Dr WAHYU WIBOWO kangbowiegmail com 2013 KINI ADALAH
Dr. WAHYU WIBOWO kangbowie@gmail. com 2013
KINI ADALAH ABAD BAHASA o Di dalam kehidupan terdapat pelbagai TATA PERMAINAN BAHASA (language-games) => cerminan dari suatu nilai kehidupan masyarakat pemakai suatu bahasa. (a) bahasa tulisan: populer, ilmiah, jurnalistik; sastra; (b) bahasa lisan: pelafalan, dialog resmi, dialog sehari-hari; (c) bahasa SMS: ”K’sn dunk? “Ak gy dhoz neeh…” (d) bahasa gado-gado (interferensi): “tadi kamu masuknya keluar mana”; ”sungguhkah engkau hendak mengikuti pelatihan artikel ilmiah? ” o Dalam memaknai realitas, manusia tidak lagi menjadi subjek bahasa. Manusia justru dibicarakan/dikendalikan/dikuasai oleh bahasa.
Kini adalah Abad Bahasa o BAHASA adalah simbol eksistensi KEKUASAAN manusia-ilmuwan. (Kekuasaan: seluruh struktur tindakan yang mendorong tindakan-tindakan lain melalui rangsangan dan persuasi, yang oleh karena itu amat efektif dilakukan melalui tata permainan bahasa artikel ilmiah. (Ungkapan lain: di dalam bahasa sesungguhnya tersembunyi kelenjar kekuasaan). Implikasi dari hal ini… o KOMUNIKASI harus didefinisikan secara baru, yaitu penstrukturan kosa kata dan sintaksis berdasarkan konstruksi fakta yang terekspresikan. Dampaknya, sering kali kita melakukan KEKELIRUAN EPISTEMOLOGI: (1) “saya berjanji mewakafkan sisa hidup saya…”; (2) “jujur saya katakan, empat tahun lalu saya menerima dana itu…”; (3) “marilah berjihad dengan mengebom bule itu…”; CERMATILAH MAKNA SUATU UNGKAPAN ATAU ISTILAH UNTUK MENGHINDARI KEKELIRUAN EPISTEMOLOGI, contoh: (1) ABSTRAK: abstractus “terlepas/ditarik dari”(pemahaman mengenai sebuah kualitas yang bersifat umum dan berada di luar data yang ada; alias miniatur artikel ilmiah); (2) ABSTRAKSI: abstractio “menarik dari” (serangkaian proses dalam pikiran, yang oleh karena itu tidak pernah terwujud, dalam rangka menuju suatu konsep yang bersifat universal). Kekeliruan epistemologi dicerminkan oleh ungkapan: batas bahasaku adalah batas duniaku;
Artikel Ilmiah Dikatakan KOMUNIKATIF jika mampu MENYENANGKAN pembacanya… v Penulis artikel ilmiah dituntut mampu membedakan antara kebenaran ilmiah (kebenaran rasio) dan kebenaran non-ilmiah (kebenaran akal sehat/pencerapan pancaindera) => pengaruh sinetron “cengeng”; membagikan BLT; v Penulis artikel ilmiah dituntut mampu memahami bahwa terdapat struktur aktivitas ilmiah, yang ditopang oleh elemen substantif (isi) dan elemen prosedural (metode), karena pada dasarnya aktivitas ilmiah berkelindan dengan proses (penelitian), prosedur (metode), dan produk (pengetahuan ilmiah); v Penulis artikel ilmiah dituntut mampu memahami bahwa artikel ilmiah adalah cerminan dari suatu komunitas wacana keilmuan; v Penulis artikel ilmiah dituntut mampu memahami bahwa artikel ilmiah memiliki sosioretorik tersendiri (cerminan adanya tata permainan bahasa artikel ilmiah di samping tata permainan bahasa lainnya).
Cara “menyenangkan” pembaca… 1. Koheren Adanya hubungan yang harmonis dan jelas antarunsur pembentuk kalimat dan alinea; antara S dan P; antara P dan O, serta keterangan-keterangan yang menjelaskan tiap-tiap unsur itu. Contoh yang tidak koheren (perhatikan hubungan antarkata, terutama yang bergaris bawah, yang tidak mencerminkan koherensi): ketika kita berjanji akan bertemu dengan seseorang, waktu merupakan salah satu unsur penting. Pasti kita akan bertanya kapan waktu pertemuan tersebut. Dalam keadaan seperti inilah perlu dipahami makna dari sudut pandang waktu. Kata-kata seperti ‘sekarang’, ‘besok’, ‘kemarin’, dan banyak lagi merupakan kata-kata yang bersifat deiktis.
