan, saling berbagi cerita yang lebih mendalam, bahkan mungkin saja berbagi rahasia. Sering pula pada tahap ini orang menyebut temannya dengan panggilan nama yg khas, yg berbeda dengan cara orang lain memanggil. Disini banyak waktu luang yg dihabiskan bersama dan mungkin juga ada barang yg dibeli bersama yg menunjukkan tingkat keakraban yg lebih mendalam. Baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal menjadi semakin intens satu sama lain.
4. Pengikatan (bonding) ; Pada tahap ini hubungan meningkat menuju suatu ikatan formal. Bagi pasangan, maka ikatan formalnya adalah pertunangan atau pernikahan. Bagi hubungan kerja biasa, maka ikatan formalnya berupa kontrak kerja. Bagi yang menjalin hubungan bisnis, ikatan formalnya adalah kontrak bisnis berupa perjanjian hukum. Apabila sudah terikat dengan ikatan formal maka, kedua belah pihak harus mematuhi aturan yang diciptakan bersama. Disinilah hubungan itu diuji, apakah tetap diteruskan atau bisa juga terjadi pemutusan hubungan apabila salah satu pihak tidak mematuhi aturan bersama yg sudah disepakati.
5. Redefenisi hubungan Pada tahap ini , seiring dengan berlalunya waktu ada perubahan dan tuntutan yang terjadi. Ada kebutuhan yang berubah dan bertambah dengan saat ketika memulai hubungan interpersonal. Misalnya : salah satu pasangan merasa bosan dengan kehidupan yg mereka jalani, dan mulai merasa tidak nyaman terhadap pasangannya yg tidak juga berubah seperti harapannya. Dalam situasi hubungan kerja, pegawai yg sudah bekerja di satu posisi kedudukan, mulai bosan dan menginginkan posisi jabatan yg lebih tinggi lagi. Jika tuntutan perubahan terlalu ekstrim dan mendesak, maka akan terjadi konflik hubungan interpersonal.
5. Redefenisi hubungan : Jika konflik sering terjadi, inilah awal mulanya terjadinya proses kerusakan hubungan interpersonal. Namun jika konflik itu bisa diatasi bersama dengan kesepakatan dan pengertian bersama maka hubungan itu akan dapat diselamatkan.
Deteriorasi (Menuju Perpisahan) Jika hubungan tidak dapat diselamatkan maka akan terjadi deteriorasi Tahapannya adalah : 1. Tahap Pembedaan (differentiating) 2. Pembatasan (Circumsribing) 3. Penghindaran (Avoiding) 4. Pemutusan (Terminating)
a. Tahap Pembedaan (differentiating) ; terjadi bila orang saling sepakat bahwa hubungan mereka terlalu banyak perbedaan , beda hobby, beda cara pandang, dll. Kedua belah pihak saling fokus pada perbedaan yg ada di antara mereka dan mulai saling mengkritik satu sama lain menyampaikan ketidak sukaan. b. Pembatasan (Circumsribing) ; Setelah perbedaan disadari, maka masing pihak akan membatasi percakapan di antara mereka. Mungkin mereka akan menghindari topik percakapan yang menuai perbedaan. Hanya topik umum
c. Stagnasi (Stagnation) menunjukkan kemerosotan hubungan tetap berjalan, pertemuan tetap ada, tapi masing pihak membatasi frekuensi berkomunikasi dan pertemuan. Komunikasi masih terjadi dalam level yang rendah. Keakraban mulai berkurang. Contoh : jika ini terjadi dalam pasangan suami istri, maka mereka jarang saling bicara di rumah, perceraian belum terjadi , mungkin karena masih memikirkan dampaknya terhadap anak, dll. d. Penghindaran (Avoiding) Tahap ini kedua belah pihak sudah menghindar dari pertemuan dan komunikasi. Bahkan jika itu pasangan suami istri mereka akan berpisah tempat tinggal. Jika itu terjadi dalam pasangan persahabatan, maka mereka sudah tidak mau bertemu lagi. Jika tahap ini tidak bisa diselesaikan dengan baik maka bisa saja terjadi tahap terminating (pemutusan hubungan) e. Pemutusan (Terminating) Pada tahap ini salah satu atau kedua belah pihak sepakat mengakhiri hubungan. Meskipun salah satu pihak tetap berupaya mempertahankan hubungan namun jika pihak lainnya tetap ingin
Menciptakan Suasana Hubungan Interpersonal Yang Baik Menggunakan komunikasi secara aktif untuk membangun iklim positif yang menguatkan hubungan satu dengan lainnya 2. Menghargai perbedaan yang timbul dalam hubungan 3. Menanggapi kritik dengan konstruktif, dan selalu berfikiran positif 4. Membangun Positivitas : bekerjasama, bergembira, optimis, sabar, pemaaf, menghargai orang lain melalui pujian, dll. 1.
