CPM CRITICAL PATH METHOD MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK

  • Slides: 15
Download presentation
CPM (CRITICAL PATH METHOD) MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK DEDED RAMAD KAMDA, S. KOM

CPM (CRITICAL PATH METHOD) MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK DEDED RAMAD KAMDA, S. KOM

 Menurut Heizer dan Render (2005), ada dua pendekatan untuk menggambarkan jaringan proyek, yaitu

Menurut Heizer dan Render (2005), ada dua pendekatan untuk menggambarkan jaringan proyek, yaitu kegiatan-pada-titik (activity-onnode – AON) dan kegiatan-pada-panah (activity-on-arrow – AOA). Pada pendekatan AON, titik menunjukkan kegiatan, sedangkan pada AOA, panah menunjukkan kegiatan. Gambar 2. 8 mengilustrasikan kedua pendekatan tersebut.

 Heizer dan Render (2005) menjelaskan bahwa dalam melakukan analisis jalur kritis, digunakan dua

Heizer dan Render (2005) menjelaskan bahwa dalam melakukan analisis jalur kritis, digunakan dua proses two-pass, terdiri atas forward pass dan backward pass. ES dan EF ditentukan selama forward pass, LS dan LF ditentukan selama backward pass

 ES (earliest start) adalah waktu terdahulu suatu kegiatan dapat dimulai, dengan asumsi semua

ES (earliest start) adalah waktu terdahulu suatu kegiatan dapat dimulai, dengan asumsi semua pendahulu sudah selesai EF (earliest finish) merupakan waktu terdahulu suatu kegiatan dapat selesai LS (latest start) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek LF (latest finish) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat selesai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek.

 ES = Max {EF semua pendahulu langsung} EF = ES + Waktu kegiatan

ES = Max {EF semua pendahulu langsung} EF = ES + Waktu kegiatan LF = Min {LS dari seluruh kegiatan yang langsung mengikutinya } LS = LF – Waktu kegiatan Slack adalah waktu yang dimiliki oleh sebuah kegiatan untuk bisa diundur, tanpa menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan Slack = LS – ES atau Slack = LF – EF

Menurut Badri (1997), manfaat yang didapat jika mengetahui lintasan kritis adalah sebagai berikut :

Menurut Badri (1997), manfaat yang didapat jika mengetahui lintasan kritis adalah sebagai berikut : a. Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh pekerjaan proyek tertunda penyelesaiannya. b. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan yang ada pada lintasan kritis dapat dipercepat. c. Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis yang tepat dalam penyelesaiannya dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu dengan biaya yang efisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya lembur. d. Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak melalui lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer/pimpro untuk memindahkan tenaga kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan di lintasan kritis agar efektif dan efisien.

ES D EF 13 Start H LS F 0 0 LF 0 Start 0

ES D EF 13 Start H LS F 0 0 LF 0 Start 0 0 5 5 3 E L B 15 10 C F 21 K 5 15 A G 0 10 7 12 D I J

10 13 23 ES D EF 5 Start LS F 0 0 LF 0

10 13 23 ES D EF 5 Start LS F 0 0 LF 0 Start 0 0 5 5 10 H 3 E L B 0 5 10 15 25 10 C F 21 K 5 15 A G 0 EF=ES+D ES is the latest EF of a tasks predecessors 5 10 15 7 12 D I J

ES D EF 10 13 23 Start H LS F 0 0 LF 0

ES D EF 10 13 23 Start H LS F 0 0 LF 0 Start 0 0 5 5 10 25 5 30 75 3 E L B 0 5 10 15 25 25 10 35 C F 54 21 75 K 5 15 15 30 A G 0 5 10 15 D 35 7 I 42 42 12 54 J 78

ES D EF 10 13 23 Start H LS F 5 LF 5 B

ES D EF 10 13 23 Start H LS F 5 LF 5 B 5 0 0 Start 0 0 10 5 10 35 30 C F 25 75 K 35 54 10 15 35 35 7 D 10 75 G 5 5 78 54 21 75 15 15 30 0 42 42 12 54 J I 20 78 L 35 25 10 35 25 75 3 E 20 LF=earliest LS of next tasks 30 10 15 25 10 5 A 0 22 25 5 35 42 42 54

ES D EF 10 13 23 Start H LS F 5 LF 5 B

ES D EF 10 13 23 Start H LS F 5 LF 5 B 5 0 0 Start 0 0 10 5 0 10 0 0 30 5 C F Critical Path = shortest path to finish the project 54 21 75 K 15 15 30 54 0 75 G 5 5 75 0 35 25 0 10 15 D 10 5 35 35 7 42 35 0 42 12 54 J I 20 78 L 35 25 10 35 25 75 3 E 20 5 F=LF-EF 30 10 15 25 10 0 5 A 0 22 12 35 25 5 42 42 0 54 78