2. Sistematis Adanya pembagian ke dalam tiga bagian pokok: pendahuluan (uraian masalah atau alasan penelitian. Tujuan utama, menarik hati pembaca), isi (materi inti: kupasan, analisis, argumentasi, komparasi, keputusan, pendirian, atau sikap kita terhadap masalah), dan simpulan (ciri-ciri simpulan: deduksi, abstraksi, implikasi, interpretasi, pernyataan umum, atau perampatan berdasarkan temuan). Contoh simpulan yang tidak sistematis (perhatikan, apakah yang hendak disimpulkan? ). Era globalisasi dan era kebebasan informasi, terjadinya kesenjangan informasi, dan dikotomi informasi, antara masyarakat kaya dan masyarakat miskin akan lebih terasa. Hal ini bisa dikurangi dengan munculnya kelompok informasi masyarakat forum-forum informasi. Khususnya masyarakat pinggiran lebih-lebih di pedesaan yang agak jauh dari pusat kota.
3. Komprehensif Adanya penelaahan yang lengkap dan rinci; ibarat melihat lukisan, sekalipun banyak unsur yang menonjol, ada satu tema yang jelas; ada satu pikiran utama yang jelas. Contoh yang tidak komprehensif (perhatikan, manakah pokok pikirannya? ). Saat ini rasio perbandingan jumlah perawat dan penduduk Indonesia adalah 1: 4, sebuah angka yang rendah jika kita bandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. Meski jumlah tersebut rendah, namun sepertinya tidak memungkinkan lagi bagi healthcare provider untuk menerima tambahan perawat baru karena besaran beban keuangan.
4. Logis Adanya prinsip perkembangan pemikiran berkat mata rantai yang nalar, sehingga kita tidak keliru nalar dalam (1) perumusan masalah (“setamat SMA Tober memilih masuk akademi militer, sebab SBY adalah lulusan akademi militer”); (2) hipotesis (“sebenarnya HAM bukan masalah yang baru, karena sudah lama diperjuangkan para artis dan anggota DPR”); (3) pengumpulan data ketika menganalisis (“kemacetan di Jakarta akibat ulah para pebisnis yang senang membangun mal”), dan dalam (4) argumentasi akibat keliru memberi alasan (“UU Diknas tidak perlu diberlakukan secara nasional, karena sebagian wilayah Sulawesi, Kalimantan, dan Papua masih kekurangan tenaga pendidik”). Contoh yang kurang logis (perhatikan kata yang bergaris bawah dalam perumusan masalah sebuah artikel ilmiah di bawah ini, lalu renungkan mengapa dianggap tidak logis? ): Kondisi banyaknya partai bermunculan sejalan dengan dugaan banyak pengamat politik selama ini bahwa ”pertisipasi politik” masyarakat akan meluap-luap dengan kegairahan yang luar biasa bila kondisi politik objektif memungkinkannya.
5. Kohesif Adanya upaya menjaga hubungan kalimat menjadi erat, kokoh, dan berpadu (kohesif). Jika kohesif/kohesitas merujuk pada pertalian bentuk, koheren/koherensi merujuk pada hubungan makna. Dengan menjaga kohesitas, hubungan kalimat akan menampilkan urut-urutan perkembangan pokok pikiran, sehingga tidak “patah” atau “loncat”. Contoh kalimat yang tidak kohesif (adakah urut-urutan perkembangan pokok pikirannya? ): Kultur yang begitu kuat memberi tekanan yang besar pada para pekerja untuk menyesuaikan diri. Dalam merekrut tenaga kerja baru manajemen menginginkan pekerja-pekerja tersebut menerima core value perusahaan jika tidak pekerja tersebut tidak diterima. Sementara itu manajemen ingin secara terbuka mengakui dan menunjukkan support pada perbedaan dan keragaman yang dibawa pekerja-pekerja.
6. Bertanggung Jawab Adanya upaya menulis secara elegan (rapi/elok sesuai dengan pedoman selingkungnya), berwawasan (argumentatif), teliti (tidak ada kekeliruan tulis), etis (tidak mengandung unsur plagiarisme), dan konsekuen (sesuai dengan apa yang hendak dikaji/dibahas). Kongkretisasi tanggung jawab dalam menulis artikel ilmiah di antaranya adalah sebagai berikut: openggunaan istilah yang konsisten (“wireless” atau “nirkabel”? ); openggunaan konjungsi (kata sambung) yang tepat (oleh karena itu; itu sebabnya; walaupun begitu; sekalipun demikian; sementara itu; ); openggunaan logika yang benar (“untuk mengejar ketertinggalan, penulis menyimpulkan bahwa…”); openggunaan konjungsi idiomatik yang tepat (baik-maupun; tidak hanyatetapi; bukan-melainkan; jangankan-pun; apakah-atau); omenghindari redudansi (berlebihan) (“diperbanyak terima kasih”; “kami persilakan Bapak untuk hadir”; “untuk sementara waktu kampus kami tutup” [‘sementara’: sedang/beberapa waktu]).
