DIKSI DAN GAYA BAHASA Chairunnisa BAHASA INDONESIA SEMESTER
DIKSI DAN GAYA BAHASA Chairunnisa BAHASA INDONESIA SEMESTER GASAL 2015/2016 STKIP KUSUMANEGARA 2015
DIKSI=PILIHAN KATA Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan ide atau gagasan. Pilihan kata merupakan unsur yang sangat penting, karena bahasa terjadi dari kata-kata. Kata-kata ini membentuk kelompok kata, kalimat, atau pun wacana berdasarkan kaidah bahasa yang bersangkutan. Diksi berkaitan dengan keserasian, kecermatan, dan ketepatan penggunaan pilihan kata. Setiap kata terdiri atas dua aspek, yaitu bentuk dan makna. Bentuk merupakan sesuatu yang dapat diindrai, dilihat, atau didengar. Makna merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan reaksi dalam pikiran kita karena rangsangan bentuk.
PENGGUNAAN KATA Kita harus memperhatikan pemakaian kata dan kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa yang kita gunakan untuk dapat menghasilkan penggunaan berbahasa yang baik, benar, dan cermat. Dalam penggunaan kata, yang terdiri atas bentuk dan makna, kita harus mempertimbangkan berbagai faktor di luar kebahasaan. Faktor tersebut sangat berpengaruh pada penggunaan kata karena kata merupakan tempat menampung ide atau gagasan. Berdasarkan hal tersebut, untuk menyatakan gagasan atau ide, kita memerlukan ketepatan kata yang mengandung gagasan atau ide yang kita sampaikan; kesesuaian kata dengan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca.
SYARAT-SYARAT KETEPATAN DIKSI Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan /penggunaan kata, yaitu : ü Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi ü Membedakan kata-kata yang hampir bersinonim dengan cermat (ahli dan pakar) ü Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya (intensif-insentif) ü Membedakan kata-kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing (biologi-biologis) ü Membedakan kata depan secara idiomatik (ingat akan bukan ingat terhadap) ü Membedakan kata umum dan kata khusus ü mengetahui perubahan makna yang terjadi pada kata-kata tertentu yang telah dikenal (hipotesa menjadi hipotesis) ü Perhatikan kelangsungan pilihan kata
ü Kata Yang Bermakna Denotatif dan Bermakna Konotatif q Makna denotatif adalah makna dalam wajar. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Contohnya : Kata makan, dalam makna denotatif berarti memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan. q Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Contohnya : Kata makan, dalam makna konotatif berarti untung atau pukul.
ü Kata Bersinonim Sinonim adalah dua kata lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Kita ambil contoh kata cerdas dan cerdik. Kedua kata ini bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar. Kata-kata lain yang bersinonim ialah : agung, besar, raya mati, mangkat, wafat, meninggal cahaya, sinar, terang penelitian, penyelidikan.
Kata Yang Berejaan Mirip Demi ketepatan kata, kita pun harus berhati -hati dalam menggunakan kata-kata yang berejaan mirip seperti : - bahwa, bawah - gaji, gajih - sangsi, sanksi
Kata dengan Ejaan yang Mirip Homonim contoh : buku, bisa, tanggal, Medan, hak. Homofon contoh : bang dengan bank masa dengan massa sangsi dengan sanksi Homograf contoh : teras, sedan, tahu, lemes
ü Kata Bermakna Umum dan Khusus Kata bermakna umum mencakup kata bermakna khusus. q Kata bermakna umum Contohnya : Ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes q Kata bermakna khusus Contohnya : gurame, lele, tawes, dan mas
KATA UMUM DAN KATA KHUSUS § Superordinat (Hipernim) Warna Biru Hijau Pink § Subordinat (Hiponim)
Kata yang Mengalami Perubahan Makna Generalisasi Bapak Saudara Spesialisasi Pendeta Sarjana Ameloratif Tunakarya Peyoratif Pengangguran Sinestesia : Wajah Sofi tampak asam karena cintanya ditolak Willy Asosiasi : Rijal menyikat habis makanan di kantin
KESESUAIAN PILIHAN KATA Ada hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan kesesuaian pilihan kata : q Dalam situasi resmi, kita gunakan kata-kata baku q Dalam situasi umum, kita gunakan kata-kata umum q Dalam situasi khusus, kita gunakan kata-kata khusus q Kata-kata yang bersifat ilmiah tidak harus berbahasa asing q Bahasa lisan berbeda dengan bahan tulisan q Hindari pemakaian kata-kata yang kurang efektif
Makna Kata Macam-macam Makna Kata 1. Makna leksikal dan makna gramatikal 2. Makna denotatif dan konotatif 3. Makna kontekstual
Makna leksikal dan makna gramatikal § Makna leksikal makna kata secara lepas tanpa kaitan dengan kata yang lainnya di dalam sebuah struktur Bahasa (rumah) § Makna gramatikal makna yang baru timbul akibat terjadinya proses gramatika (pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan), co: berumah, rumah makan.
