Dalam hukum waris menurut Bergerlijk Wetboek dibedakan menjadi
Dalam hukum waris menurut Bergerlijk Wetboek, dibedakan menjadi 4 (empat) golongan ahli waris, yaitu :
Dalam hal ini, harta warisan dibagi dua (kloving), setengah bagian untuk keluarga sedarah dari garis ayah yaitu K, L dan M sehingga bagian dari K=L= M = ½ x 1/3 yaitu 1/6. Dan sisanya dibagi untuk keluarga sedarah dalam garis ibu, yaitu R dan S, dan mereka masing-masing menerima ½ x ½ = ¼ bagian.
Perlu untuk diingat bahwa ahli waris golongan III dan golongan IV dapat secara bersama-sama mewaris, asal mereka berlainan garis. P meninggal dunia. Ahli waris dari garis ayah adalah A dan B yang berasal dari orang tua golongan III (P), sedangkan R, S dan T dari garis ibu dan merupakan ahli waris turunan golongan IV. Pembagiannya adalah, mula-mula harta warisan kita bagi dua, selanjutnya setengah bagian untuk garis ayah, yang secara rata dibagi untuk A dan B, sehingga masing-masing menerima ¼ bagian, dan sisanya untuk yang berasal dari garis ibu yang secara rata dibagi untuk R, S dan T sehingga mereka masing-masing menerima ½ x 1/3 = 1/6 bagian.
Dalam hal ini, harta warisan dibagi dua (kloving), setengah bagian untuk keluarga sedarah dari garis ayah yaitu K, L dan M sehingga bagian dari K= L = M = ½ x 1/3 yaitu 1/6. Dan sisanya dibagi untuk keluarga sedarah dalam garis ibu, yaitu G dan H, dan mereka masing-masing menerima ½ x ½ = ¼ bagian. Perlu untuk diingat bahwa ahli waris golongan III dan golongan IV dapat secara bersama-sama mewaris, asal mereka berlainan garis.
Untuk menyelesaikan pembagian harta warisan, jika terdapat anak luar kawin, maka mula-mula bagian dari anak luar kawin diberikan terlebih dahulu, kemudian sisanya baru dibagi kepada ahli waris yang lainnya menurut ketentuan undang-undang. Untuk anak zinah (overspelige kinderen) dan anak sumbang, menurut pasal 867 BW tidak berhak atas harta waris kecuali hanyalah berhak atas nafkah (allimentatie).
GOL III Kakek +Nenek ( ke atas) Pasal 850 s. d 853 BW Pada gol. III terjadi kloving → ½ harta untuk keluarga ibu dan ½ untuk keluarga ayah, keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas → pasal 850 dan 853 KUHPerdata GOL IV Keluarga sedarah lainnya dalam garis menyamping sampai derajat ke-6 (pasal 858) → paman+bibi
Menurut pasal 848 BW dikatakan bahwa, “seorang anak mengganti kedudukan orang tua tadi, bahkan bolehlah terjadi seorang pengganti orang lain yang telah menolak menerima warisan”. C meninggal dunia pada tahun 1950 dengan meninggalkan D, namun D menyatakan menolak warisan dari C. Tahun 1960 A meninggal dunia, ahli warisnya B, dan D menggantikan C. Dengan demikian dapat kita lihat bahwa, walaupun D menolak warisan dari C, namun D masih dapat menerima warisan dari A karena kedudukan D menggantikan C.
A meninggal pada tahun 1965, C meninggal tahun 1963, maka ahli warisnya adalah : B saudara dari A Ca dan Cb menggantikan kedudukan C. Dari ketentuan pasal 844 BW tersebut perlu diingat tentang adanya pasal 861 BW yang menyatakan bahwa keluarga sedarah yang dengan si mati bertalian keluarga dalam garis menyimpang lebih dari derajad ke-6 tidak berhak mewaris.
A meninggal dunia, ia meninggalkan ahli waris dalam garis ke samping dalam derajad ke-6, yaitu B, C dan D, sedangkan D telah meninggal lebih dahulu daripada A dengan meninggalkan Da, Db dan Dc. Dalam penggantian tempat perlu untuk diperhatikan ketentuan dari pasal 858 BW, yang menyatakan bahwa bagi para keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas tidak ada penggantian tempat, karena keluarga terdekat dalam tiap-tiap garis mengesampingkan segala keluarga di dalam pertalian yang lebih jauh.
A meninggal dunia. B dan C menolak warisan. D, E, F, G menerima warisan karena diri (Uit eigen hoofde).
