dirman mpd morfologi 1 dirman mpd morfologi 2

  • Slides: 61
Download presentation
dirman, mpd morfologi 1

dirman, mpd morfologi 1

dirman, mpd morfologi 2

dirman, mpd morfologi 2

dirman, mpd morfologi 3

dirman, mpd morfologi 3

dirman, mpd morfologi 4

dirman, mpd morfologi 4

MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA OLEH DIRMAN, M. Pd dirman, mpd morfologi 5

MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA OLEH DIRMAN, M. Pd dirman, mpd morfologi 5

Apakah Morfologi itu? l Morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata serta

Apakah Morfologi itu? l Morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik (Ramlan, 1987: 21). dirman, mpd morfologi 6

lanjutan l Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasinya; bagian dari struktur

lanjutan l Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasinya; bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata yakni morfem (Kridalaksana, 1993: 51). l Morfologi adalah bagian dari tatabahasa yang membicarakan bentuk kata (Keraf, 1984: 51). dirman, mpd morfologi 7

l Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapatlah dinyatakan bahwa morfologi adalah bidang linguistik, ilmu bahasa,

l Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapatlah dinyatakan bahwa morfologi adalah bidang linguistik, ilmu bahasa, atau bagian dari tatabahasa yang mempelajari morfem dan kata beserta fungsi perubahan-perubahan gramatikal dan semantiknya. dirman, mpd morfologi 8

BAGAIMANAKAH RUANG LINGKUP MORFOLOGI l Ruang Lingkup Morfologi morfem alomorf dirman, mpd morfologi 9

BAGAIMANAKAH RUANG LINGKUP MORFOLOGI l Ruang Lingkup Morfologi morfem alomorf dirman, mpd morfologi 9

Morfem l Pengertian Morfem l Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna (Chaer,

Morfem l Pengertian Morfem l Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna (Chaer, 1994: 146). l Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil; misalnya (ter-), (di-), (pensil), dan sebagainya adalah morfem (Kridalaksana, 1993: 141). dirman, mpd morfologi 10

lanjutan l Morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata dan yang dapat

lanjutan l Morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata dan yang dapat dibedakan artinya (Keraf, 1984: 52). dirman, mpd morfologi 11

simpulan l Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapatlah disimpulkan bahwa morfem tidak lain adalah satuan

simpulan l Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapatlah disimpulkan bahwa morfem tidak lain adalah satuan bahasa atau gramatik terkecil yang bermakna, yang dapat berupa imbuhan atau pun kata. dirman, mpd morfologi 12

Penentuan Morfem l Menurut Ramlan (1985) morfem dapat ditentukan berdasarkan enam prinsip yaitu sebagai

Penentuan Morfem l Menurut Ramlan (1985) morfem dapat ditentukan berdasarkan enam prinsip yaitu sebagai berikut: l 1) Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologis dan arti (leksikal) atau makna gramatikal) yang sama merupakan satu morfem, misalnya, satuan lihat dalam dilihat, melihat, penglihatan. Dengan demikian lihat merupakan morfem. dirman, mpd morfologi 13

lanjutan l 2) Satuan-stauan yang mempunyai struktur fonologis berbeda merupakan satu morfem apabila satuan-satuan

lanjutan l 2) Satuan-stauan yang mempunyai struktur fonologis berbeda merupakan satu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti/makna yang sama, dan perbedaan satuan fonologisnya dapat dijelaskan secra fonologis. Sebagai contoh, mem-, men-, dan meng- dalam kata membawa, mendukung, menggali memiliki arti yang sama dan struktur fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologis. Yaitu, satuan-satuan itu muncul karena mengikuti konsonan /b/, /d/, dan /g/. dirman, mpd morfologi 14

lanjutan 3) Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologis berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara

lanjutan 3) Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologis berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologis, masih dapat dianggap satu morfem apabila mempunyai arti/makna yang sama dan mempunyai distribusi komplementer (dapat diterapkan secara silih berganti). Misalnya, bel- dalam kata belajar merupakan satu morfem dengan satuan ber- dalam berkebun atau be- dalam bekerja, sebab mempunyai makna yang sama dan dapat diterapkan dirman, mpd morfologi 15

l 4) Apabila dalam dereten struktur suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan, kekosongan itu