Makna denotatif dan konotatif § Denotatif Putih “warna seperti warna salju” Makan hati “makan hati lembu atau ayam” § Konotatif Putih “polos” Makan hati “susah karena perbuatan orang lain”
Makna kontekstual § Makna kontekstual adalah makna yang ditentukan oleh konteks pemakaiannya. Contoh: Dia sedang belajar (sedang melakukan kegiatan) Kehidupan mereka sedang saja (berkecukupan) Dia mendapat nilai sedang (tidak terlalu bagus atau jelek)
Gaya Bahasa § Untuk mewujudkan dan menghidupkan karangan, penulis dapat menggunakan majas (figure of speech) atau gaya bahasa. § Majas mampu mengimbau indera pembaca karena sering kali lebih konkret daripada ungkapan harfiah.
Jenis-jenis Majas 1. 2. 3. Majas perbandingan Majas Pertentangan Majas Pertautan
Pemakaian idiom tidak terkena kaidah ekonomi Bahasa yang sering dianjurkan kepada penulis dan wartawan sehubungan dengan usaha penghematan kata dalam tulisan. Ekonomi Bahasa yang dapat menunjang diksi yang kuat lebih banyak berhubungan dengan kecermatan dan ketepatan dalam pemilihan dan pemakaian kata.
Ungkapan Atau Idiom Kata-kata yang dipakai secara kiasan yang disampaikan pada suatu kesempatan disebut idiom atau ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong dalam kata yang bermakna konotatif. Contoh : q keras kepala q panjang tangan q sakit hati q banting tulang
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. Menurut Parera (Ekosusilo, 1995: 63) kalimat dikatakan efektif apabila didukung oleh: a. kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis; b. keparalelan, untuk tujuan efektivitas tertentu; c. ketegasan dalam menonjolkan pikiran utama; d. kehematan dalam pilihan kata; e. Kecermatan f. Kepaduan g. kevariasian dalam penyusunan kalimat; 22 h. kelogisan.
a. Kesepadanan adalah kemaksimalan struktur bahasa untuk mendukung gagasan atau ide yang dikandung, untuk itu yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut. 1)Setiap kalimat mayor harus memiliki subjek dan predikat. contoh: Mereka membicarakan masalah batas studi. Kalimat di atas memiliki S, P, O, yaitu fungsi S diisi oleh kata mereka, fungsi P diisi oleh kata membicarakan, dan fungsi O diisi oleh frasa masalah batas studi. 23
2) Ide pokok harus terdapat dalam induk kalimat contoh: Ia meninggalkan kelas ketika kuliah sedang berlangsung. Ide pokok dari kalimat di atas adalah ia meninggalkan kelas. Apabila ide pokok yang dimaksud adalah kuliah sedang berlangsung maka kalimat di atas menjadi berikut ini. Kuliah sedang berlangsung, ketika ia meninggalkan kelas. 24
b. Keparalelan/kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Bila bentuk pertama menggunakan verba, maka bentuk kedua juga menggunakan verba. Jadi terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola, atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat. Contoh: Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha? (X) Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha? (√) Kakakmu sebagai dosen atau sebagai pengusaha? (√) 25
contoh: Penghapusan pangkalan asing dan penarikan kembali pasukan AS dari Filipina akan mempercepat perwujudan cita-cita segenap bangsa Filipina. atau Dihapuskannya pangkalan asing dan ditariknya kembali pasukan AS dari Filipina akan mempercepat terwujudnya cita-cita segenap bangsa Filipina. 26
c. Ketegasan dan Keutamaan Untuk mencapai ketegasan dan keutamaan dalam suatu tulisan, seorang penulis harus memperhatikan posisi bagian yang diutamakan. Hal itu dapat ditempuh dengan: 1) Meletakkan bagian yang penting pada awal kalimat, contoh: Masalah kenaikan harga itu dapat dibicarakan pada kesempatan yang lain. atau Pada kesempatan yang lain masalah kenaikan harga itu 27 dapat dibicarakan.
