Disampaikan Oleh Rusmilawati Windari SH MH KESALAHAN CULPABILITY

Disampaikan Oleh Rusmilawati Windari, SH. , MH KESALAHAN (CULPABILITY)

What Do U Know About CULPABILITY PRINCIPLE? . . .

Posisi ASAS KESALAHAN dalam Sistem Pemidanaan PIDANA = Tindak Pidana + Kesalahan (PJP) TUJUAN PIDANA + DAAD DADER (Unsur Objektif) (Unsur Subjektif) Asas LEGALITAS Asas CULPABILITAS (Kemasyarakatan) (Kemanusiaan) 27/02/2021 3

Ingat TRIAS Dalam Hukum Pidana!! Menurut SAUER: Pidana Perbuatan Melawan Hukum Kesalahan 27/02/2021 4

Idema: Kesalahan adalah jantung dalam hukum pidana 27/02/2021 5

REMEMBER THIS GENERAl PRINCIPLE: TIADA PIDANA TANPA KESALAHAN Or: Nulla Poena Sine Culpa Or: Geen Straf Zonder Schuld Or: Keine Straf Ohne Schuld 27/02/2021 6

Ps. 6 (2) UU 4/ 2004: Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana kecuali apabila pengadilan, karena alat pembuktian yang sah menurut undang mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dianggap bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya. 27/02/2021 7

Kesalahan dalam arti Luas: Sebagai pertanggungjawaban pidana: terkandung makna dapat dicelanya si pembuat atas perbuatannya; Bentuk Kesalahan (Schuldvorm), yakni: Ø Kesengajaan (dolus, Opzet, intent) Ø Kealpaan (culpa, negligence) 27/02/2021 8

Kesalahan Dalam Arti Sempit: CULPA/KEALPAAN 27/02/2021 9

Makna kesalahan vos Roeslan Saleh Kemampuan bertanggung jawab; Adanya perbuatan pidana; bentuk kesalah berwujud kesengajaan dan kealpaan; Alasan-alasan penghapus kesalahan; Adanya kemampuan bertanggung jawab; Dilakukan dengan sengaja atau alpa; Tidak adanya alasan penghapus pidana.

Kesengajaan (dolus, opzet, vorsatz atau intention) Memorie van Toechlichting (Mv. T): kesengajaan diartikan yaitu melakukan perbuatan yang dilarang, dengan dikehendaki dan diketahui. Moeljatno: kesengajaan merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan dengan menentang larangan.

Dalam ilmu hukum pidana, ada 2 (dua) teori mengenai kesengajaan, yaitu: Teori kehendak (wilstheorie) Teori ini merupakan teori yang dianut oleh von hippel, simons dan zevenbergen. Menurut teori inti kesengajaan adalah adanya kehendak untuk mewujudkan suatu perbuatan seperti yang telah dirumuskan dalam undang-undang (wet). Teori pengetahuan atau membayangkan (voorstellingstheori) Teori ini dianut oleh Frank dan van Hamel. Fokus teori ini adalah pada pengetahuan atau bayangan pelaku mengenai apa yang akan terjadi pada waktu ia berbuat.

Secara teoritis kesengajaan ini dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk atau dolus directus). Jenis kesengajaan yang pertama ini merupakan jenis yang umum dan sederhana. Di sini, pelaku memang menghendaki timbulnya akibat yang dilarang; Kesengajaan dengan sadar kepastian (opzet met zekerheidsbewustzijn). Sudarto berpendapat dalam bukunya yang berjudul “Hukum Pidana I”, bahwa kesengajaan dalam jenis ini mengandung 2 (dua) akibat, yaitu: Akibat yang memang diinginkan (dituju) pelaku, dan akibat tidak diinginkan pelaku namun merupakan akibat lanjutan yang pasti terjadi jika akibat pertama terjadi; Kesengajaan dengan sadar kemungkinan (voorwaardelijk opzet atau dolus eventualis). Yakni, terjadinya akibat lain yang sebelumnya diperkirakan mungkin terjadi.