l 4) Apabila dalam dereten struktur suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan, kekosongan itu merupakan morfem. Sebagai contoh, dalam kalimat Dia makan kacang, kata makan dipakai tanpa menggunakan me-. Morfem yang tidak ada dalam struktur disebut morfem zero. dirman, mpd morfologi 16

lanjutan l Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologis mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan

lanjutan l Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologis mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Dikatakan morfem yang sama jika maknanya berhubungan walaupun letaknya dalam kalimat tidak sama, misalnya kata duduk dalam kalimat Ia sedang duduk dan duduk orang itu sangat sopan. Dikatakan morfem berbeda apabila artinya berbeda, misalnya kata buku berarti ‘kitab’ dan buku berarti “sendi’ atau kata mulut dalam kalimat Mulut gua itu lebar dan Mulut orang itu lebar. dirman, mpd morfologi 17

lanjutan l 6) Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem, misalnya, di samping kata

lanjutan l 6) Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem, misalnya, di samping kata bersandar yang memiliki satuan berdan sandar terdapat kata sandaran yang memiliki satuan sandar dan –an. Oleh karena itu, ber-, sandar, dan –an merupakan morfem yang berbeda. dirman, mpd morfologi 18

simpulan morfem bebas terikat Sandar, mulut, gua, punya, dll dirman, mpd Ber-, di-, meng-,

simpulan morfem bebas terikat Sandar, mulut, gua, punya, dll dirman, mpd Ber-, di-, meng-, dll morfologi 19

Morf dan Alomorf l Morf adalah anggota morfem yang belum ditentukan distribusinya. Misalnya/i/ pada

Morf dan Alomorf l Morf adalah anggota morfem yang belum ditentukan distribusinya. Misalnya/i/ pada kata kenai adalah morf; morf adalah ujud kongkret atau ujud fonemis dari morfem, misalnya men- adalah ujud konkret dari me. N- yang bersifat abstrak (Kridalaksana, 1993: 141). dirman, mpd morfologi 20

lanjutan l Alomorf adalah anggota morfem yang telah ditentukan posisinya. Misalnya, /ber/, /be/, dan

lanjutan l Alomorf adalah anggota morfem yang telah ditentukan posisinya. Misalnya, /ber/, /be/, dan /bel/ adalah alomorf dari ber-, seperti pada kata bernyanyi, bekerja, dan belajar; me. N- mempunyai alomorf meng-, men-, mem-, meny-, dan menge-, seperti pada kata-kata mengajak, menulis, melukis, membawa, menyapa, dan mengecat. dirman, mpd morfologi 21

Klasifikasi Morfem Chaer (1994: 151) mengklasifikasikan morfem sebagai berikut ini. l a. Berdasarkan kebebasannya,

Klasifikasi Morfem Chaer (1994: 151) mengklasifikasikan morfem sebagai berikut ini. l a. Berdasarkan kebebasannya, dibedakan adanya: l Morfem bebas, yaitu morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam penuturan. Misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, bagus, adalah termasuk morfem bebas. l Morfem terikat, aitu morfem yang tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri dan yang selalu terikat dengan morfem lain untuk membentuk ujaran. Misalnya, bentuk juang, henti, gaul, dan semua bentuk afiks. l dirman, mpd morfologi 22

morfem Berdasarkan keutuhaannya, dibedakan adanya: l Morfem utuh, yaitu morfem yang merupakan satu kesatuan

morfem Berdasarkan keutuhaannya, dibedakan adanya: l Morfem utuh, yaitu morfem yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Misalnya, meja, kursi, rumah henti, juang, dan sebagainya. l Morfem terbagi, yaitu morfem yang merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi. Misalnya, pada kata satuan (satu) merupakan morfem utuh dan (ke-/-an) adalah morfem terbagi. Semua afiks dalam bahasa Indonesia termasuk morfem terbagi. l dirman, mpd morfologi 23

morfem Berdasarkan unsur pembentuknya, dibedakan adanya: l Morfem segmental, yaitu morfem yang dibentuk oleh

morfem Berdasarkan unsur pembentuknya, dibedakan adanya: l Morfem segmental, yaitu morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem (lihat), (lah) dan semua morfem yang berujud bunyi. l Morfem suprasegmental , yaitu morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya. Contohnya, seperti dalam bahasa Cina, Burma, dan Tha. l dirman, mpd morfologi 24