5. Keterbukaan ; mendorong penyingkapan isi pikiran dan perasaan dalam taraf yang diperhitungkan tingkat keterbukaannya. 6. Jaminan ; membangun komitmen, menunjukkan kasih sayang dan kesetiaan 7. Jaringan ; melibatkan diri dalam aktivitas kelompok teman. 8. Tugas ; saling berbagi tugas dan tanggung jawab
Faktor yang memicu penurunan kadar Hubungan Interpersonal 1. Kompetisi yang tidak sehat ; salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu keuntungan dengan mengorbankan orang lain Dominasi ; dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain, sementara pihak lain menolak di dominasi. 2.
Faktor yang memicu penurunan kadar Hubungan Interpersonal 3. Saling menyalahkan ; dimana masing berusaha menyalahkan yang lain dan merasa diri paling benar sendiri. 4. Meremehkan ; dimana salah satu pihak terus menerus berbuat sesuatu yang merendahkan orang lain dan ia ketahui bisa menyinggung perasaan yang lain 5. Konflik ; bisa timbul jika terlalu fokus pada perbedaan. 6. dll
Model/Teori Komunikasi Interpersonal Coleman dan Hammen (1974: 224 231) 4 model/teori komunikasi Interpersonal : 1. Model Pertukaran Sosial (social exchange model); pola hubungan interpersonal menyerupai transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu dari orang lain tersebut untuk memenuhi kebutuhannya
Jika seseorang merasa masih memperoleh keuntungan dalam hubungan itu maka ia akan berusaha mempertahankan hubungan, tapi jika ia merasa lebih banyak ruginya maka hubungan akan terganggu bahkan jika kerugiannya terlalu banyak bisa terjadi pemutusan hubungan. Menurut teori ini ada 6 bentuk keuntungan dalam sebuah hubungan : yaitu cinta (kasih sayang), uang (materi), status sosial, informasi, barang dan jasa.
Model/Teori Komunikasi Interpersonal 2. Model Peranan (role mode) ; pola hubungan Interpesonal seperti panggung sandiwara Hubungan interpersonal akan berjalan dengan baik apabila masing individu dapat memainkan peranan yg baik seperti yg diharapkan. Harmonisasi masyarakat akan tercipta apabila setiap individu bertingkah laku sesuai dengan peranan yang diharapkan (role expectation) yang meliputi kewajiban, tugas, dan posisi tertentu. Misalnya: Ibu, Ayah dan anak , jika di rumah menjalankan perannya dengan baik sesuai tugas dan kewajibannya, maka keharmonisan hubungan akan terjaga. Tim tugas kelompok jika menjalankan tugas dan kewajiban yang diminta pimpinan kelompok juga akan terjaga keharmonisan hubungannya.
2. Teori/model Peranan Sanksi sosial akan diberikan kepada orang yg dianggap gagal memainkan peranan yg diharapkan kelompoknya. Sanksi sosial dapat berupa ejekan, cemohan, isolasi , kemarahan yg berujung konflik. Teguran yg halus dan beretika akan lebih baik dilakukan untuk menyadarkan orang akan penyimpangan peran yg dilakukannya. Teguran yg kasar akan menimbulkan ketersinggungan dan kemarahan.
3. Teori Analisis Transaksional (dari Eric Berne) Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi (pertukaran). Yang dipertukarkan adalah pesan baik verbal maupun nonverbal. Dalam diri setiap manusia, ada tiga status ego yaitu Sikap dasar ego yang mengacu pada : a. sikap orangtua (P=parent) b. dewasa (A=adult) dan c. ego anak (C+child) Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap orang (baik ego sikap dewasa, anak, maupun orangtua). Dalam hubungan interpersonal kita menampilkan salah satu status ego tersebut yang akan direspon orang lain dengan tampilan komunikasi salah satu status ego yang lain pula.
a. Sikap orang tua (parent) Sikap orangtua yang diwakili dalam perilaku dapat terihat dan terdengar dari tindakan maupun tutur kata ataupun ucapan nya. Seperti tindakan menasihati orang lain, memberikan hiburan, menguatkan perasaan, memberikan pertimbangan, membantu, melindungi, mendorong untuk berbuat baik. Ini adalah sikap yang nurturing parent (NP). Sebaliknya ada pula sikap orang tua yang suka menghardik, membentuk, menghukum, me larang, yang disebut
b. Sikap dewasa (adult) Setiap orang juga menurut Berne memiliki sikap orang dewasa. Sikap orang dewasa umumnya pragmatis dan rasional. Mengambil kesimpulan, keputusan berdasarkan fakta yang ada. Suka bertanya, mencari atau menunjukkan fakta, lebih ber sifat rasional dan tidak emosional, bersifat objektif dan sebagainya.