Sekarang, ayoooo kita tes… o o EJAAN: a) penulisan kata/istilah (“selebritis-selebritas”); b) pungtuasi (“S 2” & “S-2” atau “terlanjur” & “telanjur”); c) gabungan kata (“kerja sama”); d) pembentukan kata (peluluhan bunyi -> “memparkir””memarkir”; “mengkritik-mengritik”); DIKSI: a) kata abstrak/konsep (“anarkis-anarkistis”); b) kata kajian (“H 20 -air”); c) kata serapan (“bujet”, “salat”, ”manajemen”); d) sinonimi (“kolosal-akbar-mega-raya-besar”; “perempuan-wanita”); GRAMATIKA, a) kelengkapan unsur S-P-O (“di sini melayani obat generik”); b) pararelisme (“Mas Dwi mencium artis kondang itu, lalu tiba ditamparnya”); KALIMAT: a) “istri dosen yang gemuk itu” (siapakah yang gemuk? ); b) “untuk memuluskan penelitian ini, …” (bolehkah ungkapan ini digunakan di dalam artikel ilmiah? ).
Siapakah kekasih sejati penulis? o o Ejaan yang Disempurnakan (EYD); Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI); Tesaurus Bahasa Indonesia (kamus sinonim); Glosarium Bahasa Indonesia (daftar istilah bidang ilmu beserta penjelasannya).
Berilah komentar: adakah kohesitas, koherensi, atau kelogisannya? (Perhatikan kata yang bergaris bawah)… Pemasaran adalah merupakan salah satu kegiatan utama dalam bidang perekonomian, disamping kegiatan produksi dan konsumsi. Konsumsi baru bisa terlaksana setelah adanya kegiatan produksi dan pemasaran. Dengan kata lain, produksi dan pemasaran dapat membantu terlaksananya tujuan konsumsi. Pemasaran jika kita lihat berada diantara produksi dan konsumsi, yang berarti bahwa pemasaran menjadi penghubung antara dua faktor tersebut. Dalam kondisi perekonomian sekarang ini, tanpa adanya pemasaran orang sulit mencapai tujuan konsumsi yang memuaskan. Betapapun baiknya produk yang dihasilkan, jika orang lain tidak mengetahuinya, maka produk tersebut sulit akan laku.
senarai padanan istilah asing-Indonesia o PADANAN ISTILAH peat: gambut; pain: nyeri; list: senarai; accelerator control: pengatur pemercepat; body lotion: calir raga; mike: pelantang; acid sulphate soil: tanah sulfat masam; accountant: akuntan; accounting: perakunan; placenta: tembuni; aircraft: kendara udara; penthouse: gria tawang; vegetarian: nabatiwan; seafood: boga bahari/hidangan laut;
Lanjutan… laundry: penatu/dobi; best seller: pelarap/pelaris; door prize: hadiah lawang; cleaning service: layanan pembersihan; hospitality: kesanggrahan; bell captain: pramutama tamu; city check-in: cek-masuk kota; beef fillet: filet sapi; food seasonings: penyedap makanan; jeans: jins; baby bond: obligasi kecil; kick off: tendangan awal; steam engine: mesin kukus; sewage flowrates: debu radioaktif; walkout: mogok tanding; welcome drink: minuman aluan; jumpsuit: celana kodok; VIP: pribadi amat penting; kid’s meal cheese burger: burger keju paket anak-anak; fairway: alur pelayaran; knock out: roboh-kalah; standby: tunggu muat; disinfection: awahama; electric dipole transition: transisi dwikutub elektrik; leasing: sewa guna usaha; photochemical smog: asbut fotokimia; deodorant: pengawabau; women’s style dresses: gaun.
terima kasih…merdeka! nil voluntibus arduum, tidak ada yang sukar bagi yang punya keinginan… Salam, Wahyu Wibowo lahir di Kampung Kemayoran, Jakarta Pusat, 8 Maret 1957; tim inti pada program Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah untuk Dosen se-Indonesia, DP 2 M Depdikbud; reviewer Program Hibah Penulisan Buku Ajar dan Insentif Buku untuk Dosen, DP 2 M Depdikbud; dekan pada Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional (April 2009 -Mei 2013), Jakarta; redaktur senior majalah Solusi Investasi, Jakarta; penulis 28 judul buku tentang kebahasaan, komunikasi, dan kepenulisan praksis; bukunya, Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah (Penerbit Kompas, 2011), dan Langkah Kritis dan Kontemporer Menulis Buku Ajar Perguruan Tinggi (Bidik-Phronesis Publishing, 2012) telah mengalami cetak ulang; doktor filsafat UGM Yogyakarta.
- Slides: 16