Kealpaan (culpa, onachtzaamheid, nalatigheid, Fahrlassigkeit atau negligence). Moeljatno mengatakan bahwa kealpaan merupakan kekurang perhatian pelaku terhadap objek dengan tidak disadari bahwa akibatnya merupakan keadaan yang dilarang. Antara kesengajaan dengan kealpaan sebenarnya hanya berbeda gradasi saja.

Syarat atau jenis kealpaan Menurut van Hamel, kealpaan mengandung 2 (dua) syarat, yakni: Tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana yang diharuskan oleh hukum; Tidak mengadakan penghati-hati sebagaimana yang diharuskan oleh hukum. Sedangkan, menurut Pompe ada 3 (tiga) jenis kealpaan, yaitu: Dapat mengirakan (kunnen verwachten) timbulnya akibat; Mengetahui adanya kemungkinan (kennen der mogelijkheid); Dapat mengetahui adanya kemungkinan ( kunnen kennen van der mogelijkheid).

2 (dua) jenis kealpaan ditinjau dari kesadaran si pelaku, yakni sebagai berikut: Kealpaan yang disadari (bewuste schuld); Artinya, pelaku sebelumnya menyadari tentang apa yang dilakukannya beserta akibatnya, namun ia percaya dan mengharapkan bahwa akibatnya tersebut tidak akan terjadi. Penulis berpendapat bahwa dalam hal ini pelaku bertaruh pada dirinya sendiri bahwa akibat yang diketahuinya tersebut tidak akan terjadi, sehingga mengambil segala resiko. Kealpaan yang tidak disadari (onbewuste schuld) Artinya, pelaku tidak menyadari apa yang dilakukannya berikut dengan akibatnya, namun seharusnya ia dapat menduga sebelumnya.

Martiman Prodjohamidjojo, pertanggungjawaban pidana dapat ditinjau dalam 2 (dua) arti, yakni: Pertanggungjawaban pidana dalam arti luas (schuld in ruime zin), yang terdiri dari 3 (tiga) unsur: Kemampuan bertanggung jawab orang yang melakukan perbuatan (toerekenings vatbaarheid); Hubungan batin (sikap psikis) orang yang melakukan perbuatan dengan perbuatannya, baik sengaja ataupun culpa; Tidak adanya alasan yang menghapuskan pertanggungjawaban pidana pembuat (anasir toerekenbaarheid) Pertanggungjawaban pidana dalam arti sempit (schuld in enge zin) yang terdiri atas 2 (dua) unsur: �Sengaja (dolus) �Alpa (culpa)

Kemampuan bertanggung jawab (toerekeningsvatbaarheid) Van Hamel adalah suatu keadaan normal dan kematangan psikis seseorang yang membawa 3 (tiga) macam kemampuan untuk: �Memahami arti dan akibat perbuatannya sendiri; �Menyadari bahwa perbuatan itu tidak dibenarkan atau dilarang oleh masyarakat; �Menentukan kemampuan/kecakapan terhadap perbuatan tersebut.

Simons bahwa seseorang dikatakan bertanggung jawab apabila: Ia mampu untuk mengetahui atau menyadari bahwa perbuatannya tersebut bertentangan dengan hukum Ia dapat menetukan kehendaknya sesuai dengan kesadaran tersebut.

Satochid Kartanegara, bahwa seseorang dapat dipertanggungjawabkan, jika: Keadaan jiwa orang itu sedemikian, sehingga ia dapat mengerti atau tahu akan nilai dari perbuatannya itu, juga akan mengerti akan akibatnya. Keadaaan jiwa orang itua adalah sedemikian rupa, sehingga ia dapat menentukan kehendaknya atas perbuatan yang dilakukan; Orang itu harus sadar, insyaf, bahwa perbuatan yang dilakukan adalah perbuatan yang terlarang atau tidak dibenarkan dari sudut hukum masyarakat maupun tata susila.

Bangkalan, 25 Maret 2010
- Slides: 21