Disampaikan dalam Seminar Nasional Outlook Industri 2018 Pemanfaatan

  • Slides: 17
Download presentation
Disampaikan dalam Seminar Nasional Outlook Industri 2018 “Pemanfaatan Global Value Chain (GVC) oleh Industri

Disampaikan dalam Seminar Nasional Outlook Industri 2018 “Pemanfaatan Global Value Chain (GVC) oleh Industri Nasional” Disampaikan Oleh: ROSAN P ROESLANI Ketua Umum Kadin Indonesia Jakarta, 11 Desember 2017

Global Value Chain (GVC) Hari Ini • Semakin terkoneksinya ekonomi global membuat produk yang

Global Value Chain (GVC) Hari Ini • Semakin terkoneksinya ekonomi global membuat produk yang 100 persen diproduksi secara domestik mengalami penurunan • Di saat yang bersamaan, barang yang diproduksi dalam skema GVC terus mengalami peningkatan Sumber: World Bank (2017)

Negara-Negara Asia Mulai Ekspor Barang Setengah Jadi Sumber: World Bank (2017)

Negara-Negara Asia Mulai Ekspor Barang Setengah Jadi Sumber: World Bank (2017)

Dampak Keterlibatan pada GVC bagi Pertumbuhan GDP per Kapita Rata-Rata Pertumbuhan GDP per Kapita

Dampak Keterlibatan pada GVC bagi Pertumbuhan GDP per Kapita Rata-Rata Pertumbuhan GDP per Kapita (Persen) 3. 5 3. 3 3 2. 5 2. 1 2 1. 5 1. 2 1 0. 7 0. 5 0 1 st Quantile 2 nd Quantile 3 rd Quantile 4 th Quantile Sumber: Kowalski, P. et al. (2015) Catatan: 1 st quantile adalah kelompok negara dengan keterlibatan GVC tertinggi sedangkan 4 th quantile adalah kelompok negara terendah

Terbentuknya GVC didorong oleh sejumlah faktor Kemajuan Teknologi dan Informasi Biaya Transportasi yang Semakin

Terbentuknya GVC didorong oleh sejumlah faktor Kemajuan Teknologi dan Informasi Biaya Transportasi yang Semakin Murah Kebijakan Perdagangan yang Lebih Terbuka Pertumbuhan Ekonomi di Sejumlah Negara Global Value Chain

Contoh Global Value Chain komponen industri mobil Sumber gambar: Jetro; 2012 Salah satu contoh

Contoh Global Value Chain komponen industri mobil Sumber gambar: Jetro; 2012 Salah satu contoh GVC adalah sistem produksi kendaraan bermotor di Asia yang telah melibatkan proses produksi dan distribusi satu jenis kendaraan di beberapa negara di kawasan ini dimana komponen dari kendaraan bermotor diproduksi di berbagai negara sedangkan perakitan dilakukan di negara lain di Asia.

Posisi Indonesia dalam Global Value Chain Partisipasi Indonesia dalam GVC masih tergolong rendah dibandingkan

Posisi Indonesia dalam Global Value Chain Partisipasi Indonesia dalam GVC masih tergolong rendah dibandingkan ekonomi negara berkembang maupun yang sudah maju, yakni hanya sekitar 43. 5%. Partisipasi Indonesia didominasi oleh forward participation sebesar 31. 5% dan Backward Participation sebesar 12% (Backward Participation / nilai tambah ekspor Indonesia tersebut relatif kecil dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand) Rendahnya tingkat partisipasi Indonesia dalam GVC disebabkan karena: • • 70. 0 Indonesia masih berproduksi pada intermediate goods yang nantinya akan kembali dibeli setelah menjadi barang jadi. Indonesia masih bergantung pada ekspor hasil agrikultur dan tambang yang mana tidak memberikan value added cukup besar bagi Indonesia. 60. 4 60. 0 50. 0 40. 0 54. 3 43. 5 12. 0 13. 7 10. 0 39. 0 19. 8 Sumber: WTO, 2017 48. 6 48 25. 5 23. 8 23. 1 24. 2 43. 1 24. 0 32. 1 19. 1 15. 6 India China 38. 1 31. 5 Indonesia 47. 7 40. 6 30. 0 20. 0 51. 8 Malaysia 15. 4 Thailand Forward Participation Rusia Backward Participation Negara Berkembang Negara Maju Indeks Partisipasi