Surat wasiat olografis, oleh Burgerlijk Wetboek di atur dalam pasal 931 dan seterusnya. Dalam ketentuannya, surat wasiat ini seluruhnya harus ditulis dan ditanda tangani oleh si pewaris dan kemudian disimpan oleh Notaris, pada waktu menyimpan haruslah dihadiri oleh dua orang saksi. Sewaktu menyerahkan kepada Notaris tersebut, mungkin terjadi bahwa surat wasiat tersebut sudah dimasukkan dalam sampul dan disegel. Jika denikian maka pada sampul, si peninggal warisan dan saksi mencatat bahwa itu merupakan surat wasiatnya dan harus ditanda tanganinya. Oleh Notaris dibuatkan sebuah akta tersendiri dan ditandatangani oleh si peninggal warisan, saksi dan juga Notaris. Namun apabila surat wasiat tersebut diserahan kepada Notaris tidak dalam keadaan disegel/tidak ditutup yang berarti terbuka, maka akta penerimaan (akta van bewaargeving) tadi oleh Notaris ditulis pada surat wasiat itu sendiri di bawah tulisan si peninggal warisan. Kemudian akta tersebut ditanda tangani oleh Notaris saksi-saksi dan si peninggal warisan.
Sewaktu menyerahkan surat wasiat tersebut kepada Notaris mungkin pula si peninggal warisan tidak dapat mendatanginya sendiri, jika terjadi demikian maka oleh Notaris harus mencatat sebabnya hal ini menurut ketentuan pasal 932 ayat 2 BW. Kekuatan dari testamen olografis menurut pasal 933 BW adalah sama dengan testamen/surat wasiat tak rahasia dan pembuatannya dianggap pada tanggal sesuai dengan akta penerimaan Notaris, dengan demikian tanggal 1 yang ditulis oleh si peninggal warisan tidak dianggap tidak ada. Oleh ayat 2 dari pasal 933 BW, dinyatakan bahwa terbuktinya hal bahwa terstamen/surat wasiat tersebut sampai dibuktikan sebalik nya.
Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa seseorang itu berhak untuk memberikan hartanya kepada siapa saja. Bebas. Walaupun orang yang diberi tersebut tidak memiliki hubungan pertalian saudara, namun kebebasan tersebut adalah terbatas oleh ketentuan undang-undang. Pembatasan tersebut adalah merpakan upaya undang-undang. Pembatasan tersebut adalah merupakan upaya undang-undang untuk melindungi orang-orang yang termasuk keluarga sedarah dari si peninggal warisan. Bagi mereka ini undang-undang telah memberikan bagian tertentu yang tidak boleh dikurangi dengan cara apapun oleh si pewaris/peninggal harta warisan. Bagian ini sering disebut dengan bagian mutlak atau legitieme portie dan orang yang mempunyai hak legitieme portie ini sering disebut legitimaris.
A meninggal dunia dengan meninggalkan 2 orang anak B dan C, serta Ca dan Cb anak sah dari C. LP untuk B dan C adalah dari bagian menurut UU. LP B = 2/3 x ½ = 1/3 LP C = 2/3 x ½ = 1/3 Jika C telah meninggal dulu dan digantikan Ca dan Cb, maka LP Ca = Cb = ½ x 1/3 = 1/6.
Dalam keadaan biasa F, G dan H masing menerima 1/3 dari Legitieme Portie masing-masing adalah ¾ x 1/3 = 1/4. Jika F dinyatakan tidak patut atau menyatakan menolak harta warisan, maka legitieme portie G dan H menjadi ½ ataukan tetap ¼? Untuk menjawabnya, perlu kita ketahui bahwa BW menganut sistem Romawi, dimana ditetapkan hak mutlak dari tiap-tiap ahli waris secara individuil, maka untuk menghitung dan menetapkan besarnya legitieme portie tetap pula diperhitungkan ana-anak/ahli waris legitimaris yang dinyatakan tidak patut menerima maupun yang menolak warisan.
Pada tahun 1986 R meninggal dunia dengan meninggalkan 2 orang anak yaitu A dan B. Sebelum meninggal dunia, pada tahun 1970 R memberi hibah kepada C senilai harga Rp. 1. 000, -. Pada tahun 1974 R memberi hibah kepada D senilai harga Rp. 2. 000, - dan pada tahun 1979 juga memberi hibah kepada E senilai harga Rp. 3. 000, -. Harta peninggalan R habis untuk membayar utangnya. Para legitimaris menuntut haknya. Hibah kepada : C = Rp. 1. 000, D = Rp. 2. 000, E = Rp. 3. 000, - + Rp. 6. 000, -
P meninggal dunia pada tahun 1985, sebelum meninggal ia pernah menghibahkan sebidang tanah pekarangan kepada anaknya yaitu D, yang mana D ini telah memiliki 2 orang anak yaitu Da dan Db. Anak P ada tiga orang yaitu C, D dan E, namun karena mereka mem bunuh P; oleh hakim dijatuhi hukuman karena membunuh P. Oleh karena itu mereka tidak patut mewaris, oleh karena itu pula ahli waris P adalah Da dan Db yang mewaris karena dirinya sendiri (uit eigen hoofde). Apakah Da dan Db wajib melakukan inbreng ? Menurut pasal 1089 ayat 2 dinyatakan bahwa seorang anak yang karena kedudukannya sendiri memperoleh harta warisan tidak perlu memasukkan/ inbreng pemberian kakek neneknya kepada orang tuanya. Dengan demikian sehubungan dengan kasus di atas maka Da dan Db tdak perlu melakukan inbreng.
- Slides: 127