morfem Berdasarkan maknanya, dibedakan adanya: 1. Morfem bermakna leksikal, yaitu morfem-morfem yang secara inher

morfem Berdasarkan maknanya, dibedakan adanya: 1. Morfem bermakna leksikal, yaitu morfem-morfem yang secara inher telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berproses dengan morfem lain. Misalnya, morfem-morfem seperti (kuda), (pergi), (lari), dan sebagainya adalah morfem bermakna leksikal. Morfemmorfem seperti itu sudah dapat digunakan secara bebas dan mempunyai kedudukan yang otonom dalam pertuturan. 2. Morfem tak bermakna leksikal, yaitu morfem-morfem yang tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri sebelum bergabung dengan morfem lainnya dalam proses morfologis. Misalnya, morfem-morfem afiks (ber-), (me-), (ter-), dan sebagainya. 25 dirman, mpd morfologi l

Ujud Morfem Ujud morfem dapat berupa kata, akar, afiks, dan klitik. Berikut penjelasannya, Ujud

Ujud Morfem Ujud morfem dapat berupa kata, akar, afiks, dan klitik. Berikut penjelasannya, Ujud Morfem kata akar dirman, mpd klitik afiks morfologi 26

Ujud Morfem a. Kata, yaitu satuan bebas yang paling kecil; setiap satuan bebas adalah

Ujud Morfem a. Kata, yaitu satuan bebas yang paling kecil; setiap satuan bebas adalah kata. Contohnya adalah rumah, perumahan, sekolah, mahasiswa, dan sebagainya. l b. Akar, yaitu dasar dari segala kata, baik berbentuk bebas maupun terikat yang telah memiliki makna. Misalnya, bentuk bebas seperti buku, rumah, cantik, dan sebagainya; bentuk terikat seperti kendara, juang, temu, dan sebagainya. l dirman, mpd morfologi 27

Ujud morfem c. Afiks, yaitu bentuk terikat yang apabila ditempelkan pada bentuk lain akan

Ujud morfem c. Afiks, yaitu bentuk terikat yang apabila ditempelkan pada bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya. Afiks mencakup prefiks, supiks, dan konfiks. l d. Klitik, yaitu satuan yang secara gramatikal tidak mempunyai kebebasan, tetap mempunyai makna leksikal meskipun tidak memiliki ciri-ciri sebagai akar atau kata, Klitik mencakup proklitik dan enklitik. Misalnya, proklitik: kutulis, kubaca, kutanya, dan sebagainya; enklitik: tulisanku, bukumu, suratnya, dan sebgainya. l dirman, mpd morfologi 28

Pengertian Kata l Kata adalah kesatuan-kesatuan yang terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi

Pengertian Kata l Kata adalah kesatuan-kesatuan yang terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas bagian-bagiannya, dan yang mengandung suatu ide (Keraf, 1984: 53). dirman, mpd morfologi 29

Pengertian Kata l Kata adalah satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas;

Pengertian Kata l Kata adalah satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas; satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya: batu, rumah, datang, dan sebagainya), atau gabungan morfem (misalnya: pejuang, mengikuti, pancasila, mahakuasa, dan sebaghinya) (Kridalaksana, 1993: 98). dirman, mpd morfologi 30

l Kata ialah satuan gramatikal bebas yang terkecil. Kata bebas di sini dipakai dalam

l Kata ialah satuan gramatikal bebas yang terkecil. Kata bebas di sini dipakai dalam arti secara gramatikal, atau dengan kata lain dapat diisolasikan (Ramlan, 1991: 7). dirman, mpd morfologi 31

simpulan l Berdasarkan ketiga pendapat tersebut dapatlah ditegaskan di sini bahwa yang dimaksud dengan

simpulan l Berdasarkan ketiga pendapat tersebut dapatlah ditegaskan di sini bahwa yang dimaksud dengan kata tidak lain adalah satuan bahasa terkecil yang bermakna yang memiliki sifat bebas atau berdiri sendiri dalam pengunaan bahasa. Dalam bentuknya, kata dapat berupa morfem tunggal dan gabungan morfem. Setiap kata adalah morfem, tetapi setiap morfem belum tentu sebuah kata karena morfem dapat berupa morfem terikat seprti afiks. dirman, mpd morfologi 32