2) Mengulang gagasan yang penting, contoh: Untuk menambah iklim yang sejuk di negara kita maka perlu kesadaran moral, kesadaran politik, kesadaran agama, kesadaran bermasyarakat, dan kesadaran berbudaya. 3) Mempertentangkan gagasan yang satu dengan yang lain, contoh: Perusahaan menghendaki perbaikan secara menyeluruh bukan setengah-setengah. 28
4) Menekankan gagasan yang penting dengan partikel – lah contoh: Kitalah yang bertanggung jawab atas kejadian itu. 29
d. Kehematan Dalam menyusun tulisan ilmiah, diharapkan seorang penulis dapat berhemat dalam pemakaian kata, frasa, atau bentuk-bentuk bahasa yang lain. Kehematan ini menyangkut gramatikal dan makna kata.
Kehematan dapat ditempuh dengan cara 1) Menghindari pengulangan subjek kalimat contoh: Mereka naik pentas begitu mereka tiba. (ada pengulangan S) Mereka naik pentas begitu tiba. (tanpa pengulangan) 31
2) Menghindari kata hari, tanggal, bulan, dan tahun dalam hubungannya dengan nama hari, tanggal, bulan, dan tahun. contoh: Pemberontakan itu meletus pada tanggal 30 bulan September tahun 1965. Kalimat di atas diperbaiki sebagai berikut. Pemberontakan itu meletus pada 30 September 1965. 32
3) Menghindari pemakaian hipernim contoh: Pakaiannya berwarna merah menyala. Pakaiannya merah menyala. (hemat) 4)Menghindari pemakaian kata penghubung yang berlebihan contoh: Walaupun sakit, tetapi ia berangkat juga. Walaupun sakit, ia berangkat juga. 33
5) Menghindari pemakaian kata yang berlebihan (kata yang memiliki makna sama) contoh: Kita harus belajar dari Jepang agar supaya dapat maju dan berkembang. Kalimat di atas diperbaiki menjadi berikut ini. Kita harus belajar dari Jepang agar dapat maju dan berkembang. atau Kita harus belajar dari Jepang supaya dapat maju dan berkembang. 34
e. Kecermatan Cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan pengertian ganda dan tepat dalam pemilihan kata. Contoh: Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. Kalimat tersebut memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan tinggi.
f. Kepaduan/koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata, frasa, klausa, serta tanda baca yang membentuk S-P-O-Pel -Ket dalam kalimat. Contoh: Saya punya rumah baru saja diperbaiki. (X) Rumah saya baru saja diperbaiki. (√)
g. Kelogisan 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Kambing sangat senang bermain hujan. Ibu memakan rumput. Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. Tumpukan uang itu terdiri atas pecahan ribuan, ratusan, sepuluh ribuan, lima puluh ribuan, dua puluh ribuan. Kepada Bapak Rektor, waktu dan tempat kami persilakan. Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini tepat pada waktunya. Papah menabrak tiang kepalanya benjol segede bakpao.
h. Variasi Untuk membuat kalimat yang tidak monoton dan menjemukan, diperlukan adanya variasi. Kevariasian dapat ditempuh dengan berbagai cara berikut. 1)Variasi penggunaan kata contoh: Pembicaraan itu membicarakan kenakalan mahasiswa. (monoton) Pembicaraan itu membahas kenakalan mahasiswa. (variatif) 38
2) Variasi dalam pembukaan kalimat a) Frasa keterangan tempat atau keterangan waktu diletakkan di awal kalimat. contoh: Dari desa yang terpencil ia merantau ke Bandung. b) Penggunaan frasa verbal : contoh: Merombak kendaraan tua adalah kegemarannya. c) Penempatan klausa anak kalimat : contoh: Ketika ujian berlangsung, mahasiswa itu jatuh sakit. 39
Pembahasan materi selesai. Sekarang, mari kita berlatih!
Minggu yang akan datang § § Bentuk – bentuk kata Bentuk peristilahan Definisi dan jenis definisi Kata baku dan tidak baku
- Slides: 41