Nilai Tambah Luar Negeri Dalam Ekspor Indonesia (12%) Nilai tambah luar negeri dalam ekspor

Nilai Tambah Luar Negeri Dalam Ekspor Indonesia (12%) Nilai tambah luar negeri dalam ekspor Indonesia sebesar 12%, tertinggal jauh dari negara tetangga kita seperti Singapura ( 41, 7%), Thailand (39%) dan Malaysia (40, 6%). TANTANGAN Bagi Indonesia Karena Nilai tambah luar negeri sangat dibutuhkan dalam memanfaatkan GVC untuk mengatasi dampak pertukaran mata uang dalam perdagangan

Hambatan Keterlibatan industri dalam jaringan produksi global Rendahnya kualitas infrastruktur publik yang menyebabkan tingginya

Hambatan Keterlibatan industri dalam jaringan produksi global Rendahnya kualitas infrastruktur publik yang menyebabkan tingginya biaya produksi dan logistic cost Pada tahun 2016, indeks infrastruktur Indonesia (2. 65) lebih rendah dibandingkan Malaysia (3. 45), Cina (3. 75), Thailand (3. 17) dan Vietnam (2. 70)** Birokrasi pengajuan izin melakukan usaha yang rumit Pada tahun 2016, indeks kemudahan mendirikan usaha Indonesia (76. 43) lebih rendah dibandingkan Malaysia (83. 67), Cina (81. 02), Thailand (87. 01) dan Vietnam (81. 76)** Indonesia tidak fokus terhadap industri yang forward dan backward lingkages Indonesia harus lebih fokus terhadap industri yang forward dan backward lingkagesnya sudah tertata agar sumber daya tidak terbuang untuk membuat lingkage baru, Indonesia memiliki peluang besar bidang perlengkapan elektronik, menufaktur kendaraan, dan agrikultur. Tingkat suku bunga yang tinggi yang menyebabkan ketidakmampuan industri terutama industri kecil dan menengah (IKM) dalam mengakses pembiayaan Pada tahun 2016, rata- rata suku bunga pinjaman Indonesia mencapai 11. 8%, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata suku bunga pinjaman Malaysia (4. 5%), Thailand (6. 3%), Vietnam (7. 0%) dan Cina (4. 4%)* Sulitnya produk-produk dalam negeri dalam memenuhi standar produk pasar internasional, terutama produk UMKM dan IKM Minimnya informasi terkait standar-standar khusus yang harus dipenuhi industri dalam negeri untuk melakukan ekspor di setiap negara berbeda *Sumber: CEIC **Sumber: World Bank

Faktor 1: Sumber Daya Manusia Labour by Educational Background 50% Year 2017 43% 45%

Faktor 1: Sumber Daya Manusia Labour by Educational Background 50% Year 2017 43% 45% 40% 35% 30% 25% 18% 20% Indonesia Malaysia Thailand Vietnam Philippine Human Capital Index 65 33 40 64 50 Capacity 64 32 77 85 19 Deployment 82 70 7 6 87 Development 53 41 66 67 60 Know-how 80 28 51 120 60 17% 15% 10% 9% 10% 3% 5% Source: World Economic Forum (2017) s ita rs ni ve lo ip D U m a/ I/I I/ III K SM A SM P SM k e b aw ah 0% SD Human Capital Index (Rank) Note: 1. Capacity: Level of formal education of younger and older generations as a result of past education investment 2. Deployment: Skills application and accumulation among the adult population 3. Development: Formal education of the next-generation workforce and continued up skilling and reskilling of the current workforce 4. Know-how: Breadth and depth of specialized skills use at work

Faktor 2: Logistic Performance Rasio Biaya Logistik terhadap PDB Indonesia dan Negara-Negara Lainnya 30

