Dr Bagas Kumoro Sp M KSM Ilmu Kesehatan
Dr. Bagas Kumoro, Sp. M KSM Ilmu Kesehatan Mata FK UJ-RSD Dr. Soebandi Jember
Mata Merah Dengan Visus Menurun I. II. IV. Patofisiologi mata merah dengan visus menurun Radang Kornea Radang Uvea Glaukoma Akut
I. Patofisiologi mata merah dengan visus menurun a. RADANG KORNEA Sifat transparan kornea : - Struktur Uniform - Avaskuler - Deturgesens Kerusakan sel Endotel kornea → Edema kornea, sifat transparan negatif Kerusakan Epitel kornea → Edema lokal Stroma Kornea sesaat dan membaik kembali ( Regenerasi sel Epitel )
Edema kornea → Visus menurun Lesi kornea / Radang kornea - Nyeri, Fotofobia, Visus menurun - Hiperimia Perikornea - Vasodilatasi Iris Radang kornea → Vasodilatasi Iris Fenomena Reflex → → Hiperemia Perikornea → Iritasi ujung saraf kornea
B. RADANG UVEA Radang Uvea Anterior ( Iris + Badan Siliare ) → nyeri + foto fobi ok/ sabut nyeri pada iris. Radang Uvea → Visus bisa Bila ada kekeruhan di Akuos Humor, Kornea, Lensa, Badan Kaca atau Korioretinitis yang mengenai Makula Retina. Radang Uvea Posterior → Koroid → Sabut Syaraf Nyeri
C. Glaukoma Akut Primer : Anatomi sudut BMD sempit → Gangguan Humor Akuos → Tekanan Intra Okuler meningkat tiba → Edema Kornea → Visus menurun & Vasodilatasi Perikornea & Konjungtiva Glaukoma Akut Sekunder : Gangguan pengaliran Akuos Humor di pupil → Iris Bombe TIO meningkat Edema Kornea visus menurun & Hiperemia Perikornea & Konjungtiva
Kesimpulan 1. Visus menurun pada radang kornea, Uvea & Glaukoma Akut akibat gangguan media optik (Kornea, Akuos Humor, Lensa mata, Badan kaca) dan gangguan makula retina 2. Mata merah pada radang kornea, Uvea, Glaukoma Akut Vasodilatasi Iris, Episklera, Konjungtiva.
Radang Kornea Trauma Epitel kornea Mikro Organisme Stroma Kornea Avaskuler Membran Bowman Radang / Infeksi. Membran Descemet sangat resisten terhadap berbagai Bakteri, kecuali terhadap jamur dalam keadaan Epitel Kornea yang utuh, jenis bakteri yang patogen terhadap kornea adalah Pseudomonas Aeroginosa.
Radang kornea ada 2 macam : a. Keratitis ( Non Ulceratif ) b. Ulkus Kornea Penyebab tersering Radang Kornea : 1. Bakteri : Pseudomonas aeroginosa, Strept. Pneumonia, Staf. Epidermitis, dll 2. Jamur : Candida, Fusarium, Aspergillus, dll 3. Virus : Herpes Simplex, H. Zoster, Varicella, dll 4. Expose Keratitis : Exoftalmos, Legoftalmus, dll 5. Defisiensi Vitamin A
KERATITIS Gejala Subjektif : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Nyeri, karena ada ujung saraf di permukaan kornea Fotofobia ( takut sinar ) Blefaro Spasme ( Spasme Otot Palpebra ) Epifora ( keluar air mata berlebihan ) Visus menurun karena ada Infiltrat, Edema Kornea, Neovaskularisasi kornea Karena edema kornea sinar yang masuk kornea akan dibiaskan.
