Disparitas Pembangunan Antar Daerah 1 Disparitas Pembangunan Antar
Disparitas Pembangunan Antar Daerah 1
Disparitas Pembangunan Antar Daerah n Indikator: n PDRB dan PDRB perkapita n Variasi Konsumsi Rumah Tangga perkapita n Human Development Index n Kontribusi sektoral Terhadap PDRB n Struktur Fiskal n Tingkat kemiskinan 2
Faktor Penyebab Ketimpangan ( Tulus Tambunan ) n n n Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah Alokasi Investasi Tingkat Mobilitas Faktor Produksi yang Rendah antar Daerah Perbedaan Sumber daya Alam Perbedaan Kondisi demografis antar wilayah Kurang Lancarnya perdagangan antar propinsi 3
Faktor Penyebab Ketimpangan (Williamson) n n Migrasi kapital antar daerah, proses aglomerasi pada daerah yang relatif kaya Pembangunan sarana publik pada daerah yang lebih padat Kurangnya keterkaitan antar daerah Migrasi tenaga kerja antar daerah bersifat selektif 4
Di Indonesia, ketimpangan muncul disebabkan oleh mekanisme pasar yang berupa: n Input, Output, Kapital, Tenaga kerja dengan ketrampilan yang tinggi, yang terdistorsi oleh kebijakan ekonomi pemerintah pusat ke daerah. Akibat distorsi tersebut, menyebabkan terjadinya perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar daerah. 5
n Perencanaan pembangunan yang cenderung bersifat sentralistik selama ini, juga dituding sebagai penyebab kesenjangan pembangunan ekonomi secara regional. 6
n Program yang dikembangkan utk menjembatani ketimpangan antar daerah selama ini ternyata blm berjalan baik. Alokasi perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam penganggaran pembangunan masih mengalami berbagai kendala. 7
Studi Tentang Kesenjangan di Indonesia n n Haeruman (1996) mengemukakan bahwa laju pembangunan antar daerah di Indonesia menyebabkan terjadinya kesenjangan antar daerah, terutama antara Jawa dengan luar Jawa, antara KBI dan KTI serta antara daerah perkotaan daerah pedesaan. Ukuran yang digunakan untuk menghitung kesenjangan kesejahteraan ekonomi antar wilayah adalah Gross Regional Domestic Product (GRDP) perkapita. 8
n n Kuznets mempelopori analisis pola–pola pertumbuhan historis di negara-negara maju. Ditemukan bahwa pada tahap-tahap pertumbuhan awal, distribusi pendapatan cenderung memburuk, namun pada tahap berikutnya kecenderungannya akan membaik. Observasi inilah yang kemudian dikenal sebagai hipotesis kurva Kuznets U terbalik. Konsep tersebut memperoleh namanya dari bentuk rangkaian perubahan longitudinal (antar waktu) atas distribusi pendapatan (yang diukur berdasar koefisien Gini) sejalan dengan pertumbuhan GNP perkapita. 9
n Kawamura dan Akita (2000), melakukan studi tentang kesenjangan pendapatan regional dengan membandingkan Cina dan Indonesia. Dengan menggunakan indeks Entropy Theil, hasil studi menunjukkan bahwa di Cina, kesenjangan meningkat dari sebesar 0, 230 pada tahun 1995 menjadi 0, 235 pada tahun 1997, dan kemudian terjadi peningkatan lagi pada tahun 1998 menjadi 0, 249. 10
n Sedangkan untuk Indonesia, penelitian dilakukan dengan dua periode yaitu tahun 1993 -1997 (sebelum krisis) dan tahun 1997 -1998 (selama krisis). Hasil studinya menunjukkan bahwa sebelum krisis ekonomi kesenjangan di Indonesia secara signifikan meningkat dari 0, 262 pada tahun 1993 menjadi 0, 287 pada tahun 1997. Sedangkan selama krisis terjadi penurunan kesenjangan menjadi 0, 266 pada tahun 1998. 11
n n n Kuncoro (2002), dengan menggunakan indeks Entropy Theil melakukan penelitian tentang konsentrasi spasial industri manufaktur besar dan sedang di Indonesia untuk kurun waktu 1976 -1995. Hasil penelitian menunjukkan pola konsentrasi spasial industri berbentuk U, yaitu sampai dengan tahun 1984 konsentrasi cenderung menurun, namun pola sebaliknya terjadi mulai tahun 1983 -1987. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan deregulasi dan liberalisasi yang diterapkan di Indonesia sejak tahun 1983 mendorong kecenderungan konsentrasi geografis di Indonesia. 12
n n n Studi yang dilakukan oleh Kuncoro (2002) tentang dinamika spasial industri manufaktur di Indonesia dengan tahun pengamatan 1976 -1999, menunjukkan bahwa terjadi aglomerasi industri terutama IBS dikota-kota besar di Pulau Jawa. Studi ini menegaskan bahwa aglomerasi industri besar dan sedang sangat berhubungan dengan konsentrasi perkotaan di Jawa. Aglomerasi industri manufaktur dan populasi yang besar telah berkembang di Jabotabek dan Greater Bandung bagian Barat dan Greater Surabaya di bagian Timur pulau Jawa. 13
- Slides: 13