Faktor 2: Logistic Performance Rasio Biaya Logistik terhadap PDB Indonesia dan Negara-Negara Lainnya 30 25 25 20 20 15 10 27 10 13 11 8 • Kualitas infrastruktur yang buruk membuat ekonomi menjadi mahal • Berdasarkan data dari Bank Dunia, rasio biaya logistik terhadap PDB Indonesia mencapai 27 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan negara lainnya • Hal ini justru membuat logistik menjadi beban bagi perekonomian 5 al ay si Th a ai la nd Vi et na m In do ne si a M pu r a g Si ng a pa n Je AS 0

Ease of Doing Bussiness Indonesia membaik, tapi masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain Tahun Indonesia

Ease of Doing Bussiness Indonesia membaik, tapi masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain Tahun Indonesia Malaysia Thailand Vietnam Total Negara 2011 126 23 16 90 182 2012 129 18 17 89 183 2013 128 12 18 99 185 2014 120 6 18 99 189 2015 114 18 26 78 189 2016 106 22 46 91 189 2016 (rev) 91 23 46 82 190 2017 72 24 26 68 190 Source : Doing Business Report 2011 - 2018

Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan Kebutuhan Tahap Pertama: Masuk ke GVC Tahap Kedua: Memperluas dan Memperkuat

Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan Kebutuhan Tahap Pertama: Masuk ke GVC Tahap Kedua: Memperluas dan Memperkuat GVC Tahap Ketiga: GVC untuk Pembangunan Berkelanjutan Sumber: World Bank (2015) • Kebijakan yang perlu dikeluarkan oleh Indonesia bergantung dari target dan tujuan • Secara umum, terdapat tiga tahap posisi dalam GVC dalam kaitannya dengan rekomendasi kebijakan • Pertama adalah target untuk masuk ke GVC, lalu untuk dapat memperkuat dan memperluas cakupan GVC, dan yang terakhir adalah memastikan GVC dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi Indonesia secara berkelanjutan

Tahap Pertama: Untuk Masuk ke GVC Agar Indonesia bisa masuk ke GVC, maka setidaknya

Tahap Pertama: Untuk Masuk ke GVC Agar Indonesia bisa masuk ke GVC, maka setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dibenahi: • Menurunkan dwelling time di pelabuhan • Meningkatkan konektivitas domestik dengan menurunkan biaya logistik • Meningkatkan daya saing dalam negeri baik daya saing biaya maupun daya saing kapasitas, khususnya: akses pembiayaan yang murah • Meningkatkan iklim investasi untuk menarik PMA masuk ke Indonesia

Tahap Kedua: Memperkuat dan Memperluas GVC Dalam rangka memperkuat dan memperluas keterlibatan Indonesia dalam

Tahap Kedua: Memperkuat dan Memperluas GVC Dalam rangka memperkuat dan memperluas keterlibatan Indonesia dalam GVC, setidaknya terdapat empat hal yang perlu mendapatkan perhatian: • Meningkatkan Inovasi dan Kualitas SDM Dalam Negeri • Meningkatkan Standar Kualitas Produksi Sehingga Sesuai dengan Standar Internasional • Meningkatkan Kapasitas Untuk Menyerap Spillovers dari Keterlibatan dalam GVC • Meningkatkan Hubungan Antara Perusahaan Lokal dan Internasional

Tahap Ketiga: Memastikan GVC dapat Mendorong Pembangunan Berkelanjutan Keberadaan GVC juga harus dapat memberikan

Tahap Ketiga: Memastikan GVC dapat Mendorong Pembangunan Berkelanjutan Keberadaan GVC juga harus dapat memberikan dampak positif bagi pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development). Oleh itu diperlukansd sejumlah kebijakan: • Meningkatkan Kualitas Kehidupan Tenaga Keja Melalui Pasar Tenaga Kerja yang Lebih Sehat • Menerapkan Standar Tenaga Kerja yang Sudah Menjadi Praktik Terbaik di Sejumlah Negara • Menerapkan Standar Pengelolaan Bisnis yang Berkelanjutan pada Perusahaan Lokal

TERIMA KASIH KADIN INDONESIA Menara Kadin Indonesia Lt. 29 Jln. H. R. Rasuna Said

TERIMA KASIH KADIN INDONESIA Menara Kadin Indonesia Lt. 29 Jln. H. R. Rasuna Said X-5 kav. 2 -3 Jakarta www. kadin-indonesia. or. id