Gejala Objektif : 1. 2. 3. 4. Infiltrat di kornea bercak putih, batas tak tegas di epitel atau subepitel kornea Hiperemi Perikornea akibat vasodilatasi sekitar limbus Panus infiltrat yang diikuti Neovaskularisasi terdapat di Limbus Superior Neovaskularisasi Interstitial terbentuk neovaskularisasi di Stroma Kornea
Beberapa bentuk Infiltrat Kornea : 1. 2. 3. 4. 5. Nummuler bentuk coin lession infiltrat pada Keratitis numularis Punctata infiltrat kecil-kecil merata di permukaan kornea terdapat di keratitis Punctata Superfisialis Dendrit bentuk cabang-cabang pd Keratitis Herpes Simplex Filamen terdapat pada Keratitis Herpes Simplex Disciform terdapat pada Stromal Keratitis
Lokasi Infiltrat. 1. Anatomis 2. Histologis : Bisa disatu area kornea, bisa pula merata seluruh kornea, diperifer atau sentral : Epitel, Subepitel atau di Stroma Kornea
PEMERIKSAAN TAMBAHAN 1. Test Fluoresin mengetahui adanya defek epitel kornea, memakai cairan Fluoresin 2 % atau Fluoresin Strip infiltrat dengan FL positif atau Infiltrat dengan FL negatif 2. Test Sensibilitas Kornea menggunakan ujung kapas yang digeserkan pd permukaan kornea refleks berkedip berarti sensibilitas kornea baik (hasil positif). Sensibilitas kornea menurun pada Keratitis Herpes Simplex, H Zoster, Morbus Hansen.
PEMERIKSAAN TAMBAHAN 3. Pemeriksaan Kuman menentukan kuman penyebab, terutama pada Ulkus Kornea, Bisa dengan pengecatan gram atau larutan KOH. Untuk mengetahui jenis kuman pembiakan atau kultur kuman, juga dilakukan sensibilitas atau Resistensi Kuman terhadap Antibiotika
Bila dijumpai Hiperemia Perikornea, maka didiagnosis banding : 1. Iritis akut 2. Glaukoma Akut 3. Konjungtivitis Akut 4. Infeksi Kornea / Trauma Kornea
Beberapa Jenis Keratitis secara Klinis A. Keratitis Superfisial : 1. 2. 3. 4. K. Punctata Superfisialis K. Flikten K. Bullosa K. Marginal Superfisial 5. K. Sikka 6. K. Numularis 7. K. Lepra B. Keratitis Interstitial / Profunda Keratitis yang mengenai lapisan Stroma Kornea.
Beberapa contoh keratitis / Ulkus Kornea berdasarkan penyebab A. Keratitis / Ulkus Kornea Bakterial 1. Ulkus Kornea Pneumokokus Etiologi : Streptokokus Pneumonia Klinis : Inkubasi : 24 – 48 jam Khas : Ulkus bata tegas, warna kelabu, cenderung menyebar secara tak teratur kearah sentral kornea, yang maju ulseratif aktif dan yang ditinggalkan mulai sembuh. Terapi : Cefazolin, Penisilin G, Vancomycin
2. Ulkus Kornea Pseudomonas. Etiologi : Pseudomonas aeruginosa Klinis : Infiltrat kelabu atau kuning ditempat epitel kornea yg rusak, sangat nyeri, cenderung cepat menyebar kesegala arah kornea pengaruh enzym proteolitik. Umumnya terdapat Hipopion. Terapi : Tobramycin, Gentamycin, Polymyxin.
3. Ulkus Kornea Moraxella Liqeufaciens. Etiologi : Moraxella Ligeufaciens Klinis : Ulkus lonjong indolen, biasanya mengenai kornea bagian bawah dan meluas ke bagian dalam kornea selang beberapa hari. Terapi : Tobramycin
4. Ulkus kornea Streptokokus Beta Hemolitikus. Etiologi : Streptokokus beta hemolitikus Klinis : letak di sentral, tidak punya tanda khas, stroma kornea sekitar ada infiltrat & edema, biasanya hipopion sedang. Terapi : Cefazolin, Vancomycin
5. Ulkus kornea Streptokokus Alfa Hemolitikus. Etiologi : Streptokokus alfa hemolitikus Klinis : sering dijumpai pd pasien yg diterapi kortikosteroid waktu lama. Letak ulkus sentral. Terapi : Cefazolin, Vancomycin
B. KERATITIS JAMUR Etiologi : Banyak dijumpai akibat terapi mata dengan kortikosteroid. Klinis : Ulkus indolen dg. Infiltrat kelabu, sering ada hipopion, radang bola mata dan lesi. Infiltrat satelit di tempat yg jauh dari area ulserasi utama, disertai reaksi bilik mata depan yang hebat dan abses kornea. Terapi : Natamycin, Amphotericin B, Miconazole, Ketokonazole
C. KERATITIS VIRUS Keratitis Herpes Simplex Etiologi : Virus herpes simplex Klinis : Gejala awal : iritasi, fotofobia, epifora, gejala minimal timbul karena ada anestesi kornea. lesi paling khas yaitu Ulkus dendritika. Ulserasi geografik adalah bentuk lesi dendritik menahun yg lebih lebar. Keratitis disciformis yaitu infiltrat di Stroma pd K. Herpes Simplex, umumnya dianggap sebagai reaksi Imunologis terhadap antigen virus dalam Stroma atau endotel kornea.
