Di Bawah ini akan disebutkan sebagai contoh pembahasan
Di Bawah ini akan disebutkan sebagai contoh pembahasan masail fiqih dengan menggunakan pendekatan metode Qauli tentang satu masalah fiqhiyah
Mengucapkan Salam Kepada Non Muslim Dalam pergaulan kemasyarakatan yang bersifat terbuka dan plural sering kita jumpai seorang muslim menjadi pejabat tertentu. Ketika menyampaikan sambutan selalu dimulai dengan mengucap salam “Assalamu’alaikum Wr Wb” Padahal audien banyak yang non muslim atau bahkan semuanya non muslim. Bagaimana hukum mengucapkan salam kepada mereka?
Pendapat para ulama’ • Sebagian ulama ada yang memposisikan harga diri tinggi di depan Non Muslim. beberapa dari mereka bersemangat untuk mengharamkan memberikan salam kepada Non Muslim. Terutama kalau memulai memberi salam. • Syeikh Ibnu Utsaimin ketika ditanyakan masalah ini, secara tegas menjawab haram dan tidak boleh. Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW: • Janganlah kalian memberi salam terlebih dahulu kepada yahudi dan nasrani. Kalau kalian bertemu mereka di jalanan, maka pepetlah mereka ke tempat yang sempit'. (Al-Hadits)
• Namun Syeikh Utsaimin mewajibkan umat Islam menjawab salam Non Muslim dengan jawaban yang setimpal. Allah SWT sudah berfirman: • Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. (QS. An-Nisa': 86) • Yang dimaksud dengan jawaban yang setimpal seperti ucapan: 'wa'alaikum', atau Wa’alaikum salam” yang artinya kira-kira: dan demikian juga dengan anda.
• sebagian ulama memandang bahwa penyampaian salam dikembalikan kepada niatnya. Kalau niatnya karena rasa rendah diri di depan Non Muslim, haram hukumnya. Tetapi kalau penghormatan yang tidak menunjukkan kerendahan umat Islam, tidak menjadi soal. • Dalilnya adalah salam yang dituliskan nabi Muhammad SAW ketika berkirim surat kepada raja-raja dunia yang non muslim. Surat-surat nabi itu dimulai dengan basmalah dan salam. Lengkapnya berbunyi: salamun 'alaa man ittaba'al-huda (salam kepada orang yang mengikuti petunjuk)
• Juga tidak mengapa bila berbasa-basi dengan non muslim yang tidak memusuhi umat islam dan mulai dengan menyapa mereka, asalkan dengan lafaz yang tidak mengandung rasa rendah diri sebagai muslim. • Terutama bila memang dirasa perlu. Seperti ucapan ahlan wa sahlan dan kaifa haluka. Ucapan ahlan wa sahlan kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi 'selamat datang'. Selamat yang dimaksud dalam idiom ini sama sekali berbeda makna dan esensinya dengan lafadz assalamu 'alaikum. (lihat kitab Al. Mausu’ah Al-Fiqqhiyah Al-Kuwaitiyah, jiid 25 halaman 168)
• Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Zaadul Ma'aad jilid 2 halaman 424 menuliskan bahwa sebagian ulama membolehkan untuk mendahului non muslim dalam memberi salam demi kemashlahatan yang kuat dan nyata dibutuhkan. Atau karena alasan takut dari ulah orang kafir itu. Atau karena adanya hubungan kekerabatan dengan mereka. Atau karena sebab-sebab lain yang seperti itu.
Analisis Penalaran • Pendapat yang melarang / haram mengucapkan salam/mendahului salam, berdasar hadits Nabi: yg dipahami secara tekstual ﺍ ﺍ ﺅﻮﺍ ﺍﻭ ﺍ ﺍﻟ ﺍﻯ ﺍﻟ ﺍ ﺍ ﻳ ﻱ ﻳ - ﻯ ﺍﻟ - ﻭ ﺍﻟ - ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ - • ﻱ ( )ﻡ. ﺍ ﻭ ﻯ • Menurut kaidah lughowiyah (penalaran bayani), di dlm hadits tersebut ada pernyataan “Fi’il Nahi” yang makna “jangan”. Larangan yg bersifat pencegahan. Yg menurut kaidah larangan itu menunjukkan “larangan yg mutlak”.
Sedangkan pendapat yg memperbolihkan Berdasar • Pertama, hadits larangan tersebut dipahami secara kontekstual (penalaran Ta’lili); “ada illat/alasan kuat yg mendorong hukum larangan, yaitu antara lain kebencian orang non muslim” -saat itu- kepada kaum muslimin (Nabi), dan ini dibuktikan timbulnya penghiyanatan Kaum Yahudi Khaibar yg merusak perjanjian yg telah disepakati bersama Nabi saw.
• Ke dua, terdapat perbuatan Nabi “berupa ungkapan Salam dalam surat yg dikirim Nabi kepada penguasa Non Muslim” • Ke tiga, adanya kemaslahatan yg nyata dalam tata pergaulan masyarakat, sehingga tercipta susana ke nyamanan dan persaudaraan yg bersifat insaniyah. Jadi ada “hajat” yang dibutuhkan demi menjaga harmonitas kemasyarakatan.
Dalam pembahasan ini Selanjutnya 1. Siapa saja bisa memilih pendapat yg tersedia. Maka mahsiswa dipersilahkan mengunggulkan pendapat yg dipilih dengan argumentasi yg sesuai kaidah penalaran 2. Pendapat /pilihan mahasiswa terhadap pendapat yg diunggulkan lengkap dengan alasan itulah yg diunggah di classroom sebagai pendapat pribadi mahasiswa ybs. Sebagai alternatif dalam diskusi mata kuliah.
- Slides: 11