Klasifikasi kata menurut Gorys. Keraf Kata benda (nomina) l Kata tugas Kata kerja (verba)

Klasifikasi kata menurut Gorys. Keraf Kata benda (nomina) l Kata tugas Kata kerja (verba) dirman, mpd Kata sifat (adjektiva) morfologi 33

Klasifikasi Kata menurut Ramlan l l l l Ramlan (1991: 58) mengemukakan adanya dua

Klasifikasi Kata menurut Ramlan l l l l Ramlan (1991: 58) mengemukakan adanya dua belas golongan kata, yaitu sebagai berikut: 1) kata verbal 2) Kata nominal 3) Kata keterangan 4) Kata tambah 5) Kata bilangan 6) Kata penyukat 7) Kata sandang 8) Kata Tanya 9) Kata suruh 10) Kata penghubung 11) kata depan 12) Kata seruan dirman, mpd morfologi 34

Klasifikasi Kata menurut Kridalaksana (1991: 49) membagi kelas kata berikut: 1) Verba 2) Ajektiva

Klasifikasi Kata menurut Kridalaksana (1991: 49) membagi kelas kata berikut: 1) Verba 2) Ajektiva 3) nomina 4) Pronomina 5) Numeralia 6) Adverbia 7) Interogativa 8) Demonstrativa 9) Artikula 10) Preposisi 11) Konjungsi 12) kategori fatis dirman, mpd 13) Interjeksi morfologi 35

Pembahasan Klasifikasi Kata l a. Verba (Kata Kerja) Verba adalah kelas kata yang memiliki

Pembahasan Klasifikasi Kata l a. Verba (Kata Kerja) Verba adalah kelas kata yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut: l 1) Berfungsi utama sebagai predikat atau inti predikat. l contoh kalimat: Pencuri itu lari. dirman, mpd morfologi 36

verba Mengandung makna dasar perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas,

verba Mengandung makna dasar perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas, l contoh kalimat: Mereka sedang belajar di kamar. (bermakna perbuatan) Bom itu seharusnya tidak meledak. (bermakna proses) Dia suka makanan Indonesia (bermakna keadaan) l dirman, mpd morfologi 37

verba l Keraf (1984; 87) memberi batasan verba atau kata kerja, yaitu segala macam

verba l Keraf (1984; 87) memberi batasan verba atau kata kerja, yaitu segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat. Misalnya: l Ia berjalan dengan cepat. l Gadis itu menyanyi dengan nyaring. l Anak itu tidur dengan nyenyak. dirman, mpd morfologi 38

Nomina l b. Nomina (Kata Benda) l Nomina atau kata benda dapat dilihat dari

Nomina l b. Nomina (Kata Benda) l Nomina atau kata benda dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi semantis dan segi sintaktis. Dari segi semantis, nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, benda, binatang, dan konsep atau pengertian. Misalnya, guru, kucing, meja, kebangsaan, dan sebagainya. Sari segi sintaktisnya, nomina memiliki ciri-ciri sebagai berikut; dirman, mpd morfologi 39

l 1) Dalam kalimat yang berpredikat verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau

l 1) Dalam kalimat yang berpredikat verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap. l Kata pemerintah dan perkembangan Pemerintah akan memantapkan perkembangan (nomina) l Kata pekerjaan Ayah mencarikan saya pekerjaan ( nomina). dirman, mpd morfologi 40

Nomina l 2) Nomina tidak dapat dijadikan bentuk ingkar dengan tidak. l Kata pengingkarnya

Nomina l 2) Nomina tidak dapat dijadikan bentuk ingkar dengan tidak. l Kata pengingkarnya ialah bukan dan tidak pernah berkontras dengan tidak. l Contoh kalimat: Dia itu guru. harus dipakai kata bukan: Dia itu bukan guru. dirman, mpd morfologi 41

Nomina l 3) Nomina lazimnya dapat diikuti oleh adjektiva baik secara langsung maupun dengan