Terapi : a. Debrimen epitel dg aplikator berujung kapas khusus b. Obatan : Idoxiuridin, Acyclovir, Vidarabin, topikal, Atropin sulfat tetes mata c. Bandage lens ( lensa kontak lunak ) d. Keratoplasti tembus
2. KERATITIS HERPES ZOSTER Etiologi : Virus herpes zoster. Klinis : Zoster oftalmik sering dijumpai diikuti dg. Keratouveitis, pd dewasa bisa terjadi kebutaan. Anestesi kornea merupakan ciri khas Terapi : Acyclovir oral 5 x 800 mg selama 10 -14 hari Kortikosteroid topikal
ULKUS KORNEA PERIFER 1. Ulkus Marginalis Etiologi : Akibat dari konjungtivitis bakteri akut atau menahun. Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri, antibodi dari vaskuler limbus bereaksi dg antigen yg telah berdefusi melalui epitel kornea. Klinis : Letak infiltrat sekitar ulkus di area marginal / perifer kornea. Terapi : Kortikosteroid topikal
ULKUS KORNEA PERIFER Ulkus Moren Etiologi : Diduga suatu proses Autoimun Klinis : Meliputi juga ulkus marginal, unilateral ditandai ekstravasasi limbus & kornea perifer yg sakit & progresif, sering pada usia tua. Terapi : Antibiotika & Kortikosteroid
KERATITIS EPITELIAL 1. Keratitis Klamidia Etiologi : Chlamidia trachomatis Klinis : Urutan munculnya kelainan adalah : 1. Mikro erosi epitel di 1/3 atas kornea 2. Mikropanus 3. Kekeruhan bulat sub epitel ( Postula trakhoma ) 4. Herbert’s pit 5. Panus besar 6. Si katriks sub epitel yg difus dan luas Terapi : Tetrasiklin atau Eritromisin
2. KERATO KONJUNGTIVITAS SICCA (SYNDROMA SYOGREN ) Etiologi : Penyakit auto imun oleh karena berkurangnya produksi kelenjar lakrimalis & kelenjar lakrimal tambahan Klinis : Filamen di kuadran bawah kornea Terapi : Air mata buatan, salep pelumas, Vit A topikal
2. KERATO KONJUNGTIVITIS SICCA (SYNDROMA SYOGREN ) KOMPLIKASI ULKUS KORNEA 1. Hipopion → komplikasi paling sering 2. Desematokel → bisa menjadi raptur kornea spontan 3. Iridosiklitis, Endoftalmitis, Panoftalmitis
Gejala sisa (squele) dari keratitis atau ulkus kornea → sikatrik kornea 1. 2. 3. Nebula kornea Makula kornea Leukoma kornea, bisa menjadi leukoma adherent akut. Penyembuhan desemetokel / ruptur kornea
LENSA KONTAK 1. Hard Contact lens a. Standard Hard Contact lens - Bahan : PMMA ( polimetil metacrylat ) - Tidak ditembus oksigen → oksigenasi kornea via celah antara kornea & lensa saat berkedip. b. Permeable Gas Hard Contact lens Bahan : - Butyrate acetat cellulose - Acrylat silicon - Silicon kombinasi dengan PMMA
2. Soft contact lens a. Lensa kontak lunak kosmetik b. Lensa kontak lunak disposibel c. Lensa kontak lunak terapeutik ( Bandage contact lens )
KELAINAN DEGENERATIF KORNEA 1. Keratokonus Etiologi : Herediter autosomal resesif atau autosomal dominan yg bilateral Patologi : Perubahan destruktif di lapisan Bowman dg degenerasi keratosit Klinis : - Mata kabur - Test plasido / keratoskopi / retinoskopi → reflek kornea iregular Fundoskopi : tak tampak jelas karena Astigmatisme kornea Terapi : - Lensa kontak keras - Keratoplasi tembus