c. Sikap anak (child) Sikap lain yang dimiliki juga adalah sikap anak. Dibedakan antara natural child (NC) yang ditunjukkan dalam sikap ingin tahu, berkhayal, kreatif, menunjukkan perlawanan. Sebaliknya ada juga yang ber sifat adapted child (AC) adalah mengeluh, ngambek, suka pamer, dan bermanja diri. Ketiga sikap itu ibarat rekaman yang selalu diputar bagai piringan hitam dan terus digunakan dalam cara berkomunikasi yg berulang di saat di kehendaki dan dimungkinkan. Karenanya maka sering anda ber kata : si Pulan sangat dewasa; si Cici kekanakan; atau si Ucok sok tua, mengajari/menggurui.
Bagaimana cara mengetahui sikap ego yang dimiliki setiap orang? Berne mengajukan empat cara, yaitu: 1. Melihat pesan nonverbal maupun verbal yang digunakannya. Pesan non verbal tersebut pada umumnya sama namun dapat bermakna lain pada setiap orang sesuai dengan budaya yang melingkupinya. Pesan pesan verbal yang dikomunikasikannya juga bisa mengindikasikan apakah dia termasuk tipe parent, adult ataupun child.
2. Mengamati bagaimana sikap seseorang ketika bergaul dengan orang lain. Dominasi satu sikap dapat dilihat kalau Pulan sangat sering menggurui orang lain maka Pulan sangat dikuasai oleh Parent dalam hal ini critical parent. Si Cici suka ngambek maka Cici dikuasai oleh sikap anak. Si Ucok suka bertanya dan mencari fakta atau latar belakang suatu kejadian maka ia dikuasai olehh sikap dewasa (adult)
3. Mengingat kembali keadaan dirinya sewaktu masih kecil; hal demikian dapat terlihat misalnya dalam ungkapan : buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Cara berbicara, gerak gerik nonverbal mengikuti cara yang dilakukan ayah dan ibunya yang anda kena. I. 4. Mengecek perasaan diri sendiri, perasaan setiap orang muncul pada konteks, tempat tertentu yang sangat mempengaruhi apakah lebih banyak sikap orang tua, dewasa, ataupun anak sangat menguasai mempengaruhi seorang.
Berne menjelaskan ada 3 jenis transaksi komunikasi antarpribadi yaitu: transaksi komplementer, transaksi silang, dan transaksi ter sembunyi. 1. Transaksi komplementer; Transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam komunikasi antarpribadi karena ter jadi kesamaan makna terhadap pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yang lain dalam jenis sikap ego yang berbeda. Meskipun berbeda namun tetap komplementer (cocok satu dengan lainnya) Misalnya : sikap ego orang tua dengan ego anak akan cock satu dengan lainnya.
Transaksi komplementer bisa jugaterjadi antara dua sikap yang sama misalnya sama bersikap dewasa. Komunikasi antarpribadi yang harmonis dapat terus berlanjut apabila terjadi tran saksi yang saling komplementer (saling melengkapi ) karena di antara mereka dapat memahami pesan yang sama dalam suatu makna.
2. Tran saksi silang Transaksi silang ini terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator tidak mendapat respons yang diinginkan dari komunikan. Misalnya : si A yang sudah dewasa masih suka ngambek dan egois kepada temannya si B. Temannya (B) tidak menanggapi dan memberikan respon sebagai orang dewasa (adult) Akibat dari transaksi silang ini adalah Si A merasa tidak nyaman berkomunikasi dengan si B. Hal ini bisa menimbulkan salah faham.
3. Transaksi tersembunyi terjadi ketika ada campuran beberapa sikap di anta ra komunikator dengan komunikan sehingga salah satu sikap menutupi/menyembunyikan sikap yang lainnya. Sikap tersembunyi ini sebenarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggap lain oleh si penerima.
Contoh : Pada suatu petang Dudung berkunjung ke rumah Nunung. Mereka asyik sekali ngobrol karena ada bahan percakapan yang sangat menarik. Ayah Nunung melihat kearah jam dinding dan berkata, “Hmm. . . sudah pukul 11 mlm rupanya ya. Pernyataan tentang fakta sudah disampaikan terangan. Tapi pesan tersembunyinya ialah : ayo segera pulang, ini sudah larut malam. Jika dudung merespon dengan segera pamit pulang, maka tentu sudah komplementer. Tapi jika dudung tetap ngobrol, maka komunikasi tidak komplementer. Karena pesan tersembunyi ayah tidak direspon dengan tepat oleh dudung.
TERIMA KASIH
- Slides: 33