Nomina l 3) Nomina lazimnya dapat diikuti oleh adjektiva baik secara langsung maupun dengan perantaraan kata yang. Dengan demikian buku dan rumah adalah nomina karena dapat bergabung menjadi buku baru, rumah mewah atau buku yang baru atau rumah yang merah. dirman, mpd morfologi 42

l Keraf (1984: 86) memberi batasan kata benda atau nomina adalah segala macam kata

l Keraf (1984: 86) memberi batasan kata benda atau nomina adalah segala macam kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan yang + kata sifat. Misalnya: l Perumahan yang baru l Pelari yang cepat l Kehendak yang baik l Meja yang besar l Pohon yang tinggi dirman, mpd morfologi 43

demikian kata-kata perumahan, pelari, kehendak, meja, dan pohon adalah kata benda karena dapat diperluas/diterangkan

demikian kata-kata perumahan, pelari, kehendak, meja, dan pohon adalah kata benda karena dapat diperluas/diterangkan dengan yang + kata sifat. l Dengan dirman, mpd morfologi 44

Menurut Ramlan (1991: 60), l kata benda atau nomina adalah kata yang pada tataran

Menurut Ramlan (1991: 60), l kata benda atau nomina adalah kata yang pada tataran frase tidak dapat dinegatifkan dengan kata tidak, melainkan dengan kata bukan, dapat diikuti kata itu, dan dapat mengikuti kata di atau pada sebagai aksisnya. Misalnya, *tidak buku, bukan buku, buku itu, di buku, pada buku. dirman, mpd morfologi 45

Pronomina c. Pronomina l Jika ditinjau dari segi artinya, pronominal adalah kata yang dipakai

Pronomina c. Pronomina l Jika ditinjau dari segi artinya, pronominal adalah kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain. Nomina perawat diacu dengan pronominal dia. Bentuk-nya pada meja kakinya empat, mengacu ke kata meja. Jika dlihat dari segi fungsinya dapat dikatakan bahwa pronominal menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek, objek, dan dalam macam kalimat tertentu-juga predikat. l dirman, mpd morfologi 46

Pronomina l Ciri lain yang dimiliki pronominal ialah acuannya dapat berpindah-pindah karena bergantung pada

Pronomina l Ciri lain yang dimiliki pronominal ialah acuannya dapat berpindah-pindah karena bergantung pada siapa yang menjadi pembicara/penulis, yang menjadi pendengar/pembaca, atau siapa/apa yang dibicarakan. Ada tiga macam pronominal dalam bahasa Indonesia, yakni (1) pronomina persona, (2) pronominal penunjuk, dan (3) pronominal penanya. dirman, mpd morfologi 47

Pronomina l Ciri lain yang dimiliki pronominal ialah acuannya dapat berpindah-pindah karena bergantung pada

Pronomina l Ciri lain yang dimiliki pronominal ialah acuannya dapat berpindah-pindah karena bergantung pada siapa yang menjadi pembicara/penulis, yang menjadi pendengar/pembaca, atau siapa/apa yang dibicarakan. Ada tiga macam pronominal dalam bahasa Indonesia, yakni (1) pronomina persona, (2) pronominal penunjuk, dan (3) pronominal penanya. dirman, mpd morfologi 48

Pronomina l 2) Pronomina persona kedua, yang bermakna tunggal adalah engkau, kamu, anda, dikau,

Pronomina l 2) Pronomina persona kedua, yang bermakna tunggal adalah engkau, kamu, anda, dikau, kau-, -mu. Yang bermakna jamak adalah kalian, kamu (sekalian), anda (sekalian). dirman, mpd morfologi 49

Pronomina l 3) Pronomina persona ketiga, yang bermakna tunggal adalah ia, dia, beliau, -nya.

Pronomina l 3) Pronomina persona ketiga, yang bermakna tunggal adalah ia, dia, beliau, -nya. Yang bermakna jamak adalah mereka, -nya. dirman, mpd morfologi 50

Numeralia l d. Numeralia (Kata Bilangan) l Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang

Numeralia l d. Numeralia (Kata Bilangan) l Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Frase seperti lima hari, setelah abad, orang ketiga, dan beberapa masalah mengandung numeralia, yakni masing-masing lima, setengah, ketiga, dan berbagai. dirman, mpd morfologi 51

Numeralia l Pada dasarnya dalam bahasa Indonesia ada dua macam numeralia: (1) numeralia pokok

Numeralia l Pada dasarnya dalam bahasa Indonesia ada dua macam numeralia: (1) numeralia pokok yang memberi jawab atas pertanyaan “Berapa? ” dan (2) numeralia tingkat yang memberi jawab atas pertanyaan “Yang keberapa? ” dirman, mpd morfologi 52