2. Degenerasi kornea Etiologi : Herediter atau akb. Radang kornea a. Degenerasi marginal kornea Klinis : Penipisan & kekeruhan di perifer kornea, area tipis mirip arcus senilis & faskulisasi disertai endapan lemak b. Degenerasi noduler Salzmann Etiologi : Akibat radang kornea khusunya kerato konjungtivitis phlyctenularis atau trackhoma Patologi : Degenerasi kornea superfisialis yg mengenai stroma, membran bowmann & epitel dg nodul superfisialis (kelabu-keputihan) Klinis : Kemerahan iritasi & mata kabur Terapi : Keratektomi superfisial
3. Arcus Senilis Etiologi : Degenerasi kornea perifer bilateral, sering timbul pd orang tua karena proses penuaan Patologi : Deposit lemak diseluruh lapisan kornea terutama lapisan superfisial dan dalam epitel kornea & jarang pd stroma
4. DISTROFI KORNEA Etiologi : Herediter Patologi : Deposit material abnormal bilateral, disertai perubahan arsitektur normal kornea yg bisa / tidak mengganggu penglihatan Anatomis → penggolongan Distrofi kornea 1. Distrofi epitel 2. Distrofi stroma 3. Distrofi membran desemet
Bedah kornea untuk perbaikan visus 1. Radikal keratotomi Koreksi dilakukan utk merubah kelengkungan kornea dg cara insisi radikal kornea mencapai 90% kedalaman kornea, dimulai zona optik bening kearah limbus 2. Keratomileusis Cara : kornea diambil lameler secara optograf yg dalam → dibekukan & dibentuk ulang sesuai hasil refraksi yg diinginkan → dijahitkan kembali ditempat semula → tidak perlu kornea donor
3 Keratofakia Cara : Kornea donor dibentuk menjadi bentuk lensa → disisipkan kedalam dasar lameler kornea resipien → lameler kornea resipien dijahitkan kembali menutupi lap. Kornea donor → kornea makin tebal Indikasi : Koreksi afakia 4. Clear Lens Extraction Indikasi : Miopa tinggi Cara : Extraksi lensa extra kapsuler → menghilangkan pengaruh lensa mata dalam memfokuskan sinar → sinar masuk mata Cuma difokuskan oleh kornea saja
5. Excimer laser Cara : PRK ( Photo Refraktif Keratotomy ) dan keratotomi laser foto refraktif meratakan kornea secara teliti untuk mengurangi myopia & astigmatisme
6. TRANSPLANTASI KORNEA/ KERATOPLASTI Indikasi : Sikatrik kornea, edema kornea, penipisan kornea & distorsi kornea Ada 2 macam 1. Keratoplasti tembus ( penetran ) mengganti kornea seutuhnya dg kornea donor 2. Keratoplasti lameler mengenai sebagian ketebalan kornea dg kornea donor
Kornea donor dari mata manusia segera setelah meninggal dunia & segera dibekukan. Mata donor utuh sebaiknya dimanfaatkan dalam waktu 24 jam, selambat-lambatnya 48 jam untuk mangkok kornea sklera yg disimpan dalam nutrien bisa dipakai sampai 6 hari stelah donor meninggal, sedangkan pengawetan dalam media biakan jaringan bisa tahan sampai 6 minggu.
RADANG UVEA ( UVEITIS ) Klasifikasi uveitis a/ Klasifikasi lokasi ( anatomik ) a. Uvietis anterior : radang uvea interior iris & badan siliar iritis / iridosiklitis b. Uveitis posterior radang uvea posterior choroiditis b/ Klasifikasi morfologik a. Purulen b. Non purulen : - Serosa : akut & kronik - Plastik : akut & kronik
a/ Klasifikasi patologi anatomik a. Non granulomatosa : organisme patogen (-) , respon terapi kortiko steroid baik, terutama mengenai uvea anterior. b. Granulomatosa : megikuti invasi mikroba aktif kejaringan oleh kuman penyebab, bisa mengenai anterior & posterior, tersering bagian posterior. d/ Klasifikasi klinik → berdasar cara timbul dan lamanya perjalanan penyakit. 1. Akut : mendadak, inkubasi < 5 minggu 2. Kronik : perlahan, inkubasi bulanan / tahunan
e/ Klasifikasi etiologik 1. Eksogen : Trauma, bedah mata, mikroba, sebab lain dari luar. 2. Endogen : mikroba atau sebab lain dari dalam tubuh pasien. - Sekunder terhadap penyakit sistemik - Infeksi parasit, virus, jamur - Idiopatik
UVEITIS ANTERIOR AKUT GEJALA SUBJEKTIF n Hiperemi peri kornea (Sirkum Kornea) n Nyeri trigeminal (menetap/hilang timbul ) ok / iritasi saraf V silier. n Fotofobia ok / spasme silier dan kelainan kornea bukan karena sensitif terhadap cahaya n Blefaro spasme → spasme palpebra (mata menutup rapat bila disinari agak kuat). n Lakrimasi (Epifora) ok / iritasi saraf di kornea & korpus siliaris. n Kabur ok / endapan fibrin, edema kornea, kekeruhan akuos humor karena eksudasi sel radang & fibrin
PEMERIKSAAN OBJEKTIF n Hiperemia → gambaran bendungan vaskuler siliar sekitar limbus 360°, warna keunguan n Keratik presipitat → endapan sel radang di BMD & menempel di Endotel Kornea. Ukuran & jumlah sel keratik presipitat : n Halus & banyak : pd Iritis & Iridosiklitis akut n Muttonfat ( keabuan agak besar ) pada uveitis kronis (granulomatosa) & simpatetik oftalmia.
n n n COA (bilik mata depan). Flare oleh karena meningkatnya kadar protein, sel dan fibrin Edema & eksudasi di stroma iris Iris kusam keabuan Pupil miosis oleh karena edema stroma iris akibat peradangan langsung di sfingter pupil.
Komplikasi uveitis anterior akut 1. Sinekia posterior perlekatan permukaan belakang iris dg kapsul depan lensa. Bila sinekia total bentuk cincin disebut : seklusio pupil. Bila seklusio pupil disertai eksudasi fibrin menutupi pupil Oklusi pupil memblokade pupil (Iris bombe) glaukoma sekunder 2. Hipopion deposit sel radang fibrin & kuman yg mati di BMD, membentuk PUS 3. Katarak komplikata kekeruhan lensa oleh karena toksik metabolik akibat radang uvea & proses degenerasiproliferatif akb. Terbentuknya sinekia posterior 4. Endoftalmitis Panoftalmitis 5. Glaukoma sekunder akb. Terapi steroid yg lama
UVEITIS POSTERIOR KOROIDITIS / KORIORETINITIS Ada 2 jenis : 1. Eksudatif (non parulenta) 2. Supuratif (Purulenta) KOROIDITIS EKSUDATIF(UVEITIS POSTERIOR) Gejala Klinis Subjektif : - Visus menurun pelan 2 - Nyeri (-), Fotofobia (-). - Kadang melihat spt. rambut/benda kecil mlayang 2. - Metamorfopsia(+) btk. &besar benda tam pak berubah.
Objektif : - Mata tidak merah - Muttonfat KP di endotel kornea kadang positif - Oftalmoskop : lesi aktif di retina bercak putih kekunigan & badan kaca didepan bintik putih berwarna kelabu - Keadaan berat : kekeruhan hebat di korpus vitreus - Bila uveitis anterior & uveitis posterior terjadi bersamaan disebut : Panuveitis Penyulit : - Edema makula, edema saraf optik, Papilitis atau Ablasi retina Terapi : kortikosteroid sistemik, injeksi retrobulber atau peribulber / sub konjungtiva
KOROIDITIS EKSUDATIF = ENDOFTALMITIS =UVEITIS PURULENTA Definisi : Radang supuratif isi bola mata Etiologi : 1. Eksogen : kuman pyogenik stafilokokus aureus, pseudomonas aeruginosa, bisa jamur lewat luka tembus kornea atau sklera akibat trauma atau pembedahan 2. Endogen : akibat sepsis, selulitis dll