1) Numeralia Pokok Numeralia pokok mencakup bagian-bagian sebagai berikut: l (1) Numeralia pokok tentu,

1) Numeralia Pokok Numeralia pokok mencakup bagian-bagian sebagai berikut: l (1) Numeralia pokok tentu, yaitu yang mengacu ke bilangan pokok: 0 – nol, 1 – satu, 2 – dua, 3 – tiga, 4 – empat, 5 – lima, 6 - enam, 7 – tujuh, 8 – delapan, 9 – sembilan. l (2) Numeralia pokok tentu klitika, yaitu yang umumnya brbentuk proklitika yang berasal dari bahasa Jawa Kuno: ekamatra, dwiwarna, triwulan, caturwulan, pancasila, saptamarga, dasalomba. l l dirman, mpd morfologi 53

Numeralia l (3) Numeralia pokok kolektif, yaitu yang dibentuk dengan prefiks ke- yang ditempatkan

Numeralia l (3) Numeralia pokok kolektif, yaitu yang dibentuk dengan prefiks ke- yang ditempatkan di muka nomina yang diterangkan. Misalnya: ketiga pemain – semua pemain dari nomor satu sampai ke nomor tiga, kedua gedung – baik gedung pertama maupun kedua, dan sebagainya. dirman, mpd morfologi 54

Numeralia (4) Numeralia distributif, yaitu yang dibentuk denga cara mengulang kata bilangan. Misalnya, satu

Numeralia (4) Numeralia distributif, yaitu yang dibentuk denga cara mengulang kata bilangan. Misalnya, satu – satu-satu, dua – dua-dua, dan sebagainya. l (5) Numeralia pokok taktentu, yaitu yang mengacu ke jumlah yang tidak tentu dan pada umumnya tidak dapat menjadi jawaban atas pertanyaan yang memakai kata tanya berapa. Misalnya, banyak, berbagai, eberapa, pelbagai, semua, seluruh, segala, dan segenap. l dirman, mpd morfologi 55

l 2) Numeralia Tingkat l Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat yang menyatakan

l 2) Numeralia Tingkat l Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat yang menyatakan tingkat. Cara mengubahnya adalah dengan menambahkan ke- di muka bilangan yang bersangkutan. Khusus untuk bilangan satu dipakai pula istilah pertama. Contoh: kesatu atau pertama, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. dirman, mpd morfologi 56

l 2) Numeralia Tingkat l Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat yang menyatakan

l 2) Numeralia Tingkat l Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat yang menyatakan tingkat. Cara mengubahnya adalah dengan menambahkan ke- di muka bilangan yang bersangkutan. Khusus untuk bilangan satu dipakai pula istilah pertama. Contoh: kesatu atau pertama, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. dirman, mpd morfologi 57

Adjektiva l e. Adjektiva l Adjektiva atau kata sifat adalah kata yang dipakai untuk

Adjektiva l e. Adjektiva l Adjektiva atau kata sifat adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, atau binatang dan mempunyai cirri sebagai berikut: dirman, mpd morfologi 58

Adjektiva 1) Adjektiva dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang, dan paling: lebih besar,

Adjektiva 1) Adjektiva dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang, dan paling: lebih besar, kurang baik, paling mahal. l 2) Adjektiva dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, amat, benar, sekali, dan terlalu: l sangat indah, amat tingi, pandai benar, murang sekali, terlalu murah. l 3) Adjektiva dapat diingkari dengan kata ingkar tidak; tidak bodoh, tidak salah, tidak benar. dirman, mpd morfologi 59

l 4) adjektiva dapat diulang dengan awalan sedan akhiran –nya: sebaik-baiknya, serendah- rendahnya, sejelek-jeleknya.

l 4) adjektiva dapat diulang dengan awalan sedan akhiran –nya: sebaik-baiknya, serendah- rendahnya, sejelek-jeleknya. l 5) Adjektiva pada kata tertentu dapat berakhir antara lain dengan –er, -(w) i, -iah, -if, -al, dan – ik: honorer, duniawi, ilmiah, negatif, formal, elektronik. l l f. Adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. dirman, mpd morfologi 60

TERIMA KASIH dirman, mpd morfologi 61

TERIMA KASIH dirman, mpd morfologi 61