Klinis : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Mata kabur sampai tidak melihat sama sekali Mata merah & bengkak + nyeri hebat Palpebra – hiperemis + edema Konjungtiva : kemosis positif Kornea : suram & edema + muttonfat KP BMD : Hipopion positif Pupil : Lekokoria positif TIO : Menurun Biasanya ada panas, menggigil & muntah
Pengobatan : 1. 2. 3. 4. 5. Antibiotika sistemik spektrum luas Gentamycin 3 x 40 mg /hari. Gentamycin 20 mg sub konjungtiva 1 x / hari Kortikosteroid dosis tinggi Dexametason 3 x amp / hari Gentamycin topikal, 2 tetes / jam Atropin 1% 3 x 2 tetes/ hari Sebelum diterapi sebaiknya dilakukan pemeriksaan bakteriologi : pengecatan gram / giemsa dan biakan kuman untuk sensitifitas kuman terapi spesifik dalam dosis maksimal
Bila terapi medikamentosa gagal & mata tidak berfungsi lagi maka dilakukan : Enukleasi atau eviscerasi Enukleasi : Mengeluarkan bola mata secara intoto (utuh) dg meninggalkan konjungtiva Eviscerasi : Mengeluarkan isi bola mata dg meninggalkan sklera di konjungtiva Bila inflamasi telah mencapai puncak maka pus akan keluar lewat dinding bola mata di belakang limbus Tiba-tiba nyeri menurun, tapi bola mata mengecil & terjadi penyembuhan dg Phtysis bulbi
Bila radang isi bola mata makin hebat Panoftalmitis yaitu : radang akut isi & seluruh lapisan bola mata disertai radang seluruh isi orbita Gejala klinis Panoftalmitis : 1. Gejala hampir = Edoftalmitis, tapi lebih hebat di tambah proptosis 2. Kornea putih ada radang kornea 3. Bola mata sulit digerakkan 4. Bola mata kemungkinan ruptur Phtysis bulbi Terapi : - Hampir= Tx Endoftalmitis - Bila terapi medikamentosa gagal mutlak dilakukan eviscerasi
Beda Endotalmitis dan Panoftalmitis 1. 2. 3. 4. 5. 6. Radang Demam Nyeri bola mata Gerakan bola mata Eksoftalmus Tindakan bedah 1. 2. 3. 4. 5. 6. Intra okuler Tidak nyata Ada Tidak terganggu Tak ada Bila obatan gagal 1. 2. 3. 4. 5. 6. Intraokuler + intraorbita Nyata Berat Nyeri, tidak bergerak Ada Eviscerasi mutlak
OFTALMIA SIMPATIKA ( SIMPATETIK OFTALMIA ) Definisi : Uveitis granulomatosa, bilateral, terjadi setelah trauma tembus atau luka operasi pd salah satu mata yg mengenai badan silier atau sekitarnya. Exciting eye : mata yg kena trauma Simpathizing eye : mata yang ikut meradang Inkubasi : 10 – 14 hari sampai beberapa tahun paska trauma, tapi 90% terjadi dalam satu tahun pertama post trauma dan waktu paling bahaya yaitu 4 – 8 minggu post trauma
Etiologi : Tidak jelas, diduga ok. Autoimun (reaksi hipersensitifitas) terhadap antigen (pigmen uvea) mata yg kena trauma tembus di limbus Gejala klinis : Gejala prodromal : sangat sensitif terhadap sinar, gangguan visus jarak dekat, ok. kelemahan akomodasi.
Gejala selanjutnya : 1. Fotofobia 2. Epifora 3. Hiperemi perikornea 4. Keratik presipitat 5. Flare di BMD 6. Obskura badan kaca 7. Nyeri mata 8. Stadium lanjut : Ada semua gejala uveitis anterior
Beda oftalmia simpatika & uveitis lain 1. Oftalmia simpatika : Pada anamnesis ada trauma, uveitis bilateral, difus akut 2. Uveitis lain : Unilateral & terbatas di satu bagian uvea
PENCEGAHAN 1. Bila ada trauma di badan siliar (limbus) dan mata tak bisa diharapkan melihat lagi, maka lakukan enukleasi bulbi sebelum lewat 14 hari post trauma okuli 2. Bila ada trauma tembus di area badan silier, mata langsung berikan kortikosteroid sistemik
PENGOBATAN 1. Kortikosteroid lokal & sitemik 2. Atropin tm 3. Sitostatika : cyclosporin Tanpa terapi, penyakit akan berkembang pelan tapi pasti dan berakhir dengan kebutaan bilateral total setelah beberapa bulan atau tahun.
- Slides: 75